Di Piala Dunia 2018 ini, biasanya digelar tiga pertandingan dalam sehari. Akan tetapi, di pekan terakhir fase grup, jumlah pertandingan bertambah menjadi empat, tapi dua di antaranya digelar berbarengan. Apa alasannya?
Jadwal pertandingan Piala Dunia 2018
Di fase grup, pertandingan digelar setiap pukul 13.00 waktu Rusia (GMT+3), 16:00 GMT +3, serta 19:00 GMT+3. Akan tetapi, di pertandingan terakhir fase grup, justru digelar pada pukul 15:00 dan 19:00 dengan masing-masing dua pertandingan.
Di Indonesia, waktu pertandingan babak kualifikasi digelar pada pukul 19:00 WIB, 22:00 WIB, dan 01:00 WIB. Namun, memasuki pertandingan terakhir fase grup, hingga partai final, jadwal pukul 19:00 dan 22:00 ditiadakan; dengan diubah menjadi pukul 21:00 WIB dan 01:00 WIB.
Lantas, apa sebenarnya alasan pertandingan terakhir fase grup Piala Dunia digelar berbarengan?
Mencegah Pengaturan Pertandingan
Pertandingan terakhir fase grup Piala Dunia amatlah krusial. Utamanya buat kesebelasan negara yang belum meraih dua kemenangan, alias belum memastikan diri 100 persen lolos ke babak 16 besar.
Di Piala Dunia 2018, kesebelasan negara seperti Rusia, Uruguay, Inggris, dan Belgia, sudah lebih dulu memastikan lolos ke babak 16 besar. Akan tetapi, negara seperti Portugal dan Spanyol, mesti memastikan lolos atau tidaknya mereka di pertandingan terakhir. Pun dengan Argentina di Grup D.
Lolos atau tidaknya negara-negara tersebut tidak jarang juga dipengaruhi oleh hasil dari negara lain. Contohnya di Grup B yang terdiri dari Spanyol, Portugal, Iran, dan Maroko. Di pekan kedua, Spanyol dan Portugal ada di peringkat teratas dengan 4 poin dan selisih gol yang identik. Maroko sudah tidak punya peluang untuk lolos, tapi Iran masih bisa.
Syarat mutlak Iran untuk lolos adalah dengan mengalahkan Portugal. Kalau Iran bisa melakukan ini, Portugal juga bisa saja tidak lolos, asal Spanyol meraih hasil seri. Namun, Portugal bisa lolos meski kalah dari Iran, asalkan Spanyol kalah juga dengan jumlah gol lebih besar dari Maroko.
Sebenarnya, hasil seri juga sudah cukup bagi Iran untuk lolos ke babak 16 besar, asalkan Spanyol kalah dari Maroko, dan mereka meraih hasil seri di atas tiga gol, misalnya 4-4. Dengan ini, poin Iran akan sama dengan Maroko, selisih gol pun sama, tapi punya surplus satu gol dari Spanyol.
Karena saling berkaitannya masing-masing negara, pertandingan terakhir pun mesti digelar berbarengan agar tidak ada main mata. Misalnya, pertandingan Spanyol menghadapi Maroko digelar duluan dan Spanyol kalah 0-5, misalnya. Dengan hasil ini, bisa saja Iran dan Portugal main mata dengan bermain tak sungguh-sungguh, karena hasil kaca mata saja sudah cukup.
Pun sebaliknya. Apabila Portugal-Iran berakhir imbang 0-0 misalnya, Spanyol bisa saja menurunkan tim lapis kedua, karena mereka juga tinggal mengincar hasil seri. Mereka pun masih boleh kalah asal tidak lebih dari selisih satu gol.
Pernah Terjadi di Piala Dunia 1982
Karena pengalaman adalah guru terbaik, hal ini juga yang dilakukan oleh FIFA agar kejadian serupa di masa lalu, tak terjadi di masa kini. Pada Piala Dunia 1982 di Spanyol, momen memalukan ini pernah terjadi.
Ketika itu, Aljazair tampil sebagai kuda hitam dan bermain memesona. Di pertandingan pertama, mereka mengalahkan tim unggulan, Jerman Barat, meski kalah 0-2 oleh Austria. Di pertandingan terakhir, Aljazair menang 3-2 dari Cile yang membuat peluang mereka lolos ke babak grup fase kedua terbuka lebar.
Baca juga: Piala Dunia 1982: Kontroversi, Kalahnya Jogo Bonito, dan Gelar Ketiga Italia
Akan tetapi hal tersebut batal terjadi karena Austria justru kalah 0-1 dari Jerman. Kekalahan Austria memang tak perlu disesalkan. Akan tetapi yang bikin sebal adalah cara kedua tim bertanding.
Jerman Barat unggul terlebih dulu di awal pertandingan. Namun, setelahnya, keduanya seperti tak melakukan apapun untuk menambah keunggulan atau Austria membalas ketertinggalan. Ini tak lepas dari kedua kesebelasan yang memang sudah lolos ke babak selanjutnya asal hasil 1-0 tetap bertahan hingga peluit panjang dibunyikan.
Pertandingan pun memang berakhir 1-0 untuk Jerman Barat. Ketiga kesebelasan negara punya poin yang sama (empat poin). Akan tetapi, yang lolos adalah Jerman Barat dan Austria karena Aljazair kalah dalam selisih gol.
Dari pengalaman ini, pertanidngan pun mulai digelar berbarengan. Turnamen besar yang menggunakan sistem ini dimulai dari EURO 1984 dan Piala Dunia 1986. Hal serupa juga diadopsi turnamen lain seperti di Liga Champions 2017-2018 silam, di mana pada pertandingan terakhir, digelar secara bersamaan.