Menantikan Kembali Kebangkitan Sampdoria di Serie A

Musim 1990/1991, Serie A dikejutkan dengan munculnya Sampdoria sebagai juara liga. Di tangan Vujadin Boskov, Il Samp hanya tiga kali meraih kekalahan dan tidak terkalahkan sejak pekan ke-17 hingga pekan ke-34. Mereka juga diisi oleh talenta-talenta hebat macam Gianluca Pagliuca, Srecko Katanec, hingga duet maut Gianluca Vialli dan Roberto Mancini.

Semusim setelahnya, kejutan mereka berlanjut dengan melaju hingga final Piala Champions. Menghadapi Barcelona, pertahanan mereka tampil solid. Meski begitu mereka tetap kalah 0-1 melalui gol Ronald Koeman. Akan tetapi setelah pencapaian tersebut, prestasi mereka terus-terusan melorot.

Sempat tampil mengejutkan pada musim 2009/2010 dengan finis pada tempat keempat, mereka justru mengakhiri musim berikutnya dengan terdegradasi ke Serie B. Ini menjadi prestasi terburuk yang pernah mereka raih sejak musim 1998/1999. Hengkangnya Antonio Cassano dan Giampaolo Pazzini kala itu menjadi faktor terdegradasinya Il Samp.

Meski hanya bertahan semusim di kompetisi tingkat dua, namun Samp sangat kesulitan untuk bisa kembali menjadi kuda hitam seperti musim-musim sebelumnya. Tiga dari lima musim kembalinya rival Genoa tersebut di Serie A, mereka harus puas finis di luar sepuluh besar.

Bandingkan dengan ketika mereka lima kali finis di posisi 10 besar (dua kali mereka masuk enam besar) sejak 2003/2004. Dua musim lalu mereka bahkan mengakhiri musim hanya dua poin saja dari Carpi yang menempati posisi 18.

Peruntungan Sampdoria pun perlahan berubah pada musim ini. Hingga lima pertandingan yang sudah dijalani, mereka masih belum terkalahkan. Yang teranyar mereka mampu mengalahkan raksasa kaya AC Milan 2-0 di Marassi. Meski masih berada di posisi ketujuh namun jarak poin mereka berselisih tipis saja dengan Lazio yang berada di tempat keempat.

Moncernya Rekrutan-Rekrutan Anyar

Musim panas 2017, Sampdoria kehilangan sosok Milan Skrniar yang hengkang ke Inter Milan. Bek Slovakia tersebut adalah pilar penting di lini belakang mereka musim lalu. Mereka kemudian menggantinya dengan mendatangkan Nicola Murru, Ivan Strinic, dan Gianmarco Ferrari.

Ketiganya sejauh ini mampu membuat gawang Sampdoria baru kebobolan empat gol. Strinic mampu mencatatkan 3,5 potongan per pertandingan. Sedangkan Ferrari mencatatkan 1,33 sapuan per pertandingan. Kokohnya lini pertahanan mereka musim ini juga ditambah dengan semakin padunya duet Vasco Regini dan Matias Silvestre.

Situasi serupa juga terjadi di lini depan dimana mereka kehilangan Luis Muriel dan Patrick Schink. Keduanya adalah top skor klub musim lalu dengan sama-sama mencetak 13 gol. Akan tetapi kebaradaan Duvan Zapata mampu menolong mereka dari ketergantungan terhadap sosok Fabio Quagliarela. Golnya ke gawang AC Milan pekan lalu adalah yang kedua dibuatnya dalam tiga laga terakhir.

Lini tengah mereka juga semakin kuat dengan kehadiran Gaston Ramirez. Direkrut dari Middlesbrough, pemain Uruguay tersebut selalu dipercaya tampil dalam lima laga mereka di Serie A. Ia menjadi sosok sentral dalam serangan Blucherchiati dengan menorehkan 1,8 umpan kunci per pertandingan. Ia juga mampu membuat 2,2 peluang setiap laganya.

Marco Giampaolo Sosok di Balik Kebangkitan Il Samp

Setelah kehilangan Vicenzo Montella yang hijrah ke AC Milan, manajemen Samp kemudian bergerak cepat dengan mendatangkan Marco Giampaolo. Pria 50 tahun ini adalah sosok dibalik keberhasilan Empoli masuk dalam jajaran 10 besar musim 2015/2016.

Musim pertamanya menukangi rival Genoa tersebut langsung berakhir manis. Ia membawa Sampdoria finis di posisi ke-10, jauh lebih baik dibanding musim sebelumnya. Meski belum ada peningkatan signifikan pada lini serang, namun ia mampu menekan angka kebobolan Samp yang hanya kemasukan 55 kali dibanding musim sebelumnya yang kebobolan 61 kali. Musim lalu mereka bahkan sudah terdampar di peringkat ke-17 hanya dalam enam pertandingan.

Di tangan Giampaolo, Samp lebih menitik beratkan serangan mereka melalui posisi. Sisi kiri menjadi penyumbang serangan terbesar sebanyak 38%. Aktifnya posisi tersebut disebabkan karena kehadiran Denis Praet dan Edgar Baretto yang dikenal sebagai sosok kreatif di tubuh Samp.

***

Memang masih terlalu dini untuk menyebut Sampdoria akan kembali ke jajaran papan atas musim ini. Masih ada 32 pertandingan dan tim-tim besar yang akan menanti mereka ke depannya. Akan tetapi bukan tidak mungkin apabila mereka tampil konsisten, kejadian pada musim 2009/2010 kembali terulang dimana mereka bisa lolos ke kompetisi antarklub Eropa.