Premier League menerapkan peraturan yang terbilang berani untuk bursa transfer musim depan. Operator Liga Inggris tersebut menetapkan bursa transfer ditutup satu jam sebelum kick off pada 9 Agustus 2018 pukul 17.00 waktu London.
Aturan ini memang menuai pro kontra, tapi tetap disahkan. Pasalnya, aturan ini disetuju sebagian besar kesebelasan Premier League, kecuali lima kesebelasan: Manchester City, Manchester United, Crystal Palace, Swansea, dan Watford. Sementara itu Burnley memilih untuk abstain.
Salah satu yang mendukung adalah Arsene Wenger. Manajer Arsenal tersebut menyebut penutupan bursa transfer akan memberikan ketenangan buat tim agar pemainnya tak pindah ke kesebelasan rival saat liga telah berlangsung. Wenger mencontohkan Alex Oxlade-Chamberlain yang pindah ke Liverpool meski sempat bermain untuk Arsenal di musim ini.
Dukungan juga diberikan Ronald Koeman, manajer Everton, yang menyatakan bahwa tim akan lebih siap menjalani musim karena tak perlu kehilangan pemain saat liga sudah berjalan.
Meskipun demikian, suara kontra juga memiliki alasan yang jelas. Manajer Manchester United, Jose Mourinho, menjelaskan bahwa penutupan bursa transfer lebih dini tidaklah bijak. Menurutnya, kalau liga lain masih membuka bursa transfer maka peluang klub kehilangan pemain dengan dibajak liga lain tetaplah besar. Di sisi lain, klub tak punya pengganti sepadan karena bursa transfer telah ditutup.
Chairman Swansea juga menyatakan kebijakan ini akan merugikan, karena persiapan tim kecil, akan sangat terbatas, mengingat tim seperti Swansea, memiliki keterbatasan dana. Apabila pemain bintangnya dicuri, mereka sulit mencari pengganti yang sepadan, karena bursa transfer yang telah ditutup (meskipun Paul Clement, manajer Swansea, setuju dengan kebijakan ini).
Pihak Premier League, bukan tanpa alasan melakukan kebijakan tersebut. Chairman Premier League, Richard Scudamore, menyatakan, hal ini dilakukan demi integeritas kompetisi. Pasalnya, sangat tidak nyaman untuk sebuah tim kehilangan pemain pentingnya, selang tidak lama setelah bermain untuk klub tersebut, (contoh kasus adalah kasus Chamberlain, yang menyebrang ke Liverpool, berselah 5 hari pasca kekalahan, Arsenal atas Liverpool di liga).
Penutupan lebih dini juga memberikan rasa nyaman untuk sebuah tim dan pemain. Scudamore mencontohkan kasus Ross Brakley, yang nyaris pindah ke Chelsea, namun urung karena mengubah pikirannya. Selain itu, penutupan lebih dini juga menjaga harga pemain tetap dalam koridor normal.
Soal ini memang terbukti di mana transfer Neymar ke PSG, juga memengaruhi harga jual pemain lain. Diharapkan dengan pembatasan deadline transfer ini, tim tidak akan over-budget dalam mengalokasikan dana, dan lebih menggunakan pemain binaan akademi. Tujuan jangka panjangnya adalah mempersiapkan Timnas Inggris di Piala Dunia 2022.
Tanggapan lain datang dari dunia jurnalis. Jonathan Wilson menyatakan kebijakan ini akan menjaga stabilitas harga pemain di dalam liga. Namun tidak memiliki dampak signifikan untuk kondisi liga yang saat ini yang masih banyak diisi pemain asing non-Inggris.
Michael Cox, dari Zonal Marking, juga menyatakan tidak ada signifikansi dampak dari aturan tersebut. Malah ini akan sedikit menurunkan kelas Premier League setara dengan MLS yang menerapkan kebijakan yang sama sejak lama.
Lars Pollmen, jurnalis Jerman, menyatakan kebijakan ini cukup lucu. Pasalnya, Liga sebesar Premier League, harus menggunakan kebijakan tersebut. Padahal menurutnya, iklim kompetisi akan sangat berkurang apabila aturan tersebut diterapkan.
UEFA sendiri sangat mendukung kebijakan ini. Aleksander Ceferin, Presiden UEFA, dalam hal ini sangat mendukung bahkan mencoba memikirkan kebijakan ini diterpakan di Eropa. Ini mengingat iklim transfer Eropa yang sangat tidak kondusif dengan banyaknya pemain dengan harga yang tidak wajar, meskipun Financial Fair Play telah diterapkan, namun, dampaknya masih belum bisa dirasakan dengan baik.
Di satu sisi, memang kebijakan ini akan sangat membantu tim untuk mempersiapkan kompetisi lebih dini. Pasalnya jangka waktu persiapan yang bisa dibilang kurang, maka efektifitas dalam transfer akan menjadi kunci sebuah tim untuk bertahan atau juara Premier League. Selain itu, mengantisipasi harga transfer yang semakin lama, agak tidak masuk akal, karena mega transfer yang dilakukan beberapa tim, langkah ini, cukup preventif menjaga stabilitas harga, dan mencegah pemain berharga overpriced.
Di sisi lain, memang tidak ada transfer masuk bagi klub Premier League, akan membahayakan. Apabila ada tim dari liga lain melakukan pembelian pemain dari tim Premier League, sedangkan transfer bagi klub Premier League, bursa transfer telah ditutup, sehingga, klub tidak bisa melakukan perbaikan untuk pos yang ditinggalkan pemain tersebut.
Selain itu, waktu persiapan bagi klub akan sangat sedikit untuk memperbaiki tim, dan akan sedikit merepotkan, mengingat tim Premier League, paling tidak akan bermain di 3 kompetisi berbeda (EFL Cup, FA, dan Premier League). Belum lagi dengan tim yang bermain di Eropa, maka membutuhkan kedalaman squat dan persiapan yang cukup baik dalam mengarungi musim tersebut, akan sangat melelahkan apabila tim tersebut tidak memiliki kedalaman skuat yang baik.