Inter Milan kini sukses terjun bebas ke peringkat kelima klasemen sementara Serie A musim ini. Inter sebenarnya, masih memiliki kemungkinan meraih gelar, karena secara matematis tertinggal 18 angka dari pemuncak klasemen Napoli, dengan tabungan satu pertandingan. Sialnya, grafik permainan Inter menurun sejak akhir paruh musim pertama. Sejak 16 Desember hingga 3 Maret 2018, Inter bahkan tak pernah meraih satupun kemenangan.
Sejatinya anak asuh Luciano Spalletti bermain cukup apik. Skema yang dipilih Spalletti langsung nyetel dengan Inter Milan. Total hampir 69 juta Euro digelontorkan untuk mendatangkan pemain-pemain incaran seperti Milan Skriniar, Borja Valero, Alessandro Bastoni, hingga Matias Vecino.
Para pemain anyar tersebut langsung memberikan dampak di awal musim. Inter tak terkalahkan 15 pertandingan pada awal musim, meraih 4 hasil imbang dan 11 kemenangan.
Semuanya berubah pasca hasil imbang melawan Juventus. Hasil 0-0 mengantarkan Inter Milan dalam fase tanpa kemenangan sejak itu. Ini dimulai dari kekalahan 1-3 dari Udinese di kandang sendiri, imbang melawan Crotone di Giuseppe Meazza dan kekalahan atas Sassaulo di Mapei Stadium. Lalu, apa yang menyebabkan Inter Milan sulit meraih kemenangan?
Pola permainan yang mulai terbaca
Inter musim ini berutumpu pada dua penyerang sayap mereka: Ivan Perisic dan Antonio Candreva. Pada 18 Giornata musim ini, serangan yang dibangun lewat dua pemain ini cukup efektif. Perisic mencetak 7 gol dan 6 asis dari 23 penampilan. Angka ini terbilang impresif, juga ditunjang efektifitas Mauro Icardi yang telah mencetak 18 gol.
Semua berubah pasca melawan Udinese. Bermain dengan 3-5-2 Antonin Barak dan Silvan Widmer sukses mematikan peran Perisic. Widmer bahkan sukses menciptakan 1 asis dari gol Kevin Lasagna.
Mesikpun sukses mencipatakan 20 tendangan, tapi hanya lima yang on target. Bandingkan dengan 7 tendangan Udinese yang 5 di antaranya on target. Melawan Sassaulo, permainan Inter bahkan jauh lebih buruk. Inter total melakukan 49 umpan silang hanya 7 yang berhasil, dengan 66% penguasaan bola tanpa mampu mencetak satu gol pun.
Tidak adanya alternatif di bangku cadangan
Starting Eleven Inter Milan musim ini terkesan monoton. Pemain-pemain andalan mereka macam Mauro Icardi, Milan Skriniar, Ivan Perisic, Antonio Candreva, dan Borja Valero, selalu bermain tanpa memiliki pengganti yang sepadan.
Di lini depan misalnya, Perisic dan Candreva praktis hanya memiliki satu pemain pengganti dengan kualitas sepadan yaitu Eder. Di lini tengah Inter hanya mengandalkan Joao Mario, Mario Brozovic, Roberto Gagliardini, Matias Vencino, dan Borja Valero. Nama terakhir malah sudah berusia 33 tahun. Dalam skema 3 pemain tengah, mereka hanya memiliki Rafinha yang belum menemukan permainan terbaiknya.
Minimnya pelapis ini membuat Inter kesulitan dalam mengubah strategi, ketika melawan SPAL misalnya, Inter mendominasi permainan dan sukses melepaskan 8 tendangan On target.Namun rapatnya lini belakang SPAL dan tidak adanya alternatif membuat Inter tak bisa mencetak gol
Menarik melihat perubahan strategi apa untuk Inter musim ini, mengingat cedernya Icardi dan sudah tutupnya bursa transfer musim dingin, otomatis membuat Inter berpikir keras mencari opsi pengganti di bangku cadangan bagi pemain paling subur bagi Inter sejauh ini.
Aliran bola dari lini tengah yang kurang baik
Selain pola permainan yang terbaca, susunan pemain lini tengah milik Inter Milan sebenarnya tergolong mirip satu sama lain. Brozovic-Gagliardani adalah sosok gelandang yang lebih sering membantu penyerangan, meninggalkan sosok Borja Valero sebagai gelandang bertahan.
Gelandang serang dan bertahan milik Inter seperti kesuiltan dalam mengalirkan bola ke depan. Praktis bola dari Borja Valero biasanya langsung diarahkan ke Perisic ataupun Candreva, sedangkan fungsi dari gelandang di depan Valero lebih untuk membantu dua penyerang sayap, bukan sebagai penghubung antara lini tengah dan depan.
Permainan Valero memang masih cukup baik. Namun ketika memasuki 10 menit terkahir, Valero kewalahan menjalani dua peran sekaligus. Sosok Vecino yang didatangkan dari Fiorentina, sebenarnya adalah duet gelandang ideal bagi Valero untuk membantu penyerangan. Namun Vecino kini lebih sering terlibat dalam penyerangan dibanding membantu Valero mengalirkan bola. Sehingga seringkali Vecino digantikan oleh Eder untuk lebih mengalirkan bola ke lini depan.
***
Inter Milan kini bukan tanpa peluang untuk menjadi juara, apabila mereka sukses memperbaiki permainan mereka dan berharap Napoli dan Juventus terpleset di pekan-pekan krusial menghadapi tim besar, peluang masih akan terbuka lebar. Namun dengan cederanya Icardi dan belum adanya pengganti yang sepadan dari sang kapten, sulit untuk Inter Milan mampu meraih juara.
Beban kini ada pada Luciano Spalletti yang harus memutar otak mencari solusi absennya Icardi sekaligus memecahkan tiga masalah utama Inter sejauh ini.
Editor: Frasetya Vady Aditya