Bury FC baru saja promosi dari League Two (Divisi Empat) ke League One (Divisi Tiga) Liga Inggris. Namun, krisis finansial seperti menutup prestasi klub berjuluk The Shakers ini.
Meski tampil bagus tapi sejumlah pemain belum dibayarkan gajinya sejak Februari silam. Gelandang Bury, Nicky Adams, dalam cuitannya di Twitter mengeluarkan pernyatakan kalau para pemain berubah dari kegembiraan ke kekecewaan yang teramat sangat. Kesulitan finansial ini pun membuat sejumlah staf belum dibayar gajinya secara penuh.
Kesuitan finansial membuat Bury pada 19 Juni ini harus menghadai “winding-up petition” untuk dilikuidasi karena pajak yang belum dibayar.
Dalam sebuah pernyataan, para pemain menulis: “Tuan Pemilik, kami tahu Anda tak punya hal atau pertimbangan bagi kami sebagai pemain, keluarga kami, atau masa depan kami. Namun tolong, terimalah tawaran dan pergilah dari klub kami sebelum Anda menghancurkan kami.”
Pemilik Bury, Steve Dale, dalam pernyataannya di website Bury, mengatakan kalau dirinya tengah menderita leukimia dan osteoartritis akut yang tidak dapat disembuhkan. Ia mengaku tidak dapat meninggalkan tempat tidurnya. Dale mengaku kalau ia bekerja tanpa lelah sampai berjam-jam untuk menyelamatkan klub.
“Klub bangkrut karena pemilik sebelumnya. Tak ada yang mau menerimanya, aku melakukannya dan aku difitnah atas kekacauan yang tak kubuat. Semua orang harus dibayar tapi klub tak bisa membayar karyawanya,” kata Dale.
Dale mengambil alih Bury pada Desember tahun lalu dari Stewart Day, pengembang properti dari Lancashire. Di masa Stewart pun ia kesulitan membayar pemain tepat waktu, bahkan harus meminjam dengan suku bunga 138%!
Lewat perusahannya yang lain, Mederco, Day meminjami Bury senilai 4,2 juta paun. Sialnya, Mederco juga punya krisis yang lain. Mereka tak membayar pajak yang angkanya mencapai 605 ribu paun! Mederco juga berutang pada kreditor senilai empat juta paun.
Sementara itu, Stuart Dale menganggap bahwa saat ia ambil alih, posisi klub sudah berada dalam masalah serius. Dale menambahkan bahwa ia menunda pembayaran gaji karena harus membayar tagihan listrik dan air senilai 250 ribu paun, dan 1,6 juta yang lain digunakan untuk membayar gaji.
“Jelas kita tak akan menjadi populer dengan memotong kebutuhan staf, tapi tugas kami adalah menyelamatkan klub, bukan menarik hari orang,” jelas Dale.
Pinjaman yang Membawa Bencana
Pinjaman yang didapatkan dari Mederco membuat Bury tak bisa tenang karena mereka dipaksa segera melunasinya. Investor di Mederco, Warren Harding, menyatakan kalau sekelompok besar kreditor telah mengutus pengacara untuk menagih utang tersebut.
“Karena biaya sewa yang kami beli dari perusahaan Stewart Day belum dibayar, kami terkejut melihat bahwa perusahaan ini membuat peminjaman 4,2 juta paun ke Bury Football Club. Kami ingin melihat pinjaman tersebut dikejar dan melihat apakah kami bisa mendapatkan uang kembali,” kata Harding.
Selain dari Mederco, Bury juga meminjam uang dari sejumlah perusahaan seperti Bridging Finance Solutions dengan kini total mencapai 3,7 juta paun dengan bunga hampir 1500 paun perhari. Pada 2014, salah satu perusahaan Day meminjam 1 juta paun dari Gigg Lane dengan bunga 138 persen pertahun!
Bury kini menghadapi petisi untuk dilikuidasi. Salah satunya karena lalai membayar pajak yang meroket hingga 800 ribu paun dan utang mencapai 8 juta paun.
Untuk itu, Dale memutar otak agar klub tidak dilikuidasi. Salah satunya mentransfer stadion ke perusahaannya, Bury Leisure Ltd, dan klub bisa menggunakan stadion dengan sistem sewa, sementara perusahaan membayar utang-utang mereka. Namun, ada kecurigaan kalau ini hanyalah akal bulus Dale yang memang tak aneh dengan jual beli aset. Salah satunya dengan memindahkan trofi dan memorabilia klub ke perusahaan Dale: Bury Heritage.
Jauhi riba, Bury!