Hanya mengoleksi 11 poin dari 12 pertandingan, FC Cincinnati gagal membuktikan dirinya di tiga bulan pertama Major League Soccer (2019). Sejak pertama Cincinnati masuk MLS, ada anggapan miring bahwa mantan peserta United Soccer League (USL) ini hanya akan menjadi juru kunci zona timur.
“Orang-orang menyebut FC Cincinnati hanya akan jadi juru kunci zona timur. Kami ingin membungkam orang-orang tersebut. Dulu Atlanta United juga mendapat anggapan yang sama,” kata gelandang Cincinnati, Fatai Alashe.
Kenyataannya di tiga bulan pertama, Alashe dan kawan-kawan gagal membuktikan hal itu. Mendatangkan Roland Lamah, Emmanuel Ladesma, dan Kekuta Manneh yang pernah main di Eropa juga tidak membantu.
Kesebelasan yang menggunakan oranye dan biru sebagai warna kebesaran mereka duduk di peringkat 11 klasemen sementara zona timur. Memiliki poin yang sama dengan penghuni dasar klasemen, New England Revolution.
Kegagalan ini membuat Kepala Pelatih Cincinnati Alan Koch dipecat. Cincinnati awalnya optimis. Mereka yakin pemain-pemain telah menjuarai USL di 2018 siap untuk MLS. Tapi sekarang, pihak klub memutuskan untuk memulai kembali dari awal.
“Kami akan memulai dari nol. Bukan hanya sekedar bisa meraih kemenangan, kami juga ingin membuat kultur dalam klub ini. Kami butuh sosok yang bisa memimpin,” aku General Manajer Cincinnati Jeff Berding.
Berding tidak memiliki daftar pelatih incaran. Pasalnya mereka tidak percaya bahwa Koch gagal di musim MLS pertamanya. Akan tetapi beberapa nama masuk sebagai rumor. Salah satunya adalah mantan nakhoda Manchester United, David Moyes.
Rusak Bersama Manchester United
Foto: USA Today
Hingga 12 Mei 2019, Moyes belum punya kesebelasan untuk diasuh setelah meninggalkan West Ham United pada akhir musim 2017/2018. Dirinya menyelamatkan the Hammers dari degradasi. Tapi dirinya tidak lagi diakui sebagai salah satu nakhoda terbaik di Inggris atau Eropa. Semua karena keputusannya menerima ajakan Sir Alex Ferguson untuk menangani Manchester United.
‘The Chosen One’ sudah tiga kali berpindah klub setelah pergi dari Old Trafford. Mulai dari Real Sociedad, pulang ke Inggris untuk Sunderland, hingga akhirnya menyelamatkan West Ham. Rekornya di tiga kesebelasan itu memang tergolong buruk. Rasio kemenangan Moyes kurang dari 30%. Tapi semua dimulai dari Old Trafford.
Moyes kehilangan reputasi sebagai salah satu nakhoda pintar yang bisa membangun tim solid dengan dana terbatas karena ulahnya di Manchester United. Meskipun memenangkan 52,94% dari 51 partai, lebih baik dari Louis van Gaal (52,43%), dosa Moyes memboyong Marouane Fellaini dengan 29 juta pauns masih menempel di ingatan.
Dilema Antara Mudik dan Bertualang
Foto: Metro
Moyes mengaku bahwa dirinya senang menangani kesebelasan non-Britania Raya seperti Real Sociedad. Ia bahkan mengajak nakhoda-nakhoda lain untuk keluar dari Inggris. “Saya rasa kita butuh manajer Britania di luar negeri. Lihat bagaimana Jadon Sancho berkembang sebagai pemain, manajer juga bisa merasakan hal yang sama,” kata Moyes.
Namun dirinya merasa sudah belajar dari pengalamannya di Real Sociedad. “Saya belajar banyak saat menangani Real Sociedad. Sekarang lebih tertarik untuk pulang ke Skotlandia, menangani Rangers atau Celtic misalnya,” lanjut Moyes.
Bahkan menurut Cincinnati.com, salah satu alasan mengapa Moyes mungkin gagal untuk mendarat di MLS adalah ketertarikan tim nasional Skotlandia untuk menunjuk dia sebagai pengganti Alex McLeish. The Sack Race juga memasukkan nama Moyes di lima besar calon pengganti Neil Lennon di Celtic.
Melihat Pengalaman Pelatih Lain
Foto: Pro Soccer USA
Padahal jika Moyes ingin memperbaiki reputasinya sebagai manajer, MLS adalah tempat yang tepat. Lihat bagaimana Gerardo ‘Tata’ Martino yang gagal bersama Barcelona dan Argentina bisa memenangkan MLS Cup bersama Atlanta United dan kemudian mendapat tawaran dari tim nasional Meksiko.
Lihat juga Remi Garde yang namanya rusak di Aston Villa, bisa memberikan kestabilan untuk Montreal Impact. Atau Bob Bradley pulang ke Amerika Serikat, melatih LA Galaxy setelah gagal bersama Swansea City dan kemudian berusaha merebut kembali Kota Los Angeles dari rival sekota, LAFC.
MLS juga bisa menjadi tempat belajar untuk memulai karier manajerial. Patrick Vieira dari New York City FC ke OGC Nice. Hingga Carlos Queiroz dari NY Metrostars hingga dipercaya menangani Real Madrid serta tampil di Piala Dunia bersama Portugal dan Iran. Semuanya berawal dari MLS.
Queiroz bahkan menjadi sosok yang membuat laporan bahwa sepakbola Amerika Serikat siap melakukan transformasi. Tulisan tersebut dibuatnya pada 2010 dengan mengandalkan pengalaman satu tahun di Metrostars. Bagaimana ide untuk mendatangkan pemain sekelas David Beckham sebenarnya sudah ada sejak ia menetap di Amerika Serikat.
Menangani Skotlandia atau Celtic mungkin menjadi mimpi Moyes. Tapi melihat pengaruh MLS kepada nakhoda-nakhoda lain di atas, sangat masuk akal apabila pria kelahiran 25 April 1963 itu datang ke Amerika Serikat. Meraih pengalaman baru sekaligus memperbaiki reputasinya sebagai salah satu pelatih cerdik di dunia sepakbola.