Kesebelasan di Inggris umumnya memiliki stadion sendiri. Ini tak lepas dari sejarah mereka yang biasanya setelah membangun klub langsung memikirkan membeli lahan. Walau begitu, klub seperti West Ham United masih menyewa London Stadion meski dengan durasi panjang.
Saat ini, mulai banyak klub yang pindah pindah ke stadion baru. Salah satu alasan utamanya adalah karena mereka telah bermain di stadion yang sama selama lebih dari 100 tahun! Tentu mereka bisa meningkatkan fasilitas stadion lama, tapi ada alasan mengapa pindah ke stadion baru menjadi pilihan.
Meningkatkan Kapasitas Stadion
Ketika klub membeli lahan untuk menjadi stadion, tanah di sekitar mereka bisa saja masing kosong. Akan tetapi, puluhan tahun kemudian sudah berubah menjadi permukiman.
Stadion yang terletak di tengah permukiman menjadi terbatas pengelolaannya. Terutama dalam hal menambahkan struktur baru untuk meningkatkan kapasitas stadion.
Penting bagi klub untuk meningkatkan kapasitas, soalnya, salah satu pendapatan terbesar klub adalah dari penjualan tiket. Ini yang bikin Arsenal pindah dari Highbury yang berkapasitas 38 ribu ke Emirates Stadium yang bisa menampung 60 ribu. Pun dengan Tottenham Hotspur yang merobohkan White Hart Lane dan membikin stadion baru di atasnya. White Hart Lane berkapasitas 36 ribu, sementara stadion baru sekitar 62 ribu.
Tidak semua klub bisa melakukan apa yang dibikin Spurs. Soalnya, untuk menambahkan struktur baru pada stadion, dibutuhkan izin perencanaan.
Sebenarnya, izin perencanaan kerap disetujui oleh pemerintah daerah. Akan tetapi, kalau struktur stadion memengaruhi bangunan yang sudah ada seperti rumah atau jalur kereta api, maka ini akan menjadi masalah.
Di Inggris, apabila struktur bangunan memengaruhi kehidupan masyarakan lokal, maka izin pun tak akan keluar. Kecuali, klub setuju untuk memperbaiki kondisi masyarakat setempat. Kalau ini terjadi, klub biasanya memilih membangun stadion baru di tempat lain.
Membangun Stadion baru Tidak Mudah
Klub tidak bisa tiba-tiba membeli lahan lalu membikin stadion di sana. Klub tetap harus mendapatkan izin dari Pemerintah Inggris. Mereka harus mendapatkan izin dari Dewan Kota di area tersebut. Pemerintah Inggris lalu mendiskusikannya dengan penasihat bidang arsitektur, urban design, dan ruang publik, yang bernama “Commission for Architecture and the Build Environment (CABE)”.
Satu hal paling utama yang dipelajari adalah dampak dari kehadiran stadion tersebut kepada area sekitarnya. Pemerintah Inggris tak peduli apakah stadion tersebut bisa mendatangkan uang. Soalnya masalah utamanya justru apakah stadion itu akan berdampak bagi sekitarnya. Ini yang membuat Pemerintah Inggris biasanya meminta klub melakukan beberapa bentuk regenerasi di sana.
“Regenerasi” yang dimaksud adalah peningkatan kualitas di area tersebut. Misalnya, pembangunan perumahan baru sampai pembiayaan untuk masyarakat sekitar. Ini yang dilakukan Arsenal saat membangun stadion di Ashburton Grove. Mereka juga bertanggung jawab untuk membiayai pembangunan perumahan dan fasilitas masyarakat.
Kalau klub enggan memberi rencana regenerasi, CABE biasanya menolak perizinan stadion baru tersebut. Ini yang terjadi pada Tottenham Hotspur pada Januari 2010 lalu. Soalnya, rencana pembangunannya tidak jelas. Meski, Spurs menawarkan membangun tiga komponen: stadion, supermarket, dan perumahan. CABE merasa kalau ketiganya tak saling berhubungan dan seperti proyek terpisah.
Pembiayaan Pembangunan Stadion
Untuk membangun stadion baru tentu dibutuhkan biaya besar. Spurs menghabiskan 1 miliar paun untuk keseluruhan proyek termasuk hotel dan perumahan! Sementara Arsenal mengeluarkan 390 juta paun buat bikin Emirates Stadium.
Klub biasanya tak punya uang sebanyak itu. Maka, langkah paling cepat adalah dengan melakukan pinjaman. Mereka berani karena bisa membayar utang yang besar itu dengan pendapatan yang didapatkan dari sepakbola.
Dalam kasus klub yang membangun stadion baru di tempat lain, mereka biasanya menjual stadion lama mereka ke pengembang. Pihak pengembang juga senang untuk membikin perumahan, misalnya, di stadion lama tersebut. Soalnya, banyak suporter yang senang tinggal di bekas klub mereka berkandang.
Sumber: InBrief