Gelar Tersulit dalam Karier Pep Guardiola

Keberhasilan Manchester City mengalahkan Brighton and Hove Albion 4-1 di Amex Stadium, membuat mereka mempertahankan gelar Premier League. Di papan klasemen akhir, City mengumpulkan 98 poin, atau unggul satu poin dari rival terdekat mereka, Liverpool.

Buat Guardiola, gelar juara liga semestinya bukanlah sesuatu yang spesial. Pasalnya, dalam 10 musim terakhir, ia selalu memenangi delapan di antaranya. Namun, mantan pelatih Barcelona ini menganggap apa yang diraihnya bersama City musim 2018/2019 ini adalah yang paling sulit dalam kariernya.

“Untuk memenangi gelar, kami harus memenangi 14 pertandingan beruntun. Ini adalah perebutan gelar tersulit dalam karierku, sejauh ini,” ucap Guardiola.

Keberhasilan Guardiola sebenarnya tak lepas dari menurunnya performa Liverpool pada Januari silam. Kala itu, The Reds berhasil unggul tujuh poin dari City. Namun, mereka kalah 1-2 di Etihad yang membuat semuanya berubah. Liverpool memang tak pernah kalah di liga setelahnya. Namun, The Reds justru meraih empat hasil imbang.

Liverpool sebenarnya punya peluang besar untuk meraih gelar Premier League pertama mereka. Pasalnya, Manchester City sempat kalah 1-2 dari Newcastle United pada akhir Januari. Namun, kegagalan Liverpool menyapu bersih kemenangan, “dihukum” City yang meraih 14 kemenangan beruntun. Padahal, Liverpool finis dengan mengumpulkan 97 poin; jumlah poin yang sama di mana mereka bisa juara pada musim-musim sebelumnya. Akan tetapi, City berhasil mengumpulkan 98 poin, yang tertinggi kedua dalam sejarah Premier League, di bawah 100 poin yang mereka raih musim lalu.

“Aku harus memberi selamat kepada Liverpool, tentu saja. Terima kasih banyak. Musim lalu, Manchester City membuat standar. Mereka membantu mendorong kami untuk meningkatkan standar kami dari musim lalu,” kata Pep.

“Untuk bersaing, tim ini mendorong kami untuk melakukan apa yang kami telah lakukan. Ini luar biasa. 198 poin dalam dua musim. Normalnya, kalau Anda mendapatkan 100 poin, ada tendensi untuk mengalami penurunan, tapi Liverpool membantu kami untuk konsisten.”

Bersama Barcelona, Pep Guardiola memenangi tiga gelar La Liga beruntun dalam tiga tahun pertamanya. Pep kemudian menjuarai tiga gelar Bundesliga beruntun dalam tiga musimnya bersama Bayern Munich, sebelum bergabung dengan Manchester City pada musim 2016/2017.

Pelatih berusia 48 tahun itu pun merasa kalau musim depan akan lebih sulit karena City masih mengejar raihan tiga gelar Premier League secara beruntun. Di era Premier League, cuma Manchester United yang bisa melakukannya, yakni pada musim 1998/1999 hingga 2000/2001 serta musim 2006/2007 hingga musim 2008/2009.

“Persaingan akan lebih sulit, tapi kami juga akan lebih kuat. Ketika Anda bisa memenangi dua gelar berturut-turut, aku punya perasaan bahwa musim depan kami akan kembali dan mencoba menjadi kami yang sekarang,” tutur Pep.

Manchester City Klub Juara

Sementara itu, striker Manchester City, Raheem Sterling, menyatakan kalau dirinya puas dengan apa yang diraih The Citizens saat ini.

“Saya sangat senang, inilah tepatnya tujuan saya datang ke klub, untuk memenangi trofi dan berada di momen-momen ini. Manajer… Ia punya mental yang terbaik. Mentalnya selalu tentang kemenangan. Itu cara dia menjebak kami. Saya senang berada di sini belajar dan menang,” kata Sterling.

“Sebagai seorang manajer, dia punya banyak pemain di setiap posisi yang saling menantang satu sama lain. Tidak ada yang nyaman di sini tetapi semua orang siap untuk mengambil kesempatan mereka, seperti Riyad hari ini. Dia tidak bermain baru-baru ini tetapi saya tahu dia akan mencetak gol hari ini.

“Ini musim yang indah setelah Piala Dunia yang sulit. Semoga saya bisa menjadi yang lebih baik tahun depan,” tutup Sterling.