Menang Telak di Der Klassiker, Bayern Munchen Juara?

Foto: Indian Express

Ketika Bayern Munchen dibobol empat kali oleh Heidenheim di perempat final DFB-Pokal, siapa yang menyangka mereka bisa menjaga gawang tetap bersih dari Dortmund? Catat clean sheet melawan kesebelasan yang baru dua kali tidak mencetak gol di sebuah partai 1.Bundesliga? Setelah Die Roten ditahan imbang 1-1 oleh Freiburg di pekan sebelumnya? Tidak mungkin!

Kenyataannya, Bayern bukan hanya tidak berhasil dibobol Dortmund. Tapi juga membobol gawang Roman Burki lima kali. Dibuka oleh Mats Hummels di menit ke-10, dan ditutup oleh Robert Lewandowski sebelum waktu normal berakhir. Hasil ini membuat rekor Der Klassiker Dortmund di 1.Bundesliga semakin buruk. Dari 50 partai tandang, hanya meraih sembilan kemenangan.

Kemenangan terakhir Dortmund di Allianz Arena dicatat pada 2014. Sejak 2016, Die Roten selalu menang dengan selisih tiga gol atau lebih. Bahkan mencetak 11 gol dalam dua tahun terakhir. Dengan begitu, Bayern sudah pasti juara 1.Bundesliga 2018/19, bukan?

Hingga pekan ke-28, Bayern unggul satu poin dari Dortmund dan memuncaki klasemen sementara 1.Bundesliga. Masih ada enam pekan tersisa. Niko Kovac selaku nakhoda Die Roten juga mengakui bahwa perjalanan masih panjang.

“Kami memang layak menang, penampilan di babak pertama sangat membantu. Anak-anak asuh saya memang layak diberi ucapan selamat, tapi bukan sebagai juara. Masih ada enam partai berat menunggu kami dan juga Dortmund. Perjuangan belum berakhir,” kata Kovac. Manuel Neuer juga sependapat dengan Kovac. “Ini poin besar pertama yang kami raih,” katanya.

Masa Depan Kovac dan Pelajaran Dortmund

Foto: BVB Buzz

Presiden Bayern Karl-Heinz Rummenigge memberikan pujian kepada Niko Kovac. Tapi Der Klassiker juga belum cukup untuk mengamankan posisi Kovac di kursi kepelatihan Bayern. “Ini adalah awal yang bagus. Jika kami kalah, mungkin itu akan memberi gambaran awal untuk masa depannya [Kovac]. Dengan kemenangan ini, kita tunggu akhir musim, barulah dirapatkan,” kata  Rummenigge.

Sementara CEO Borussia Dortmund Hans-Joachim Watzke melihat anak-anak asuh Lucien Favre terlalu terbawa suasana. Merasa sudah menang sebelum peluit panjang. “Mungkin ini babak pertama terbaik yang pernah saya lihat dalam beberapa tahun terakhir. Tapi mereka terlihat tidak siap untuk Der Klassiker. Mungkin tekanannya terlalu tinggi. Mungkin mereka merasa jumawa,” kata Watzke.

“Tentu keinginan menjadi juara masih ada, akan tetapi kita sekarang sadar bahwa mereka ada di atas kita,” lanjutnya. Bagi Favre, kekalahan telak di Der Klassiker adalah pelajaran bagi Jadon Sancho dan kawan-kawan. “Ini merupakan sebuah pelajaran bagi kami. Kami harus fokus ke setiap pertandingan tanpa memikirkan selisih poin”.

Kekalahan Dortmund juga bisa dilihat lewat susunan pemain yang diturunkan Favre. Tak memiliki Christian Pulisic, Achraf Hakimi, Paco Alcacer, dan Raphael Guerreiro berpengaruh di semua lini.

Marco Reus yang dipercaya sebagai penyerang juga tidak nyaman berperan sebagai ujung tombak. “Semua tahu bahwa itu bukan posisi favorit saya. Ini bukan alasan. Tapi memang mempengaruhi gaya dan pendekatan permainan kami,” aku Reus.

Dampak Pada Kondisi Moral

Foto: Sports Illustrated

Pemain-pemain Bayern Munchen tengah berada di atas angin. “Jika kami menang, itu karena DNA juara ada di dalam tubuh Bayern. Kami bermain agresif dan mencetak gol,” kata Lewandowski. “Kami bermain untuk menunjukkan dominasi kandang. Fokus dan penuh tujuan,” tambah Mats Hummels.

Sebaliknya, ruang ganti Dortmund tengah kelabu. “Kami tidak diberi keyakinan untuk raih kemenangan di sini,” kata Julian Weigl. “Itu bukanlah Dortmund,” ungkap Axel Witsel yang ogah membicarakan kekalahan dari Bayern.

Reaksi ini adalah sesuatu yang wajar setelah partai penting dan besar. Namun bukan berarti Dortmund menyerah atau Bayern sudah juara. Seperti perkataan Watzke, rasa jumawa menjadi salah satu faktor kekalahan BVB. Jika kini hal itu pindah ke Bayern, Dortmund bisa kembali menyalip mereka di klasemen 1.Bundesliga.

Menghitung Peluang

Jika melihat pertandingan yang tersisa, di atas kertas jalur Dortmund juga lebih mudah dibandingkan Bayern. Die Roten masih harus bertemu RB Leipzig dan Eintracht Frankfurt yang menduduki empat besar klasemen di dua laga terakhir mereka. Sementara BVB tak bertemu keduanya. Borussia Monchengladbach yang duduk di peringkat lima jadi lawan paling berat Marco Reus dan kawan-kawan, di atas kertas.

Tapi apabila mengacu kepada statistik liga, Bayern jelas favorit. Bukan hanya berada di puncak klasemen sementara, mereka juga paling banyak mencetak gol (74) dan punya rekor pertahanan terbaik (28).

Lebih dari itu, menurut Opta, Bayern juga tercatat sebagai kesebelasan yang paling banyak melepas tendangan ke arah gawang (7.2/pertandingan), menciptakan peluang terbanyak (85), dan menguasai bola 65.8% dari 28 laga. Sayangnya, angka, statistik, hanyalah data untuk mencari prefensi, menghitung peluang.

Angka, sepakbola terkadang suka mengancung jari tengah kepada matematika dan logika. Mungkin Bayern adalah kesebelasan yang layak menjadi juara 1.Bundesliga, tapi bukanlah dibutuhkan saat ini.