Mantan nakhoda Chelsea dan Tottenham Hotspur, Andre Villas-Boas (AVB) mendapatkan kesemapatan untuk kembali mewarnai Benua Biru setelah hampir tiga tahun absen dari kompetisi Eropa.
Berhasil menjuarai semua piala domestik di Zenit St.Petersburg, AVB merantau ke Negeri Tirai Bambu untuk mengasuh Shanghai SIPG pada November 2016. Ia tidak memberikan gelar apapun untuk SIPG. Namun dalam satu tahun kepelatihannya, Villas-Boas berhasil memberikan pondasi untuk SIPG berjaya di Tiongkok.
Ia adalah sosok yang berhasil mendaratkan Hulk dan Oscar ke Shanghai. Serta memberi kesempatan kepada Wu Lei untuk bermain di tim utama SIPG. Hanya dalam waktu singkat, Wu Lei berhasil menjadi pemain paling subur di Chinese Super League (CSL) dan diboyong Espanyol ke La Liga.
“Menurut saya Wu adalah pemain yang spesial. Meski mungkin dari angkatannya hanya ada dua atau tiga pemain lain yang bisa jadi seperti dia, kepindahan Wu ke Espanyol adalah hal besar. Saya rasa satu dekade lagi, Tiongkok akan punya generasi emas,” ungkap mantan pemain tim nasional Tiongkok, Xie Hui, yang pernah merasakan kompetisi Jerman bersama Aachen dan Greuther Furth.
Xie Hui memiliki sebagai ‘Beckham dari Tiongkok’. Bagaimana pemain seperti dirinya bisa menyebut Wu Lei sebagai pemain spesial adalah tanda bahwa AVB jeli dalam menentukan pilihan. Meski raihan terbaiknya di SIPG hanya menembus semi-final Liga Champions Asia pada 2017.
Dulu AVB disebut sebagai titisan Jose Mourinho. Mereka sama-sama bersinar di Porto dan diberi kesempatan ke Premier League oleh Chelsea. AVB juga mantan asisten Mourinho. Namun, kenyataannya, AVB gagal untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Dia bukan Jose Mourinho. Tidak bersama Chelsea. Tidak pula bersama Tottenham.
Memulai Lembaran baru di Rusia
Foto: USA Today
Kepindahannya ke Rusia menjadi awal dari titik balik AVB. Didukung mantan anak asuhnya, Hulk, dan gelandang penuh talenta asal Belgia, Axel Witsel, AVB berhasil menjuarai liga di musim pertamanya.
Nick Harris-Fry dari Just Football bahkan mengatakan bahwa AVB dan Hulk adalah jodoh yang dibentuk di surga. Ia menjelaskan bagaimana penampilan pemain asal Brasil itu terus mengalami peningkatan selama diasuh oleh AVB.
“AVB adalah pelatih yang baik. Saya menjaga komunikasi dengan dirinya. Ia tahu bahwa saya adalah pemain yang gemar menyerang. Saat diasuh oleh Luciano Spalletti, saya lebih bermain bertahan. Tapi AVB melepas saya dan memberikan keleluasaan untuk menyerang,” aku Witsel kepada Bleacher Report.
Hal paling menakjubkan dari masa-masa Villas-Boas di Zenit adalah keberhasilannya untuk menghidupkan kembali Oleg Shatov. Sejak memulai karier di Ural FK, Shatov digadang-gadang akan menjadi salah satu penyerang terbaik di Rusia. Tapi, dirinya gagal memenuhi ekspektasi itu saat diasuh Mircea Lucescu.
“Si Pelatih [Lucescu] akan baik-baik saja sekalipun kami menghilang dari sini,” kata Shatov menyuarakan rasa frustasinya. Kemudian Villas-Boas datang dan Shatov langsung menjadi tulang punggung klub. “Dia adalah pemain Rusia terbaik yang pernah saya lihat,” aku AVB.
Kepingan Penting dalam Ambisi Marseille
Foto: Ace Africa
AVB mengambil istirahat dari karier manajerialnya untuk mencoba rally mobil. Hampir tiga tahun ia absen dari pinggir lapangan, Olympique Marseille mempercayakan dirinya untuk menjadi pengganti Rudi Garcia di Stade Velodrome.
Sejak diakuisisi pengusaha asal Amerika Serikat, Frank McCourt, pada 2016. Marseille ingin kembali ke habitat mereka sebagai kesebelasan yang diperhitungkan di Eropa. Sudah tiga musim berlalu sejak McCourt petama mendarat di Velodrome. Tapi Marseille selalu gagal untuk mencapai target tersebut.
Mereka mengakhiri musim 2018/2019 di peringkat lima klasemen akhir Ligue 1 dan absen dari kompetisi antar klub Eropa 2019/2020. Kegagalan ini tentu membuat perjuangan Les Olympiens semakin sulit untuk melakukan kudeta terhadap Paris Saint-Germains (PSG).
Tapi sejatinya, mereka adalah tim yang paling siap untuk melakukan hal itu. Kehadiran AVB disebut akan menjadi awal dari kebangkitan Marseille. “AVB mewariskan tim Marseille yang sedang kebingungan,” buka legenda Prancis, Christophe Dugarry.
“Saya takut kegagalan mereka menembus kompetisi antar klub Eropa akan membuat para pemain kehilangan motivasi. Beruntung bagi mereka, pelatih sekelas AVB mau menangani klub,” kata Dugarry.
Bukan Mourinho
Foto: Xuehua
Villas-Boas sudah sadar akan kesalahannya selama di Premier League. “Saya melakukan perubahan yang terlalu radikal. Terutama di Chelsea. Tapi di sini tidak terlalu masalah, karena pihak klub punya filosofi ‘Droit au but’, langsung ke gawang. Pas untuk saya yang bukan seorang pelatih dengan pola pikir defensif,” kata AVB.
“Kita tidak mungkin selalu meraih kemenangan. Apalagi ada beberapa aspek yang harus saya turunkan ke tim ini. Sebuah perubahan radikal, tapi tidak seperti di Chelsea. Sesuai dengan gaya bermain Prancis, kita harus mencari keseimbangan antara menyerang dan bertahan,” lanjutnya.
“Mourinho memiliki kecendrungan untuk mengatur semuanya. Tapi saya ingin melihat para pemain tampil dengan bahagia. Menunjukkan kematangan teknik dan kretivitas,” janjinya. Melihat apa yang telah ia lakukan kepada Witsel dan Wu Lei, itu bukan janji kosong belaka.