Apa yang Terjadi dengan Newcastle United dan Suporternya?

Apa jadinya ketika para suporter mengancam tidak akan lagi mendukung sebuah klub? Bukan seorang fans saja, tapi sekumpulan orang berhenti datang ke stadion yang sebelumnya, benar-benar secara harfiah, selalu menyesakkan kandang. Tentu ancaman ini tidak bisa dianggap sebagai isapan jempol semata.

Akan tetapi itu lah yang terjadi pada Newcastle United, kesebelasan Liga Inggris yang dalam beberapa musim terakhir dalam kondisi goyah dan kerap menjadi tim yoyo, baik di papan klasemen sementara atau klasemen akhir. Kesuksesan naik divisi dirayakan secara besar, padahal mencari cara agar tidak turun divisi lah yang harus dilakukan.

Para suporter The Toon mengancam akan meninggalkan St James’ Park andai manajer Rafael Benitez hengkang di akhir musim nanti melalui akun Twitter @IfRafaGoesWeGo. Bagi NUFC tentu kehilangan para suporter berakibat fatal sebab stadion tidak pernah sepi dari kehadiran fans di tiap laganya, baik di Liga Inggris atau Divisi Championship.

Malahan rata-rata kehadiran fans di stadion kala bermain di divisi kedua, di musim 2016/2017) lebih tinggi dibanding kebanyakan klub-klub papan tengah Liga Spanyol. Dengan rata-rata 51.108 penonton hadir, angka tersebut lebih tinggi dibanding rata-rata kehadiran suporter Inter Milan, Paris Saint-Germain, Atletico Madrid, Valencia, AC Milan dan Juventus, di kandang masing-masing. Hanya Barcelona (78.111 penonton) dan Real Madrid (69.321 pentonton) yang mampu mengalahkan NUFC jika dibandingkan dengan Liga Spanyol, Liga Perancis, dan Liga Italia, selain Liga Inggris.

Akun Twitter itu mendapatkan dukungan yang luar biasa banyak, dengan jumlah pengikut 12 ribu dengan petisi yang ditujukan bagi pemegang tiket terusan dan tiket harian, serta fans secara keseluruhan.

Selain menolak datang ke St James’ Park, juga tidak akan berbelanja di toko Sports Direct kepunyaan sang pemilik klub, Mike Ashley dan sponsor stadion.

Pasalnya Rafael Benitez adalah sang penyelamat klub yang bersedia turun tangan membawa Newcastle United keluar dari zona medioker. Dengan waktu satu musim saja, The Magpies bisa kembali ke Liga Inggris dan finis di peringkat ke-10 musim lalu dengan skuat ala kadarnya.

Tom and Jerry ala Benitez dan Ashley

Sebetulnya para suporter The Magpies hanya berharap Rafael Benitez diberikan kuasa lebih dalam membangun skuat sehingga ia berkenan memperpanjang kontrak di Newcastle. Yang jadi masalah adalah keenganan Ashley menggelontorkan dana demi membangun skuat. Tercatat hingga Minggu (22/07/2018), Newcastle baru mendatangkan tiga pemain dengan total transfer sebesar Rp188 miliar.

Padahal diyakini klub sebesar Newcastle harus memberikan Benitez dana sebesar Rp1,1 hingga Rp1,3 triliun. Pasalnya selain besarnya pemasukan dari penjualan tiket, The Magpies pun memperoleh dana sebesar Rp2,2 triliun dari hak siar televisi, bonus duduk di peringkat ke-10 klasemen akhir musim lalu serta penyewaan fasilitas klub. Pendapatan tersebut merupakan yang terbesar kedelapan diantara klub-klub top Liga Inggris lainnya.

Sayangnya dalam wawancara dengan Sky Sports musim lalu, Mike Ashley beranggapan bahwa dana tersebut tidak cukup untuk bersaing dengan klub-klub seperti Manchester City dan United. Padahal secara teori angka itu terbilang besar dan bisa dipergunakan membawa pemain-pemain yang tidak berstatus bintang namun tetap berkualitas.

Foto: Thesun.co.uk

Sadar dirinya menjadi tumpuan para suporter untuk membawa Newcastle ke jenjang yang lebih baik, Benitez ogah memperpanjang kontrak. Ia hanya akan menandatangani kontrak baru kalau dana transfer untuk tim utama dan akademi dipenuhi. Padahal kontraknya akan berakhir Mei tahun depan.

Di sisi lain, seperti diberitakan oleh Newcastle Toons, Mike Ashley memberikan ultimatum kepada manajer berkebangsaan Spanyol itu untuk segera memperpanjang kontrak jika ingin menerima dana transfer lebih.

Padahal Ashley sadar, mempertahankan Rafael Benitez sangat vital, baik untuk mempertahankan kepercayaan para fans dan juga meningkatkan performa tim. Sanjungan pun pernah dilayangkan oleh almarhum Freddie Shepherd, Mei dua tahun lalu.

“Keputusan mempertahankan Benitez merupakan bisnis terbaik yang pernah dilakukan Mike Ashley sejak mengambil alih klub. Mike telah membuat keajaiban dengan mempertahankan Benitez,” ucap Shepherd pada The Sun.

Tapi bukan berarti hubungan Ashley dengan Benitez berjalan mulus. Tidak. Setelah membawa Newcastle promosi di musim panas tahun lalu, eks manajer Liverpool dan Real Madrid itu mengindikasikan adanya tensi di antara mereka, serupa seperti sekarang dan juga dengan masalah yang juga tetap sama: dana transfer.

Bayangkan, musim panas tahun lalu Newcastle hanya memboyong enam pemain anyar, sedangkan tim yang sama-sama promosi ke Liga Inggris Huddersfield Town dan Brighton & Hove Albion masing-masing membeli 10 dan 11 pemain anyar. Walau NUFC bisa finis di posisi ke-10 besar, bukan berarti tidak dibutuhkan transfer banyak.

“Ketika Anda melakoni sebuah laga dan kalah, yang terpenting adalah memahami kenapa [kami bisa kalah] dan juga masalah yang kami miliki dengan rangkaian cedera,” kata Benitez, seperti dikutip dari Independent, Agustus 2017 silam.

Kini kunci berada di tangan Mike Ashley sendiri. Apakah akan tetap sama pelitnya seperti ketika berhadapan dengan Alan Pardew atau mengalah kepada Rafael Benitez yang notabene merupakan manajer kelas dunia usai membawa Liverpool juara Liga Champions dan sederet piala bergengsi lainnya di Napoli, Inter Milan dan Valencia.