Apa Itu Homegrown Player dan Permasalahannya

Para pemain Football Manager yang menangani kesebelasan Premier League suka dibikin pusing dengan “Aturan Homegrown” saat akan mendaftarkan pemain. Soalnya, pemain yang baru dibeli terkadang terkendala dengan aturan ini.

“Aturan Homegrown” tentu tidak serta merta muncul di gim Football Manager. Karena aturan ini memang ada di dunia yang sebenarnya.

“Autran Homegrown” merupakan inisiatif operator Premier League agar lebih banyak pemain domestik dikembangkan dari usia yang lebih muda, agar nantinya dihasilkan lebih banyak bakat yang tumbuh dari dalam negeri.

Premier League mengusulkan maksimal hanya ada 17 pemain non-“Homegrown” di skuad setiap klub dengan maksimal 25 pemain yang bisa didaftarkan. Artinya, dari skuad yang berjumlah 25 pemain ini, setidaknya harus ada delapan pemain “Homegrown”.

“Aturan Homegrown” bisa saja direvisi dengan diperketat jumlahnya. Ini merupakan inisiatif mantan Ketua FA, Greg Dyke, yang ingin adanya aturan lebih kuat soal pemain asing. Tujuannya adalah membantu Inggris menjuarai Piala Dunia 2022 di Qatar. Usulan ini dikenal sebagai “Usulan Dyke” yang ia ajukan pada 2015 silam dan berisi:

  • Pemain “Homegrown: di Premier League harus ditingkatkan dari delapan menjadi 12 pemain. Dua di antaranya harus berasal dari akademi klub.
  • Memperketat definisi pemain “Homegrown” agar pemain asing tidak banyak yang lolos.

Maksud dari “pemain asing tidak banyak yang lolos” ini mengacu pada aturan “Homegrown” yang ada pada saat ini. Di mana seorang pemain dianggap sebagai “Homegrown” apabila ia dilatih di tim yang berada di Inggris, setidaknya selama tiga tahun, sebelum berusia 21 tahun.

Ini yang membuat Paul Pogba dianggap sebagai “Homegrown” meski ia berkebangsaan Prancis dan mengawali kariernya di Juventus. Soalnya, ia sudah di Manchester United sejak usia 16 tahun hingga 19 tahun, sebelum pindah ke Juventus.

Pun dengan Hector Bellerin yang berkebangsaan Spanyol, tapi dianggap sebagai “Homegrown”. Soalnya, ia sudah di London sejak usia 16 tahun setelah pindah dari Akademi Barcelona, dan masih bertahan hingga saat ini.

Dalam Usulan Dyke, batas tahunnya ingin diubah dari 21 tahun menjadi 18 tahun. Artinya, sang pemain harus sudah dilatih sejak usia maksimal 15 tahun. Dan karena remaja di bawah 16 tahun dilarang pindah negara untuk berganti klub (kecuali dalam keadaan tertentu), maka jumlah pemain asing yang berstatus sebagai “Homegrown” akan kecil peluangnya.

Kesebelasan Premier League harus mendaftarkan skuadnya pada 1 September atau setelah bursa transfer musim panas ditutup. Setiap klub diperbolehkan mendaftarkan hingga 17 pemain senior yang bukan berkebangsaan Inggris atau Wales dan tidak menghabiskan periode yang signifikan di akademi di Inggris atau Wales.

Setiap klub berhak mendaftarkan maksimal 25 pemain. Sisa delapan pemain ini mestilah berstatus “Homegrown”. Kalau tidak ada yang berstatus “Homegrown”, klub berarti hanya berhak mendaftarkan 17 pemain. Sementara itu, klub juga bisa mendaftarkan pemain U-21 yang jumlahnya tak terbatas.

Status Homegrown Setelah “Brexit”

Soal pendaftaran pemain, satu hal yang berubah adalah situasi “Brexit” di mana Britania Raya keluar dari keanggotaan Uni Eropa. Direktur Sports Interactive, perusahaan yang mengeluarkan gim Football Manager, Miles Jacobson, menyebut kalau status pemain Uni Eropa nantinya sama dengan pemain non-Uni Eropa di Football Manager.

Di gim Football Manager ada yang namanya “work permit” atau izin kerja. Pesepakbola non-UE, diharuskan melamar izin kerja dahulu kepada Pemerintah Inggris sebelum bisa bermain di Premier League. Hal ini bukan cuma terjadi pada gim, tapi juga di dunia nyata.

Dengan “Brexit”, Sports Interactive akan menyamakan status pemain Uni Eropa dengan non-UE. Mereka tetap harus mendaftarkan “work permit” sebelum bisa bermain di Premier League.

Kalau ini terjadi, 150-an pemain Uni Eropa di Premier League harus mendaftarkan “work permit” sebelum bisa bermain di liga. Kalau “izin kerja” mereka ditolak, otomatis mereka tak bisa main di EPL.

Pemain yang tidak secara otomatis mendapatkan “izin kerja” mereka bisa memenuhi syarat lewat Football Association’s Exceptions Panel. Sejumlah kelompok juga menggunakan alasan “pajak” yang dibayarkan pesepakbola, agar pemain dari UE bisa dikecualikan dari syarat “izin kerja”.

Homegrown Menurut UEFA

UEFA juga menerapkan “Aturan Homegrown”. Bedanya, UEFA tidak menentukan status kewarganegaraan sang pemain. Asalkan ia dilatih di negara yang sama untuk setidaknya tiga tahun antara usia 15 hingga 21 tahun.

Klub yang berlaga di kompetisi UEFA bisa mendaftarkan maksimal 25 pemain dengan minimal delapan pemain Homegrown, dan empat di antaranya berasal dari akademi.

Namun, ini menjadi masalah buat klub seperti Spurs. Contohnya adalah Ben Davies yang dianggap “Homegrown” di Premier League, tapi tak dianggap “Homegrown” oleh UEFA. Alasannya, karena Davies adalah pemain Wales dan dididik lewat Akademi Wales. Artinya, ia adalah “Homegrown” Wales, bukan Inggris. Pun dengan Eric Dier yang tak dianggap sebagai “Homegrown” padahal ia orang Inggris asli.

Ini yang membuat Spurs cuma mendaftarkan 21 pemain di skuad Liga Champions musim 2019/2020 pad ababak 16 besar.

Cerita unik dilakukan Manchester City pada 2019. Kuota pemain non-Homegrown sudah penuh. Alhasil, City pun membeli Angelino dari PSV Eindhoven. Alasannya? Karena Angelino adalah produk akademi City dan termasuk ke dalam “Homegrown”.

Bagaimana Apabila Tim Tidak Punya Delapan Pemain Homegrown?

Premier League hanya mengizinkan 17 pemain non-Homegrown. Artinya, bila klub hanya punya, misalkan tiga pemain Homegrown, mereka hanya boleh mendaftarkan 20 pemain. Artinya, semakin sedikit pemain Homegrown, maka sedikit pula jumlah pemain yang bisa didaftarkan.

Klub biasanya bisa menyiasatinya dengan membeli pemain di bawah 22 tahun. Soalnya pemain di bawah 22 tahun bisa didaftarkan tanpa mengenal kewarganegaraan ataupun status “Homegrown”. Masalahnya adalah bila para pemain ini berusia 22 tahun, maka mereka akan mengambil jatah dalam skuad yang didaftarkan.