Marko Grujic akan tetap bertahan di Hertha Berlin untuk musim 2019/2020. Ini merupakan masa pinjaman ke-empat Grujic sejak pertama didaratkan the Reds di Januari 2016. Kedua kalnya bersama Hertha. Menjalani empat masa pinjaman dalam 3,5 tahun, Grujic seakan-akan tidak memiliki masa depan di Anfield. Namun sebenarnya ini adalah cara Jurgen Klopp membentuk Grujic jadi penerus Steven Gerrard.
Nama Marko Grujic sudah dikenal sebagai salah satu talenta terbaik Serbia sejak dirinya masih bermain untuk Crvena zvezda alias Red Star Belgrade. Menghabiskan tiga musim bersama kesebelasan yang membesarkan dirinya, Grujic hanya satu musim jadi pilihan utama di sana (2015/2016). Terlibat dalam 13 gol dari 26 pertandingan dan membantu Crvena menjuarai liga.
Menurut laporan yang beredar, Liverpool sebenarnya ingin Grujic segera datang ke Anfield. Apalagi setelah membantu Serbia menjuarai Piala Dunia U20. Jasanya diperebutkan RSC Anderlecht dan VfB Stuttgart. Liverpool datang dengan tawaran terbesar (7 juta Euro) dan Crvena zvezda yang tengah mengalami masalah finansial tak ragu menjualnya ke the Reds.
Namun karena Miodrag Božović selaku nakhoda Crvena melihat Grujic sebagai pemain penting, ia tidak mau melepas gelandang yang dijuluki ‘Serbian Gerrard’ itu di tengah musim. Crvena akhirnya meminjam kembali jasa Grujic dari Liverpool dengan dana satu juta Euro. Dengan kata lain, mereka hanya mendapatkan enam juta Euro dari penjualan Grujic ke Liverpool.
Pihak klub tahu membayar satu juta Euro ke Liverpool sebenarnya merugikan mereka. “Hal ini sebenarnya berlawanan dengan keinginan klub. Tapi kita harus bertanggungjawab atas masa depannya,” ungkap pihak klub.
Lagipula inilah tawaran terbesar yang didapat Crvena untuk Grujic. Anderlecht hanya menyodorkan dua juta Euro. Stuttgart hanya bisa memberikan lima juta Euro. Meskipun Crvena harus merelakan satu juta Euro mempertahankan Grujic di Marakana, enam juta Euro adalah jumlah terbesar yang akan mereka dapatkan.
Liverpool juga satu-satunya tim yang sepakat memberi 10% dari hasil penjualan Grujic di masa depan. Suka atau tidak, mereka harus melepas Grujic karena masalah finansial yang menghantui klub.
Lebih Seperti Matic Dibandingkan Gerrard
Foto: The Score
Sementara di Inggris, nama Grujic sudah menjadi buah bibir. Apalagi setelah mantan penyerang Chelsea, Mateja Kezman, memberi ucapan selamat kepada juniornya dan menyebut Grujic sebagai ‘Serbian Gerrard’.
Grujic memang dikenal sebagai gelandang dengan mobilitas tinggi dan visi permainan kelas atas. Namun di Serbia, ia lebih sering mendapat komparasi dengan Nemanja Matic. Tinggi badan yang hampir dua meter, lebih sering mengisi peran sebagai penyeimbang lini tengah dibandingkan membantu serangan, perbandingan dengan Matic itu lebih pas untuk Grujic.
Sayangnya, ucapan Kezman itu sudah tidak bisa ditarik lagi. Grujic yang harus melepaskan dirinya dari bayang-bayang Gerrard. Ketika ditawarkan untuk menggunakan nomor delapan di Liverpool, ia menolak.
“Mimpi saya menjadi kenyataan dengan membela Liverpool. Dejan Lovren banyak cerita tentang klub ini. Menambah pengetahuan yang dulu hanya saya lihat dari televisi,” kata Grujic. “Tapi saya tidak akan menggunakan nomor Gerrard. Siapapun tak akan mungkin menggantikan Gerrard. Saya bisa menggunakan nomor punggung yang mirip, entah 88 atau 53. Tapi tidak akan menggunakan nomor delapan,” akunya.
Tampil 14 kali di bawah asuhan Klopp, Grujic masih bermain seperti saat dirinya ada di Crvena. Lebih ke dalam, memaksimalkan mobilitasnya, tapi tidak fokus membantu lini serang the Reds.
Klopp kemudian meminjamkan jasa Grujic ke Cardiff City dan bersama Neil Warnock, dirinya semakin lebih mirip Matic dibandingkan Gerrard. Mengisi pos gelandang bertahan dalam formasi 4-3-3 the Bluebirds.
Diubah Pal Dardai
Foto: Hertha BSC
Penampilan Grujic tidaklah buruk di Cardiff. Tapi juga belum mencapai standard Liverpool. Hertha kemudian dipilih menjadi tempat pembelajaran berikutnya. Bersama Hertha inilah insting menyerang Grujic terbuka.
Dikembalikan sebagai gelandang tengah, Pal Dardai yang menangani Hertha di 2018/2019 memberi Grujic ruang gerak yang lebih bebas. Dardai pun mengakui Grujic sebagai pemain tengah terbaik yang pernah ia lihat di Hertha Berlin.
“Dalam 22 tahun ada di Hertha, saya tidak pernah melihat pemain sebagus Grujic. Ini bukan hinaan untuk klub, tapi Grujic luar biasa. Ini memiliki semangat besar untuk raih kemenangan. Dirinya bisa mengisi pos apapun di tengah. Dirinya meledak-ledak,” puji Dardai.
Dardai melihat Grujic sebagai penerus Stefan Effenberg, gelandang visioner dengan kemampuan untuk memimpin tim, umpan-umpan akurat, dan tendangan jarak jauh mematikan. Lebih mirip Steven Gerrard dibandingkan Matic.
Grujic mengakui bahwa dirinya sedang ada di puncak kariernya menjalani tugas tersebut bersama Hertha. Oleh karena itulah dirinya tak ragu ketika dipinjamkan kembali ke Hertha. “Saya sangat senang bisa kembali membela tim ini. Semua berjalan dengan lancar dan ini adalah saatnya bagi kita melanjutkan momentum, mendapat hasil yang lebih baik daripada musim lalu [2018/2019],” kata Grujic.
Akan Pulang Sebagai Pemain yang Beda
Foto: Anfield HQ
Dardai sudah tidak lagi menangani Hertha, namun Ante Covic yang menjadi penggantinya yakin Grujic bisa melanjutkan momentum dari 2018/2019. Jika hal itu benar-benar terjadi, Grujic akan pulang ke Anfield sebagai pemain yang baru. Pemain yang lebih menyerupai Steven Gerrard dan berguna bagi lini tengah the Reds.
Ia tidak perlu lagi bersaing dengan Naby Keita, Fabinho, atau Henderson. Tapi akan lebih aktif menyerang seperti James Milner atau Adam Lallana yang kebetulan kontraknya akan habis pada akhir musim 2019/2020.
Menjalani empat masa pinjaman dalam tiga setengah tahun mungkin terlihat buruk di atas kertas. Sudah berapa banyak pemain-pemain muda yang disia-siakan kesebelasan Premier League? Membeli mereka dan kemudian menyekolahkannya hingga ada peminat yang ingin menebus jasanya.
Tapi Grujic akan memiliki nasib berbeda. Klopp seperti hanya menunggu gelandang Serbia itu untuk menyadari potensi terbaiknya, jadi penerus Steven Gerrard di Anfield.