Juventus adalah Pilihan Tepat untuk Ramsey

Merupakan hal yang mengejutkan saat seorang Aaron Ramsey berstatus bebas transfer. Padahal, kalau melihat inflasi nilai transfer saat ini, Ramsey masih laku kalau dijual 20-an juta paun. Namun, tentu tak sedikit yang merasa kalau kemampuan Ramsey tak sepadan dengan nilai mahal. Soalnya, secara teknis, tak ada dampak nyata Ramsey untuk prestasi klub, dalam hal ini Arsenal, pun negaranya, Wales. Lantas, kenapa Juventus mau membayar 400 ribu paun perpekan untuk Ramsey?

Jawaban yang paling masuk akal adalah karena Juventus tak perlu mengeluarkan biaya transfer. Ini yang membuat Si Nyonya Tua lebih leluasa memberikan angka untuk gaji pemain. Pasalnya, kalau dikalkulasikan dalam setahun, Juventus berarti mengeluarkan 20 juta paun untuk gaji Ramsey, sebagai hitung-hitung mengganti nilai transfer. Namun, jawaban sebenarnya bukanlah itu, karena yang diperlukan Ramsey saat ini adalah apresiasi dari klub. Indikator termudah dalam menyebut apresiasi adalah dengan membayar atau menggaji si pemain lebih tinggi, dan Arsenal enggan melakukan ini.

Ramsey menjadi spesial karena ia sudah di Arsenal sejak usianya masih 17 tahun pada 2008. Bersama Jack Wilshere ia disebut-sebut sebagai masa depan lini tengah The Gunners. Gaya bermainnya mungkin tak semencolok Paul Pogba yang punya banyak gocekan. Ia juga tak seagresif N’Golo Kante dalam melakukan intercept. Ramsey terkesan sebagai gelandang “pada umumnya”. Namun, jelas tak mungkin bukan gelandang “biasa-biasa saja” tapi bisa 11 tahun di Arsenal? Ada hal spesial yang membuat Ramsey penting buat lini tengah The Gunners.

Sayangnya, ketidak-mencolokan peran Ramsey ini menghadirkan dua faksi yang berseberangan: ada yang mendukung dan ada yang tidak. Salah satunya tak lepas dari minimnya prestasi Arsenal itu sendiri. Ramsey tak bisa merebut hati semua penggemar Arsenal untuk menyukai gaya mainnya. Padahal, kurang luar biasa apa Ramsey bisa membawa Wales ke semifinal Piala Eropa 2016?

Mantan striker Arsenal, Ian Wright, berasumsi kalau Ramsey mungkin belum benar-benar diapresiasi di Arsenal. Menurut Wright, Ramsey adalah tipikal pemain yang tak peduli seberapa buruknya Arsenal bermain, Ramsey akan selalu ada untuk meminta bola.

“Kami kehilangan pemain hebat dan itu memalukan,” kata Wright dikutip BBC.

Sementara itu, mantan rekan setim Ramsey di timnas, Danny Gabbidon, merasa kalau para penggemar seperti terbagi dalam hal memandang Ramsey. Sebelum musim ini bergulir pun, banyak kritik tertuju pada pemain kelahiran 26 Desember 1990 tersebut. Para pencelanya sering menyebut Ramsey tak konsisten. Dia seringkali mendominasi dan mengubah pertandingan, tapi di pertandingan lain kadang tak terlihat.

Hal ini juga sebenarnya terjadi di timnas Wales. Namun, para penggemar Wales biasanya mengungkapkannya dengan lebih simpatik. Menurut mereka itu adalah risiko dari seorang playmaker.

Iwan Roberts, mantan pemain Wales lainnya, juga percaya hal ini. Menurutnya, Arsenal tak mengapresiasi Ramsey bahkan sejak ia pertama kali datang. “Kami, di Wales, ingin melihatnya pergi ke Juventus. Dia bisa melakukannya dengan awalan yang segar,” kata Iwan.

Kenapa Juventus?

Gaji tinggi yang ditawarkan jelas tak bisa dilepaskan dari alasan mengapa Ramsey memilih Juventus. Akan tetapi kalau melihat secara teknis permainan, Ramsey disebut-sebut bisa beradaptasi dengan gaya main Serie A yang lebih santai dan sabar.

Hal ini juga diakui John Toshack yang memberi Ramsey debut di timnas pada 2008. Menurutnya, Ramsey bisa direvitalisasi dengan mengubah lingkungannya. “Itu adalah tawaran yang hebat dengan pergi ke luar negeri dan melihat bagaimana orang lain hidup, bukan hanya sepakbola, kultur yang mengitarinya, segalanya,” kata Toshack.

“Itu membuatmu menjadi orang yang lebih baik dan Ramsey kini ada di usia di mana dia harusnya siap untuk meraihnya dengan berbagai hal. Juventus adalah kesebelasan besar, mereka diharapkan bisa memenangi banyak hal, Liga Champions, semuanya.”

“Dia harusnya akan punya tiga, empat, mungkin lima musim yang fantastis yang menantinya, dan semoga timnas Wales bisa mendapatkan keuntungan karenanya,” kata Toshack.

Sementara itu secara permainan, Gabbidon merasa kalau Juventus akan cocok dengan gaya main Ramsey yang saling melengkapi. “Kalau Anda melihat Juventus dan lini tengah mereka, dia akan membawa sesuatu yang mereka tak punya,” kata Gabbidon.

“Mereka punya Emre Can, Sami Khedira, Miralem Pjanic, Blaise Matuidi, tak ada satupun dari mereka yang punya kemampuan masuk ke kotak penalti dan punya ancaman mencetak gol, jadu aku yakin itu kenapa Juve mengidentifikasinya. Juve itu dominan, jadi dia akan memenangi gelar liga, tapi Serie A menjadi lebih kompetitif dengan Napoli dan Inter Milan yang kembali kuat,” jelas Gabbidon.

Lantas, benarkah kalau Ramsey tak benar-benar diapresiasi di Arsenal? Kalau jawabannya soal naik gaji, itu jelas benar adanya.