Sudah Cukup Umur, Perlukah Takefusa Kubo ke Eropa Lagi?

Foto: Independent.co.uk

Musim panas 2011, bocah berusia 10 tahun asal Jepang mendarat di Barcelona. Mungil, lincah, dan langka, Takefusa Kubo langsung dijuluki sebagai ‘Messi dari Jepang’. Namun lima tahun kemudian, Kubo harus pulang ke Jepang setelah Blaugrana mendapat hukuman dari FIFA karena melakukan transaksi dengan pemain di bawah umur.

FC Tokyo yang menampung Kubo menaruh harapan besar kepada pemain kelahiran 4 Juni 2001 itu. “Semoga di masa depan dirinya bisa menjadi pemain yang memikul tim nasional. Setidaknya untuk Olimpiade [2020],” kata Presiden FC Tokyo Naoki Ogane.

Menghabiskan dua tahun di akademi FC Tokyo, Kubo kemudian dipromosikan ke tim U-23 pada 2016, Kubo jadi pemain termuda yang pernah merasakan atmosfer liga profesional Jepang, J.League. Debutnya besama Tokyo U-23 terjadi saat masih berusia 15 tahun, lima bulan, dan satu hari.

Kemudian sekitar lima bulan kemudian, Kubo jadi pemain termuda yang berhasil mencetak gol di J.League. Membobol gawang Cerezo Osaka U-23 saat masih 15 tahun dan 10 bulan. Penampilannya bersama tim U-23 membuat FC Tokyo mengorbitkan Kubo ke tim senior. Baru setengah tahun di tim senior, Kubo mendapatkan kontrak baru. Kontrak itu sekaligus menandakan dirinya setara dengan pemain-pemain senior FC Tokyo lainnya.

Peningkatan status Kubo bukan tanpa alasan. Manajer FC Tokyo Kenta Hasegawa mengakui bahwa di usia muda, Kubo sudah terlihat dewasa. Hasegawa pun menilai hal itu tidak lepas dari petualangannya selama bermain untuk Barcelona.

“Dia luar biasa. Sejak dirinya mulai dikenal oleh dunia, mental Kubo mengalami perubahan. Ia bukan lagi anak-anak,” ungkap Hasegawa. “Kubo mulai memasuki level Ritsu Doan. Jika dia terus mendapat jam terbang, dirinya akan kembali ke Eropa,” lanjut mantan penyerang Samurai Biru era 90-an tersebut.

Belum Sampai Level Doan

Ritsu Doan merupakan mantan pemain asuhan Hasegawa di Gamba Osaka. Pada musim panas 2018, Doan diboyong Groningen dengan dana 1,7 juta euro setelah sebelumnya menjalani masa pinjaman selama satu tahun bersama klub kebanggan dari Utara tersebut.

Sekalipun Hasegawa mengatakan Kubo sudah siap untuk kembali ke Eropa. Sebenarnya, level Kubo belum setara dengan Doan di Gamba. Sebelum menarik minat Groningen, Doan sudah berhasil menembus tim utama Gamba di bawah arahan Hasegawa. Membuktikan diri dengan terlibat dalam 17 gol dari 21 penampilannya bersama Gamba.

Sementara Kubo belum satu musim jadi pilihan utama Hasegawa di Tokyo. Musim 2019 adalah masa pembuktiannya. Hingga pekan kedelapan J.1, alias divisi tertinggi sepakbola Jepang, Kubo memang penting di lini tengah FC Tokyo. Hanya absen satu kali dan berhasil arsiteki dua dari 13 gol FC Tokyo.

Paris Saint-Germain (PSG), Manchester City, Real Madrid, dan Barcelona pun mengantri. Menunggu Kubo kembali ke Eropa. Musim panas 2019, saat dirinya berusia 18 tahun, Kubo sudah bisa merantau lagi ke Benua Biru.

Pintar Sejak Masih Anak-Anak

Foto: ESPN

Hanya dalam empat tahun, Kubo memang dapat dikatakan sudah dewasa. Hasegawa dan pengamat sepakbola Jepang, Kei Rokukawa, sama-sama setuju bahwa Kubo sudah menjadi pemain cerdik di atas lapangan. Dia bisa bersaing di Eropa. Akan tetapi, hal itu sebenarnya telah dimiliki Kubo saat pertama masuk La Masia.

Kubo mendarat di Barcelona karena instingnya sendiri. Ia punya inisiatif untuk mendaftar sebuah kompetisi. Kompetisi itu dilakukan Barcelona dengan pemain terbaiknya dijanjikan tempat di La Masia. Kubo menjadi pemain terbaik itu. GOAL kemudian bertanya pada Kubo, apa yang bisa membuatnya bertahan di Spanyol? Jawabannya sederhana, otak.

“Saya rasa pemain Jepang memiliki kecerdikan. Itu membuat kita bisa memahami taktik secara teori ataupun praktik dengan lebih mudah. Sementara pemain-pemain Spanyol lebih mengandalkan hati mereka. Itu yang telah dibentuk sejak kecil di sana,” jelas Kubo.

Dengan kata lain, memiliki kecerdikan saja tidak cukup untuk membuat Kubo kembali ke Eropa dan mendapat nasib berbeda. Lagipula, Kubo baru menjalani musim pertamanya sebagai pemain inti FC Tokyo pada musim 2019. Baru delapan pertandingan pula. Terlalu dini untuk kembali berjudi ke Eropa. Olimpiade 2020 yang diharapkan Ogane saja belum berlangsung.

Tidak Berpikir ke Eropa

Foto: Junpiter Futbol

Sekalipun Kubo kembali ke Eropa, bukan Barcelona yang memiliki keunggulan untuk dapat tanda tangannya. Kubo kemungkinan besar akan lebih tertarik ke PSG mengingat teman dekatnya, Yacine Adi, bermain di Paris.

Tapi jika Kubo ke PSG pada musim panas 2019, tak ada jaminan dia dan Adi akan masuk tim senior. Pasalnya, menurut laporan RMC, PSG siap mengorbankan dua pemain muda mereka, Moussa Diaby dan Chistopher Nkuku. Membuang dua talenta muda untuk lainnya jelas menjadi tanda tanya besar soal kepedulian PSG pada nasib pemain-pemain remaja di musim 2019/2020.

Beruntung, Kubo belum memiliki agen dan dirinya ogah membicarakan peluang ke Eropa. “Saya tak terlalu memikirkan masa depan. Saya sedang di Tokyo. Ini bukan rumah saya. Saya tidak tumbuh besar di daerah ini. Jadi saya masih perlu adaptasi. Namun, melihat perjalanan saya di sini, senang bisa main dengan tim utama dalam waktu singkat,” ungkap Kubo.

Kubo mungkin disebut sebagai ‘Messi dari Jepang’. Tapi dia bukan pemain pertama yang disebut-sebut sebagai jelmaan Messi. Penyerang Newcastle United, Yoshinori Muto bahkan pernah mendapat julukan sama. Lihat bagaimana nasib Muto di Newcastle. Baguslah Kubo sadar dan ingin membangun dirinya sendiri sebelum benar-benar menjadi talenta terbaik dari Negeri Matahari Terbit.