Cerdas Apa Takut? Menyoal Strategi Inggris ‘Mengalah’ dari Belgia

Kesebelasan negara Inggris tidak pernah benar-benar menjadi favorit. Hampir di setiap turnamen sepakbola internasional, baik di Piala Dunia maupun di Piala Eropa, Inggris sering dianggap tanpa peluang.

Di Eropa, Inggris terakhir kali masuk pot unggulan dalam drawing Piala Eropa 2016 sejak edisi 1996. Hasilnya kalah di babak 16 besar oleh tim debutan Islandia. Sedang di Piala Dunia, mereka masuk dalam Pot 1 pada drawing Piala Dunia 2010, dan gagal di babak 16 besar. Sedang di Piala Dunia 2018, Inggris lagi-lagi tak jadi unggulan, di mana Belgia sebagai wakil Pot 1 untuk Grup G, ditambah Tunisia dan Panama.

Tim berjuluk The Three Lions itu pun mengawali turnamen ini dengan penampilan yang juga kurang meyakinkan, ketika menghadapi wakil Afrika, Tunisia. Meski sempat unggul lebih dulu, namun sang lawan mampu mengimbangi permainan Inggris, hingga skor bertahan imbang dalam waktu normal 90 menit. Untung saja, dewi fortuna masih memihak mereka, sehingga bomber Harry Kane sukses memenangkan Inggris dengan menambah koleksi golnya menjadi dua dalam pertandingan tersebut pada injury time. Sementara, Belgia malah berhasil mencukur Panama dengan tiga gol tanpa balas.

Namun, Inggris berhasil menjawab keraguan pecinta sepakbola dunia, ketika sukses menghancurkan Panama pada laga kedua dengan skor telak 6-1. Kane pun membukukan hat-trick pada pertandingan itu. Skuat asuhan Gareth Southgate mulai mendapat perhatian setelah mencatatkan kemenangan dengan skor terbesar pertama di Piala Dunia 2018 tersebut, setelah Rusia sempat membekuk Arab Saudi dengan skor 5-0 pada partai pembuka. Sekarang Inggris mulai dielu-elukan, disebut-sebut sebagai salah satu tim yang akan mampu melenggang ke babak selanjutnya, bahkan hingga ke final.

Namun, euforia awal fans Inggris itu mulai terganggu ketika tim kebanggaan mereka tersebut malah mencatatkan hasil sebaliknya di laga terakhir Grup G, ketika bersua Belgia. Partai itu memang sudah tidak berpengaruh, karena kedua tim sudah memastikan lolos ke babak gugur setelah sama-sama meraih dua kemenangan.

Alhasil, baik Inggris maupun Belgia pun tidak menurunkan kekuatan penuh dalam pertandingan tersebut. Lawan menyimpan trio bintangnya; Eden Hazard, Kevin De Bruyne, dan Romelu Lukaku. Begitu juga Inggris yang tak memainkan sang kapten Kane, dan Jesse Lingard.

Tetapi, partai ini sebenarnya sebuah laga penting bagi Inggris. Banyak orang berharap skuat ‘Tiga Singa’ benar-benar bisa membuktikan bahwa mereka memang pantas dicalonkan sebagai tim favorit dalam turnamen ini, salah satunya dengan mengalahkan Belgia yang kini jadi salah satu kekuatan kuda hitam dunia berbekal pemain-pemain muda yang kaya bakat dan pengalaman di kompetisi liga. Sayang, Inggris malah tidak mengambil kesempatan itu, dengan menunjukkan permainan tak tidak lagi garang dan tak punya ambisi, sehingga akhirnya mereka pun takluk, meski dengan skor tipis 0-1.

Makanya, tidak heran jika publik kemudian menyebut Southgate dan anak-anak asuhnya ingin cari aman. Meski sang pelatih berdalih ingin mengistirahatkan para pemain kunci. Bahkan, tidak sedikit yang menuding Inggris sengaja mengalah dari Belgia untuk mengamankan peluang agar mereka bisa melangkah lebih jauh di turnamen ini, bahkan hingga ke laga final; dengan cara yang mudah. Mereka sengaja mengincar posisi runner-up Grup G, agar tidak bersua dengan tim-tim besar dan unggulan. Faktanya, Prancis, Uruguay, Portugal, Brasil dan Argentina siap menghadang juara grup di fase gugur.

Southgate pun mencoba membela diri. “Ini adalah pertandingan yang ingin kami menangkan, tapi pertandingan di fase gugur adalah laga yang besar untuk kami semua. Jadi, kami harus memastikan bahwa para pemain kunci sangat siap,” jelasnya dilansir BBC Sport.

Namun, pada kenyataannya, Inggris sebenarnya punya waktu istirahat yang cukup lama setelah laga kontra Belgia hingga babak 16 besar, jika dia beralasan ingin memberikan kesempatan beristirahat bagi para pemain andalan. Minimal masih ada waktu empat hari untuk mengembalikan tenaga jika keluar sebagai juara grup.

Pada akhirnya, Southgate pun ‘mengakui’ rencananya. “Ketika Anda seorang pemimpin dan seorang manajer, Anda harus membuat keputusan yang tepat bagi tim Anda untuk mencapai tujuan utama. Terkadang keputusan itu akan dikritik dan saya mengerti itu,” pungkasnya pada ESPN.

Apapun itu, Southgate memang berhak memutuskan strategi untuk meraih hasil maksimal, bahkan dengan cara apapun. Namun, dia juga harus menyadari kekalahan itu pun dapat mendatangkan aura negatif pada mental pemain. Southgate juga perlu mengingat fakta bahwa Inggris tak lagi mampu ke semifinal sejak Piala Dunia 1990. Dan, penantang mereka kali ini, Kolombia tentu bukanlah lawan yang mudah.