Hernan Lopez dan Carlos Martinez didakwa di tengah dugaan skema suap yang menargetkan hak siar untuk kompetisi besar dalam beberapa tahun terakhir. Namun, dua mantan eksekutif senior di 21st Century Fox milik Rupert Murdoch itu menyatakan tidak bersalah. Mereka menilai tuduhan penipuan dan pencucian uang yang dilayangkan tidaklah sesuai.
Selain Lopez dan Martinez, sebuah perusahaan olahraga Amerika Selatan, Full Play, juga menyatakan tidak bersalah atas tuduhan konspirasi pemerasan. Mereka menganggap tuduhan tersebut sangatlah tendensius, dan menyebut para penyidik memiliki bukti yang lemah.
Terlepas dari itu, sebetulnya semua penyelidikan ini sudah berjalan agak lama, yang sekarang mulai dijalankan kembali. Tepatnya ketika pemerintah AS melanjutkan penyelidikannya terhadap suap dan korupsi dalam sepakbola dunia yang melibatkan FIFA.
Dikutip dari The Guardian, kasus persidangan Hernan Lopez dan Carlos Martinez di pengadilan federal diadakan melalui teleconference. Mereka kemudian didakwa terlibat jenis kasus suap dan korupsi. Dinyatakan bahwa Lopez dan Martinez terlibat dalam skema settingan untuk hak siar Piala Dunia 2018 dan 2022 serta Copa Libertadores.
Keduanya lalu diberikan uang jaminan sebesar 15 juta dolar, dengan syarat pengaturan jam malam dan pemberlakuan larangan perjalanan domestik maupun internasional. Lopez sendiri meninggalkan Fox pada Januari 2016. Ia lalu mendirikan sebuah perusahaan podcast bernama Wondery, sebuah perusahaan yang juga menerima dukungan keuangan dari Fox ketika didirikan.
Sayangnya, Lopez malah menyelewengkan apa yang seharusnya jadi tanggung jawab ketika ia membersamai Fox. Dan pada persidangan yang dilakukan pada 9 April lalu, pengacara mantan eksekutif media Fox tersebut membujuk hakim distrik AS, Pamela Chen. Ia menginginkan agar Chen bisa membebaskan saham Lopez di perusahaan dari paket jaminan.
Pengacara yang bernama Matthew Umhofer itu berpendapat bahwa jumlah obligasi Lopez harus dikurangi secara signifikan. Ia meminta agar obligasinya dikurangi menjadi 500.000 dolar. Lalu ditambah tanpa pengaturan jam malam atau izin sebelumnya untuk perjalanan domestik maupun interlasional. Tetapi Chen akhirnya menolak semua tuntutan itu.
Dalam membantah pembatasan perjalanan Lopez, Umhofer mengatakan kepada pengadilan bahwa agen FBI seharusnya “datang langsung ke Lopez” pada bulan Juli 2016. Karena sehubungan dengan investigasi yang luas dari korupsi sepakbola pihak penyidik harus punya bukti kuat yang mengindikasikan bahwa Lopez terlibat. Setidaknya pihak penyidik harus memberikan bukti kepada jaksa penuntut selama lebih dari tiga tahun.
Sama halnya dengan Lopez, Carlos Martinez, yang meninggalkan Fox pada Mei 2019, juga dituduhkan terlibat dalam kasus yang serupa. Menurut laman jejaring sosial profesionalnya, ia bahkan dipaksa oleh pemerintah untuk menyerahkan sejumlah senjata api kepada polisi setempat di Doral, Florida.
Jaksa menuduh bahwa Lopez dan Martinez telah “mengandalkan kesetiaan yang dijamin melalui pembayaran suap” kepada pejabat sepakbola Amerika Selatan. Tujuannya adalah, agar mereka bisa “memajukan kepentingan bisnis Fox” dan mendapatkan “informasi penawaran rahasia” untuk memenangkan hak siar Piala Dunia 2018 dan 2022. Skema yang dituduhkan ini terjadi selama Rupert Murdoch masih menjadi pemilik atas 21st Century Fox.
Carlos Martinez sendiri juga sempay menjual perusahaan ke Disney untuk memperoleh 71 miliar dolar pada bulan Maret 2019. Namun Fox dan Disney menolak mengomentari dakwaan tersebut. Tapi yang jelas, baik ia dan Lopez, mereka berdua memiliki catatan yang masuk akal untuk dituduhkan terlibat kasus suap dan korupsi.
Selain itu, sekali lagi, investigasi departemen kehakiman AS terhadap korupsi di badan pengatur sepakbola dunia (FIFA) sudah dilakukan sejak lama. Meskipun penyelidikan yang dilakukan kali ini baru dibuka kembali. Namun, sebelumnya departemen kehakiman AS telah melakukan penyerbuan tersangka yang dinyatakan terlibat pada Juli 2015.
Dua puluh enam orang lalu mengaku bersalah, setelah dibuktikan bahwa mereka merupakan bagian dari kasus suap dan korupsi yang melibatkan FIFA. Di antaranya, dua mantan administrator FIFA di Amerika Selatan, yang juga akhirnya dijatuhi hukuman dalam persidangan pada 2017.