Persib Bandung boleh saja sedang dirundung kesedihan. Tapi, di balik awan kesedihan tersebut, terselip sebuah dominasi yang mulai terbentuk dan tak tergoyahkan: dominasi atas Persipura Jayapura.
Persipura dan Persib bertemu kembali dalam laga pekan ke-25 Liga 1 2018. Bertempat di Stadion Mandala, Jayapura, Persib sukses menahan imbang sang empunya stadion, Persipura, dengan skor 1-1. Gol dari Hilton Moreira sukses dibalas oleh Ghozali Siregar.
Hasil ini, bagi Persib yang sedang diliputi masalah, adalah hasil yang patut disyukuri. Setelah kekalahan tipis dari Madura United pada pekan ke-24 silam, kemenangan ini menjadi sebuah titik. Titik di mana mereka bisa mulai membenahi kepercayaan diri dan mental, setelah habis dihantam oleh sanksi Komisi Disiplin PSSI yang begitu banyaknya.
Namun, penampilan cemerlang para pemain Persib di Jayapura kemarin, yang berisikan skuat alakadarnya setelah ditinggal tujuh pemain, tidak hanya mencerminkan masih kuatnya mental para pemain Persib mengarungi sisa kompetisi Liga 1 2018 saja. Lebih jauh, ada satu dominasi yang sampai saat ini masih bertahan dan belum tergeserkan: catatan positif atas Persipura.
Catatan positif yang, sudah bertahan sejak 2016 silam.
Persipura yang Pernah Menjadi Tembok Hadangan
Di masa lampau, tepatnya di zaman Liga Indonesia, Persipura dan Persib jarang bersua. Pertemuan keduanya di era modern terjadi pada 2003 dan 2004 silam. Ketika itu, Liga Indonesia memberlakukan format satu wilayah, dengan total rekor dua kali menang bagi masing-masing tim. Persib dan Persipura masih cukup imbang.
Namun, ketika Persib dan Persipura berkompetisi di ajang Indonesian Super League (ISL) sejak 2008 lalu, Persipura menjadi sebuah momok tersendiri bagi Persib. ‘Maung Bandung’ sulit meraih kemenangan atas ‘Mutiara Hitam’, bahkan, Persipura pernah membantai Persib ketika bermain di Stadion Mandala (untuk tahunnya, saya sedikit lupa).
Akibat dari semua catatan buruk tersebut, tersemat sebuah label bagi Persipura Jayapura. Mereka adalah sebuah tembok bagi Persib. Sebuah tembok yang sulit dilewati, hingga akhirnya final ISL 2014 menjadi titik balik, kala Persib sukses menjungkalkan Persipura lewat babak adu penalti. Setelah itu, pertemuan dengan Persipura terasa lebih mudah bagi Persib.
Semua berawal dari ajang Indonesian Soccer Championship 2016. Di ajang tersebut, dalam dua pertemuan, Persib sukses menang dengan skor identik, baik itu ketika bermain di Stadion Mandala maupun Stadion Si Jalak Harupat: 2-0. Kutukan Persipura, usai ajang ISC 2016 ini, seolah berakhir bagi Persib. Persipura tak lagi menjadi sebuah momok.
Hal itu terbukti di ajang Liga 1 2017. Meski Persib tampil angin-anginan di ajang tersebut, mereka mampu meraih hasil apik kala berjumpa Persipura. Skor 1-0 tercatat di Stadion Gelora Bandung Lautan Api untuk Persib. Sedangkan di Stadion Mandala, skor imbang 1-1 bagi keduanya.
Catatan positif ini terus berlanjut di ajang Liga 1 2018. Saat bermain di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Persib berhasil merengkuh kemenangan dengan skor 2-0 lewat torehan gol Ezechiel N’Douassel dan Jonathan Bauman. Di Stadion Mandala, pada 15 Oktober 2018, Persib sukses menahan imbang Persipura dengan skor 1-1.
Dengan torehan yang apik sejauh ini, Persib boleh berbangga diri, dan menyebut bahwa kutukan Persipura sudah berakhir. Persib tidak takut lagi pada Persipura.
Faktor Menurunnya Persipura
Ada banyak faktor yang membuat Persib, sejauh ini, mampu mempertahankan tren positif mereka atas Persipura. Selain karena kekuatan skuat Persib yang cukup mumpuni, adanya penurunan kekuatan dari tim Persipura, terutama setelah ajang ISC 2016, juga menjadi salah satu faktor penentu lahirnya sebuah dominasi.
Selama gelaran ISL sejak 2008 sampai 2014, Persipura tumbuh menjadi sebuah kekuatan menakutkan. Hal ini tak lepas dari keseimbangan, kekompakan, dan rasa kekeluargaan yang ditumbuhkan oleh sosok Jacksen F. Tiago. Suasana itulah yang membuat Persipura tampak padu, baik itu ketika main di kandang sendiri maupun markas lawan.
Sekarang, Persipura cukup banyak berganti pelatih, mulai dari Jafri Sastra, Liestiadi, Angel Alfredo Vera, sampai teraktual ada nama Osvaldo Lessa yang melatih Persipura. Secara tampak dari luar, mereka belum mampu membangkitkan potensi anak-anak Persipura seperti yang dilakukan Jacksen beberapa waktu silam. Inilah salah satu pangkal turunnya kekuatan Persipura.
Jika situasi yang sama masih terjadi, dan tak ada perbaikan yang dilakukan Persipura, maka, ke depan, Persib tak perlu takut lagi pada Persipura. Namun, bukan berarti kewaspadaan itu mesti hilang, karena bisa saja, dalam beberapa tahun ke depan, Persipura akan bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan menakutkan di sepakbola Indonesia.