Selama keikutsertaan di ajang kompetisi Indonesia, Semen Padang dikenal sebagai tim dengan pertahanan yang kuat, selain tentunya sayap-sayap yang juga apik.
Dalam perjalanannya, Semen Padang acap menghadirkan sistem pertahanan yang kuat. Bukan cuma bertahan rapat, mereka juga kerap menggunakan sistem pertahanan yang sulit ditembus lawan. Hal ini ditopang oleh kelahiran pelatih-pelatih asal Padang macam Nilmaizar maupun Jafri Sastra yang memiliki pemahaman taktik mumpuni.
Namun, ciri khas pertahanan Semen Padang yang kuat ini sempat hilang. Pada 2017, mereka terdegradasi ke Liga 2. Bahkan, di musim tersebut, Semen Padang mencatatkan kebobolan yang banyak, yakni 51 gol. Mereka masuk deretan 10 tim dengan total kebobolan terburuk di Liga 1 2017.
Tidak butuh waktu lama bagi Semen Padang berada di Liga 2. Tampil ciamik dalam perhelatan Liga 2 2018, mereka sukses kembali promosi ke Liga 1 2019 selaku finalis. Diasuh oleh Syafrianto Rusli yang asli Padang dan dikapteni oleh Irsyad Maulana, pemuda asal Batusangkar, Sumatra Barat, Semen Padang melejit.
Sekarang, mereka siap kembali bersaing di kompetisi level tertinggi di Indonesia, dengan tidak menghilangkan ciri khas yang mereka miliki: pertahanan rapat. Benarkah itu masih terlihat?
Pertahanan Semen Padang: Rapat Sekaligus Terorganisir
Sejauh ini, dari tiga laga yang sudah mereka lakoni, Semen Padang berada di posisi yang kurang baik. Mereka berada di peringkat 14, dengan raihan 2 poin dari 3 laga. Sekilas terlihat bahwa tim berjuluk ‘Kabau Sirah’ itu belum mampu bersaing dengan tim-tim lain di Liga 1 2019.
Tapi, jika melihat dari statistik mereka sejauh ini, mereka masih memiliki potensi untuk mengejutkan tim lain. Meski baru menorehkan 2 poin dari 3 laga, mereka hanya kebobolan 2 gol saja. Total kebobolan ini merupakan yang terbaik setelah PS TNI, Persib, PSM, Madura United, dan Bali United.
Apa kunci di balik kebobolan Semen Padang yang baru 2 tersebut? Kuncinya berada di ciri khas permainan mereka sendiri, yaitu pertahanan yang rapat nan apik.
Dari tiga laga, ada dua skema dasar yang digunakan Syafrianto Rusli, yakni 4-3-3 dan 3-4-3. Skema 4-3-3 digunakan ketika menghadapi PSM Makassar dan PSS Sleman, sedangkan skema 3-4-3 digunakan ketika mereka menjamu Persib Bandung. Meski menggunakan skema dasar yang berbeda, Semen Padang menerapkan skema pertahanan yang hampir sama.
Menghadapi ketiga tim tersebut, Semen Padang menerapkan skema pertahanan rapat. Mereka berusaha untuk meminimalisir gerak pemain lawan, terutama di area sepertiga akhir lawan. Empat bek bergerak sejajar, ditopang oleh dua gelandang bertahan yang turun membantu pertahanan.
Jika melihat tiga laga yang sudah dilalui ‘Kabau Sirah’, tampak jika jarak antar pemain mereka ketika bertahan tidak terlalu jauh. Selain itu, yang patut diapresiasi adalah kedisiplinan mereka dalam menjaga jarak ini. Hal itulah yang membuat lawan kerepotan dalam menembus pertahanan mereka.
Lihat bagaimana barisan penyerang PSM, PSS, dan Persib kesulitan menembus pertahanan Semen Padang. Saat akan memasuki kotak penalti Semen Padang, mereka dibuat bingung oleh skema pertahanan Semen Padang yang apik ini. Alhasil, mereka pun jadi sulit mencetak gol ke gawang Semen Padang yang dikawal oleh Teja Paku Alam.
Skema pertahanan apik Semen Padang ini juga diwarnai oleh ciamiknya penampilan dari Teja. Penjaga gawang yang pernah membela Sriwijaya FC ini kerap mencatatkan penyelamatan-penyelamatan penting. Hal itu membuat Shukurali Pulatov dan Agung Prasetyo lebih nyaman dalam mengatur pertahanan.
Alhasil, jangan heran jika mereka baru kebobolan dua gol. Bahkan, seharusnya mereka baru kebobolan satu saja, andai jika wasit bisa lebih jeli melihat pergerakan Kushedya Yudo di laga lawan PSS.
Penyerangan yang Masih Kurang
Dahulu, lini pertahanan kuat Semen Padang ini ditopang juga oleh lini serang yang menyeramkan. Ada sosok Edward Wilson Junior yang berhasil mencetak 80 gol dari 105 penampilannya bersama Semen Padang. Ia jadi momok bagi pertahanan lawan lewat pergerakan efektifnya di lini depan.
Penyerangan yang kuat ini juga didukung oleh sayap-sayap yang hidup. Esteban Vizcarra, Muhammad Nur Iskandar, serta Riko Simanjuntak jadi nama-nama yang pernah menghidupkan sayap Semen Padang. Mereka mendukung sistem permainan Semen Padang yang juga kerap mengandalkan serangan balik.
Tapi, pada musim ini, hal itu sedikit tidak terlihat. Irsyad Maulana, yang sempat jadi duet sayap menakutkan bersama Riko, belum menunjukkan permainan maksimal. Begitu juga Dedi Hartono yang belum mampu mendukung pergerakan Karl Max Barthelemy di lini depan.
Meski begitu, melihat permainan Semen Padang di tiga laga awal, mereka masih punya potensi yang bisa dihidupkan. Asal Syafrianto Rusli jeli dalam mengolah lini depan, ia bisa mengubah tim Semen Padang ini jadi tim yang berbahaya di Liga 1.
Lalu, melihat catatan kebobolan mereka, setidaknya itu jadi semacam pertanda bahwa lini pertahanan Semen Padang yang kuat itu masih ada.