Usai Kalah dari Yordania, Apa yang Mesti Dibenahi Indonesia?

Foto: PSSI.org

Timnas Indonesia meraih hasil kurang memuaskan dalam laga FIFA Matchday. Menghadapi Yordania di Stadion King Abdullah II, Selasa (11/6/2019) malam WIB, Indonesia harus menderita kekalahan dengan skor 1-4.

Gol-gol kemenangan Yordania dalam laga ini dicetak Baha Faisal, Ahmed Ersan, Yousef Alrawashdeh, serta Hamza Al Dardour. Sedangkan gol balasan Indonesia dicetak oleh Alberto ‘Beto’ Goncalves lewat sepakan penalti. Rekor Indonesia ketika bersua tim Timur Tengah pun tetap terjaga.

Namun, karena ini adalah pertandingan bertajuk laga persahabatan, kekalahan ini tidak mesti diratapi oleh Indonesia. Justru dari kekalahan ini, Indonesia bisa belajar banyak hal. Selain itu, kekurangan-kekurangan yang ada di tubuh Indonesia pun tampak dengan sendirinya.

Nah, kekurangan-kekurangan apa sajakah yang mesti dibenahi oleh Indonesia ini?

Ketenangan Ketika Ditekan

Dalam pertandingan tadi, beberapa kali terlihat ada situasi ketika para pemain Timnas Indonesia gugup saat ditekan lawan. Yordania sendiri memang menerapkan tekanan agresif kepada para pemain Indonesia, bahkan ketika para pemain Indonesia masih berada di wilayah pertahanan sendiri.

Hal tersebut membuat beberapa kali pemain Indonesia salah memberi umpan. Efeknya, serangan Indonesia pun banyak tersendat, bahkan sejak dari lini pertahanan. Umpan-umpan panjang pun jadi sesuatu yang jamak dilihat di laga ini, terutama pada awal sampai pertengahan babak pertama.

Ke depan, semestinya pemain Indonesia harus lebih percaya diri. Di babak kedua, mereka sudah lebih berani mengalirkan bola dari bawah. Yanto Basna, Hansamu Yama, dan Achmad Jufriyanto selaku bek pun banyak terlibat ketika membangun serangan. Tapi, meski begitu, kegagapan ketika ditekan para pemain Yordania masih terlihat sampai akhir babak kedua.

Kecairan di Lini Serang

Lini depan Yordania bermain dengan cair di laga ini. Para pemain depan Yordania saling mengisi di area sepertiga akhir, dan hal ini membuat bek Indonesia kebingungan. Apalagi di laga ini Indonesia menggunakan skema tiga bek, ditambah dengan dukungan dari gelandang bertahan yang minim.

Nah, sialnya, lini depan Indonesia belum secair Yordania. Selain karena terlalu banyaknya umpan-umpan panjang yang dilepas para pemain Timnas, lini tengah yang tidak banyak terlibat dalam serangan membuat aliran bola ke lini depan minim. Dedik Setiawan selaku penyerang tunggal juga tidak banyak melakukan manuver di laga ini.

Memasuki babak kedua, perubahan tampak di lini serang Indonesia. Para pemain depan sudah tidak kaku lagi, ada yang bergerak turun, dan hal ini membuat para pemain tengah mulai banyak mengirimkan umpan terobosan. Ditambah dengan masuknya Irfan Bachdim dan Beto, membuat serangan Indonesia lebih cair.

Alhasil, Indonesia mampu mencetak satu gol lewat penalti Beto. Namun, kecairan lini serang ini baru tampak saat mereka tertinggal 0-3 di babak kedua.

Jarak Antar Pemain yang Jauh

Di laga ini, tampak bahwa para pemain Indonesia saling berjauhan. Jarak yang tidak terjaga ini, ditopang pula oleh tekanan pemain Yordania, berefek kepada bebasnya para pemain Yordania bergerak. Efek lainnya adalah distribusi bola juga jadi tidak berjalan semestinya. Banyak umpan-umpan panjang yang tidak perlu.

Gol kedua yang dicetak Indonesia adalah buah dari jarak yang jauh ini. Mereka seolah takut mendapat bola. Ditambah lagi, para pemain Timnas Indonesia kerap banyak melakukan kesalahan individu. Hal inilah yang mampu dimanfaatkan oleh pemain Yordania. Gol ketiga bisa jadi cermin dari buruknya jarak antar pemain Indonesia ini.

Jarak antar peman yang jauh ini pula yang membuat area sepertiga akhir Indonesia, sepanjang laga, rentan diobrak-abrik para pemain Yordania.

Skema Tiga Bek?

Di laga ini, Indonesia menggunakan skema tiga bek. Hansamu, Basna, dan Jupe jadi trio bek di lini pertahanan. Namun, di laga ini, hal itu jadi risiko tersendiri. Selain menciptakan jarak antar pemain, tampak para pemain belum paham penggunaan skema tiga bek ini.

Kadang, Ruben Sanadi dan Rizky Pora yang diplot menjadi “wing-back” kerap terlalu maju ke depan, tidak membantu pertahanan. Evan dan Rizky Pellu juga kadang lupa melapisi lini belakang, sehingga hal ini membuat para bek Indonesia langsung berhadapan dengan para penyerang Yordania.

Namun, eksperimen macam ini memang perlu dilakukan Simon McMenemy, pelatih Timnas Indonesia. Variasi strategi diperlukan, dan setidaknya, dari sini, Simon akan tahu hal-hal mana yang mesti ia benahi.

***

Simon memang gagal memenuhi janjinya untuk memperbaiki rekor Indonesia kala bersua tim Timur Tengah. Tapi, kekalahan ini bukanlah sesuatu yang harus diratapi. Laga persahabatan lazimnya memang digunakan sebagai ajang coba-coba, sekaligus menakar strategi yang pas untuk tim.

Kualifikasi Piala Dunia 2022 dan Piala Asia 2023 masih jauh. Simon masih memiliki waktu untuk mengutak-atik skuat, sekaligus menentukan pakem seperti apa yang akan ia pakai di skuat Indonesia. Mari berdo’a, semoga Simon bisa menyusun tim dengan baik, sehingga kelak Indonesia (senior) bisa berbicara banyak di ajang internasional.