Manchester City terkulai di kandangnya sendiri. Gol Maxwel Cornet dan Nabil Fekir membuat City merasakan kekalahan pertama mereka musim ini di tangan Olympique Lyon dengan skor 1-2. Padahal, sebelum pertandingan, asisten pelatih City, Mikel Arteta, mengklaim kalau The Citizen dihuni para pemain terbaik dunia.
Berbeda dengan Liverpool yang mencatatkan 100 persen kemenangan musim ini, City tak bisa mengekor. Soalnya, di pekan ketiga Premier League, mereka ditahan imbang Wolverhampton Wanderers 1-1. City sempat bangkit dengan dua kali mengalahkan tim semenjana, Newcastle United dan Fulham. Akan tetapi, kala melawan raksasa Prancis, mereka tak berkutik.
Kekalahan City ini terjadi tidak dihadapan Pep Guardiola. Soalnya si pelatih tengah menjalani sanksi larangan menemani klub selama satu pertandingan di kompetisi Eropa. Ini yang membuat Arteta, bicara di konferensi pers sebelum pertandingan.
Pep Guardiola sendiri dilarang untuk melakukan kontak dengan skuat sejak bis klub tiba di stadion, sampai pertandingan berakhir. Gara-garanya, Pep dianggap melakukan kelakuan tidak pantas ketika ia memarahi wasit Mateu Lahoz karena tak mengesahkan gol Leroy Sane di pertandingan melawan Liverpool tahun lalu.
“Buat ku, kami memliki para pemain terbaik di dunia dan saya melihat para pemain saya bahwa mereka yang terbaik,” kata mantan gelandang Everton ini. “Aku tak akan mengganti pemainku dengan yang lain. Rasa lapar mereka amatlah luar biasa.”
Skuat yang bagus ini memang beralasan. Pasalnya, mereka adalah kesebelasan dengan skuat termahal di dunia saat ini. Wajar kalau banyak yang memfavoritkan City memenangi pertandingan ini ketimbang Lyon. Bahkan, tak sedikit yang menganggap kalau City adalah penantang juara Liga Champions.
“Karena kami punya uang yang dihabiskan… orang-orang mesti melihat ke dalam klub ini. Saya tak percaya bahwa pengeluaran kami adalah alasan kalau orang-orang berfikir kami bisa menjadi juara. Saya pikir alasannya adalah bagaimana konsistennya kami dan cara kami melawan kesebelasan besar. Tapi ini adalah kompetisi yang sulit,” tutur Arteta.
Arteta juga menegaskan bahwa untuk membuktikan ucapan orang-orang itu adalah dengan memenangi Liga Champions. Ia menuturkan kalau menjuarai Liga Champions adalah tujuan City. Meskipun City dihuni skuat pemain muda, tapi mereka punya banyak pengalaman dalam dua tahun terakhir, dan musim ini mereka sudah punya cukup persiapan.
“Memenangi pertandingan pertama, terutama di pertandingan tandang amatlah membantu. Ini adalah grup yang keras. Kami tahu Shakhtar dengan sangat baik. Apabila Anda lolos lebih cepat, itu bisa mengeluarkan tekanan. Anda bisa mengistirahatkan para pemain untuk kompetisi lainnya,” tutup Arteta.
Terjungkal di Etihad
Ucapan Arteta pun menjadi suatu harapan yang berakhir antiklimaks. Pertama, City tak akan lolos lebih cepat dari kesebelasan lain, yang artinya mereka tak bisa mengistirahatkan pemain lebih lama. Kedua, City bisa mengistirahatkan pemain kalau mereka tersingkir sejak babak grup.
Memang, pemain seperti Aymeric Laporte merasa kalau ketidakhadiran Pep bisa terbantu dengan saran dan petunjuk dari Arteta. Akan tetapi, sebenarnya kita tahu kalau para pemain terbaik dunia ini tak bisa apa-apa tanpa arahan pelatih terbaik dunia.
Hal ini sebenarnya sudah dipikirkan oleh Guardiola pada April silam ketika City sudah hampir dipastikan menjuarai Liga Inggris. Guardiola jelas sudah punya pengalaman ketika ia menjadi juara bersama Barcelona dan Bayern Munich. Pelajaran tersebut adalah dengan memegang kendali terhadap para pemainnya.
“Aku mesti lebih dekat dan lebih mengontrol para pemain. Saat mereka tiba di tempat latihan, apa yang mereka harus lakukan dengan dan tanpa bola. Kalau mereka tak melakukannya, mereka akan terkejar, lebih dari musim ini. Hubungan kami tak akan begitu bersahabat,” ungkap Pep.
Kontrol penuh ini yang tak didapatkan Pep dalam pertandingan melawan Lyon. Soalnya, dalam aturan UEFA, pelatih yang disanksi bahkan tak boleh berkomunikasi dengan tim dalam kondisi apapun hingga akhir pertandingan.
Laporte memuji Arteta dan Guardiola sebagai pasangan yang saling melengkapi. Mereka bermain bola dan paham bagaimana semua bekerja. Pasalnya, besarnya pengalaman yang mereka dapatkan bisa kian mengembangkan Manchester City.
“Normalnya, pelatih ada di bangku cadangan. Dia tak akan ada di sana, tapi kami tahu apa yang harus kami lakukan,” kata Laporte.
Sayangnya, Laporte dan teman-temannya tak pernah tahu apa yang mesti mereka lakukan.