Bagaimana Inggris Mengatasi Tabu Adu Penalti?

Adu penalti adalah hantu bagi kesebelasan negara Inggris. Setidaknya itu yang terjadi sebelum mereka mengalahkan Kolombia pada babak 16 besar. Di Spartak Stadium, sepakan Eric Dier ke gawang David Ospina berhasil memecahkan misteri timnas Inggris yang dikenal sering gagal pada babak adu penalti.

Sangat langka memang melihat Inggris menang pada babak tos-tosan. Sejak kemenangan atas Spanyol pada 8 besar Euro 1996, mereka selalu mengakhiri lima adu penalti dengan kekalahan. Italia adalah negara terakhir yang mengalahkan mereka pada Euro 2012.

Lantas menarik untuk mengetahui bagaimana Inggris berhasil mengatasi kutukan adu penalti tersebut. Berikut cara yang dilakukan Gareth Southgate untuk memperbaiki mental anak asuhnya tersebut.

Terus Berlatih

Gareth Southgate tentu paham kalau dirinya akan bertanding di Piala Dunia yang penentuan nasibnya kerap bergantung pada adu penalti. Apalagi dia pernah gagal melakukan eksekusi ketika semifinal Euro 1996. Maka dari itu, Southgate mengadakan latihan intensif untuk memperbaiki mental anak asuhnya.

Selesai sesi latihan, Southgate akan mengadakan latihan penalti kepada anak asuhnya. Yang menarik, Southgate meminta para pemainnya untuk memilih satu sudut yang menjadi favorit setiap pemainnya. Titik itu tidak boleh berubah sampai mereka mengaplikasikannya di laga sesungguhnya.

“Kami selalu berlatih selesai latihan. Dan kami melakukan itu (penalti) dengan baik. Saya tahu tempat dimana bola akan ditempatkan. Tidak ada gunanya untuk mengubah arah karena akan membingungkan si pemain itu sendiri,” tutur Kieran Trippier.

Riset yang Mendalam

Selain berlatih, Southgate juga melakukan sebuah riset. Ia penasaran mengapa Inggris kerap takluk pada babak adu penalti. Ia pun melakukan sebuah penelitian bersama direktur teknik FA, Dan Ashworth. Setelah melakukan beberapa riset, diketahui kalau para pemain Inggris kerap terlalu cepat mengambil keputusan.

Untuk itu Southgate meminta para pemainnya untuk jangan berlari dari lingkaran tengah ketika mendapat giliran untuk menendang. Ia meminta para pemainnya untuk berjalan lambat. Hal ini dilakukan agar si pemain bisa memvisualisasikan cara mengeksekusi bola dengan benar. Terbukti, dari lima penendang Inggris hanya Jordan Henderson yang gagal menyelesaikan tugasnya. Tidak hanya itu, Southgate juga meminta pemainnya untuk tidak membuat gestur apapun yang bisa merusak konsentrasi.

Dilakukan Berulang-ulang

Tidak hanya penalti yang harus dilakukan berulang-ulang di sesi latihan. Cara berjalan di garis tengah pun juga harus dilakukan. Intinya situasi latihan tendangan penalti di sesi latihan harus dibuat seperti pertandingan sesungguhnya. Hal ini bahkan harus dilakukan berulang-ulang meski para pemainnya sudah terlihat jenuh.

“Kami harus melihat bagaimana teknik per individu. Kemudian kami melihat secara kolektif bagaimana pendekatan mereka pada babak adu penalti. Kami harus melakukan hal itu untuk membuat para pemain kami tenang ketika menghadapi situasi sesungguhnya,” ujar Southgate.

Menendang Sesuai Urutan

Dulu, Inggris kerap gagal pada babak adu penalti dikarenakan saat memilih penendang, mereka akan selalu mendapat pertanyaan siap atau tidak. Hal ini diakui sendiri oleh Southgate yang menjadi saksi saat dirinya gagal menendang 22 tahun lalu.

“Saya ketika itu (1996) adalah sukarelawan. Saya langsung menempatkan diri saya sebagai pemain yang siap. Mungkin akan lebih baik jika bukan saya yang menendang.”

Sekarang, hal itu tidak akan terjadi lagi. Sejak sesi latihan, ia sudah membuat daftar nama-nama para penendang penalti dari yang terbaik sampai yang tidak cukup baik. Urutan yang ada kemudian disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Jika melihat catatan penaltinya yang selalu menjadi gol maka besar kemungkinan Harry Kane adalah penendang penalti terbaik di antara seluruh pemain.

“Sekarang tidak ada lagi sukarelawan. Kami sudah punya daftar siapa saja urutan penendang sejak sesi latihan, berapa gol yang dibuat serta apakah dia mengalami cedera atau tidak. Jika kami harus mengubah susunan maka kami akan langsung mengubah urutan para penendang dengan cepat.”

Bergantung pada Penjaga Gawang

Setelah semuanya berjalan dengan baik, Southgate kini tinggal menyerahkan hasil kepada tangan nasib dan juga si penjaga gawang Jordan Pickford. Sempat diremehkan ketika mengisi pos nomor satu, penjaga gawang Everton ini justru menjadi pahlawan ketika melawan Kolombia. Pickford adalah kiper pertama Inggris yang bisa menahan sepakan penalti setelah David Seaman pada 1998.

“Saya tidak peduli kalau saya bukan penjaga gawang dengan nama besar tetapi saya punya kekuatan dan kelincahan. Yang penting tempatkan posisi Anda setepat mungkin dan kami berhasil melakukannya. Kami tahu kalau kami punya kapasitas untuk menang.”

***

Pada babak semifinal nanti Inggris akan menghadapi Kroasia yang dua kali sukses mengarungi babak adu penalti. Akan sangat menarik jika pertemuan di Luzhniki nanti berakhir dengan adu mental di titik penalti.

Sumber: Guardian, BBC, Telegraph