Dalam sebuah ajang olahraga multievent macam Olimpiade atau Asian Games, pertandingan antarnegara yang kalah di semifinal menjadi penting. Mereka akan memperebutkan medali perunggu yang pastinya penting buat negara tersebut di klasemen raihan medali.
Perebutan peringkat ketiga juga jadi penting bila turnamen tersebut sekaligus jadi syarat kualifikasi dan hanya tiga kesebelasan yang lolos. Misalnya, Piala Asia U-19 yang menentukan siapa yang lolos ke Piala Dunia U-20. Kalau kuotanya tiga tim, otomatis, harus ada pertandingan perebutan peringkat ketiga.
Namun, pertanyaannya adalah mengapa Piala Dunia tetap mempertandingan perebutan peringkat ketiga yang sebenarnya tidak ada gunanya?
Hiburan untuk Penonton
Pertandingan peringkat ketiga jelas tidak sepenting partai final itu sendiri. Namun, pertandingan peringkat ketiga justru memberikan hiburan yang tak akan disajikan di partai final.
Misalnya saja di Piala Dunia 2006, 2010, dan 2014, total gol di final hanya empat gol. Bandingkan dengan di pertandingan peringkat ketiga yang mencapai 12 gol!
Pertandingan peringkat ketiga juga bisa menjadi pemanasan bagi para penonton sebelum sajian pertandingan final. Biasanya, jarak pertandingan semifinal kedua dengan final adalah empat hari, sementara pertandingan peringkat ketiga digelar sehari sebelumnya.
Selain itu, pertandingan peringkat ketiga bisa menjadi berkah buat pemain lapis kedua untuk mencicipi rasanya bermain di Piala Dunia. Ini yang dilakukan Louis van Gaal di Piala Dunia 2014. Demi memastikan kesemua 23 pemainnya tampil di Piala Dunia, ia menurunkan Michael Vorm pada waktu tambahan usai Belanda menang 3-0 atas Brasil.
Apabila tuan rumah yang main di peringkat ketiga, biasanya itu menjadi momen bagi mereka untuk berterima kasih atas dukungan suporter. Ini yang dilakukan Korea Selatan di Piala Dunia 2002 dan Jerman pada Piala Dunia 2006.
Pertandingan peringkat ketiga juga menjadi kesempatan buat penggemar untuk menonton kesebelasan idolanya di Piala Dunia tanpa tekanan yang nyata. Pun jadi kesempatan buat para pemain untuk lebih rileks.
Demi Ranking dan Rating
Berdasarkan Goal, alasan utama dari pertandingan peringkat ketiga adalah bahwa hasilnya akan digunakan untuk menghimpun ranking FIFA secara global. Ranking ini pula yang digunakan FIFA untuk menaruh tim tersebut pada pot dalam pengundian grup di turnamen lain.
Alasan lainnya tentu saja karena siaran televisi. Soalnya, pendapatan dari televisi merupakan salah satu yang terbesar yang diterima FIFA. Wajar rasanya, dan bukan hal yang sulit pula bila FIFA membuat satu pertandingan lagi demi rating televisi.
Dari Laporan FIFA pada Piala Dunia 2010, rating perebutan peringkat ketiga di turnamen yang digelar di Afrika Selatan tersebut cukup menjanjikan. Pertanidngan antara Uruguay menghadapi Jerman, menjadi pertandingan ke-14 yang paling banyak ditonton dari total 64 pertandingan. Sementara dalam jumlah penonton, terdapat 245 juta khalayak yang menyaksikannya.
Sejumlah alasan tersebut tidak membuat kritikan hilang. Salah satunya dari Van Gaal, yang meskipun menang 3-0 dari tuan rumah, Brasil, tapi merasa tak adil.
“Aku pikir pertandingan ini mestinya tak pernah dilangsungkan,” kata Louis van Gaal.
“Aku sudah bilang ini selama 10 tahun terakhir. Kami akan bertanding, tapi tak adil. Kami hanya punya satu hari lebih sedikit untuk pemulihan dan itu tidak fair play. Hal terburuknya adalah aku percaya, ada peluang kalau Anda akan kalah dua kali beruntun di turnamen yang Anda mainkan dengan sangat baik. Anda akan pulang sebagai pecundang karena kemungkinan Anda kalah di dua pertandingan terakhir.”
“Hanya ada satu penghargaan yang dihitung dan itu adalah menjadi juara dunia.”
Alan Shearer juga berpendapat demikian.
“Pertandingan perebutan ketiga dan keempat adalah kebodohan total. Itu menjadi hal terakhir yang diinginkan para pemain,” ucap Shearer.
Buat federasi negara di perebutan peringkat ketiga, tentu pertandingan ini penting. Mengapa? Karena peringkat ketiga mendapatkan 18 juta paun, sementara pecundang untuk kedua kalinya hanya 16,5 juta paun.