Gareth Bale yang Marah dan Lelah di Real Madrid

Musim ini, Gareth Bale mungkin sudah tak lagi berkostum Real Madrid. Ia dikabarkan tinggal selangkah lagi bergabung dengan kesebelasan Liga Super Cina, Jiangsu Suning. Kabar ini bukan kabar burung belaka karena konon detail kontraknya sudah tersebar: berdurasi tiga tahun dengan gaji 1 juta paun perpekan.

Angka yang gila ini hampir terealisasi andai Real Madrid tak menggagalkan kesepakatan tersebut. Madrid menuntut Suning membayarkan biaya transfer.

Juli lalu, Pelatih Madrid, Zinedine Zidane, menyatakan kalau mereka berharap Bale akan segera pergi. Pernyataan ini menghadirkan komentar keras dari agen Bale, Jonathan Barnett, yang bilang, “Zidane memalukan. Dia tidak menunjukkan rasa hormat kepada pemain yang telah melakukan begitu banyak hal untuk Real Madrid.”

Zidane saat itu bilang kalau ia berharap Bale segera pergi. Soalnya, itu adalah hal terbaik buat semua orang. Mereka pun tengah mengusahakan transfernya ke tim baru. “Aku tak punya masalah pribadi dengannya, tapi ada masa ketika sesuatu harus diselesaikan karena memang harus diselesaikan,” kata Zidane.

Namun, hingga saat ini, Bale masih tetap berada di Real Madrid; di kesebelasan tempat ia memenangi empat gelar Liga Champions, satu gelar La Liga, satu Copa del Rey, tiga Piala Super Eropa, dan Piala Dunia Antarklub. Di Bernabeu pula Bale mencetak lebih dari 100 gol.

Di El Real musim ini, Bale sudah bermain tujuh kali dan mencetak dua gol. Posisi Madrid pun kini ada di puncak klasemen. Namun, Bale tak masuk skuat Madrid di pertandingan Liga Champions pekan lalu menghadapi Club Brugge. Ia baru dimainkan sebagai starting line-up saat menang 4-2 atas Granada di La Liga.

Pengamat sepakbola Spanyol, Guillem Balague, menyatakan kalau Gareth Bale kini sudah merasa kesal dengan Madrid. Ia sudah tak bisa lagi melakukan hal macam ini.

Pada saat dia mulai menonjol, tahu bahwa ketika dia memainkan pertandingan, kebugarannya akan dipertajam, dia tiba-tiba harus menonton pertandingan melawan Brugge di tribun. Tidak ada yang tahu kenapa. Dia marah, bingung. Ketika Zidane kembali ke klub, dia memutuskan dia tidak menginginkan Bale, tanpa ada yang menawarkan alasan yang jelas,” kata Balague dikutip dari BBC.

“Bale diberitahu bahwa Zidane, yang punya hubungan profesional dengannya, telah membuat keputusan tegas dan sedang mempersiapkan kepergiannya. Agennya, Jonathan Barnett, menemukan pilihan alternatif, tetapi Bale lebih suka–di depan segala kemungkinan lain–untuk tetap di klub.”

Menurut Balague, yang bikin Zidane tak begitu mengerti adalah mengapa Madrid mempersilakannya keluar dari klub, tapi di saat yang sama mereka juga menggagalkannya. Awalnya, Madrid setuju kalau Jiangsu Suning tak perlu membayar biaya transfer, tapi mereka tak jadi setelah mendengar kabar kalau ada tim Cina lain yang mau membayar banyak buat James Rodriguez. Sialnya, rumor itu hoax belaka.

“Bale bermain bagus dalam beberapa pekan terakhir, sebagian alasannya karena dia marah, sebagai respons atas hadirnya jarak dan hubungan dinginnya dengan perlakuan pelatih, dan dia akhirnya memberontak,” kata Balague.

“Ada kabar menyebutkan kalau Bale menyukai Bale lebih dari sepakbola, dan itu benar kalau dia tak menjalani profesinya dengan intensitas seperti orang lain, baik di dalam maupun di luar lapangan. Dia hanya diminta beberapa menit untuk bisa memberikan hal terbaik dan mampu menawarkan gol buat tim, sesuatu yang Madrid kekurangan.”

“Tak memainkannya di pertandingan melawan Brugge adalah sulit untuk dimengerti, dan menjadi the last straw (kondisi sulit atau gangguan yang lebih jauh). Untuk pertama kalinya sejak dia tiba di Real Madrid pada musim panas 2013, pemain Wales itu ingin pergi. Dia merasa bahwa tidak adil apa yang sedang dilakukan dengannya.”