Kesombongan adalah Penyebab Kegagalan Inggris U-21 di Euro

Foto: Eurosport

Biasanya, manusia punya kecenderungan untuk menampakkan sisi kelebihannya kepada manusia yang lain. Kecenderungan ini biasa disebut dengan “bangga diri”. Namun, “bangga diri” adalah hal yang wajar dilakukan, karena itu memang merupakan sifat dasar dari manusia. Hanya saja, jika “bangga diri” ini berubah menjadi sebuah kesombongan, maka “bangga diri” itu menjadi sesuatu yang tidak boleh dilakukan.

Kesombongan adalah titik awal munculnya sebuah masalah. Bahkan, semua orang tahu, kesombongan memang selalu menjadi permulaan untuk sebuah kejatuhan. Seperti yang juga mungkin dipikirkan Direktur Teknis FA, Les Reed, yang mengatakan bahwa kesombongan adalah penyebab kekalahan, setelah melihat Inggris U-21 gagal lolos grup di Euro yang dihelat pada Juni 2017.

Ya, para pasukan muda Inggris tersebut harus rela pulang dengan tangan hampa dan terkesan “terhina” setelah tidak berhasil lolos grup. Hal inilah yang kemudian menjadi perhatian khusus Les Reed untuk pasukan muda Inggris saat ini. Ia merasa bahwa para pemain timnas era milenial tersebut harus terus mengambil sebuah pelajaran dari keluarnya Inggris di babak penyisihan grup Euro U-21 untuk dijadikan pembenahan diri serta sikap mereka untuk kedepannya.

Selain itu, Les Reed juga menilai bahwa terlalu percaya dirinya Inggris U-21 di Euro merupakan kesombongan yang tidak bisa ditolerir. Pria sepuh yang menggantikan Dan Ashworth sebagai Ketua Direktur Teknis FA tersebut menggambarkan sejumlah bintang baru Inggris ketika itu, termasuk James Maddison, Mason Mount, dan Aaron Wan-Bissaka, adalah para pemain yang harus banyak belajar tentang membedakan caranya “percaya diri” dan “sombong”.

Aidy Boothroyd, pelatih timnas Inggris U-21, juga tidak lepas dari penilaian Les Reed setelah ia tidak mampu membawa timnya menang atas Perancis dan Rumania, serta hanya mampu bermain imbang ketika bermain melawan Kroasia. Melihat semua pencapaian buruk tersebut, Reed lalu menggemakan sebuah kritik yang juga sempat dibuat oleh Gareth Southgate tentang sikap buruk yang selalu dimiliki para pemain muda.

“Tahun itu (2017) adalah tahun yang sulit. Meski setengah dari mereka yang telah memenangkan Piala Dunia U-20 dan beberapa pemain lain pada akhirnya mulai menjadi nama-nama pemain yang mendapatkan kesempatan bermain di Premier League. Mereka mulai masuk ke ranah pembicaraan tentang kontrak dan negosiasi baru di klub mereka masing-masing,“ tutur Les Reed dikutip dari The Guardian.

“Saat itu, mereka menjadi terpacu dan ingin memenangkan turnamen. Mereka mulai percaya diri. Tapi, mereka tidak seharusnya memiliki kesombongan dengan apa yang mereka miliki. Mereka seharusnya tidak perlu berbatasan dengan kesombongan, dan saya pikir hal itulah awal dari kekalahan mereka. Saya tidak berpikir Inggris akan mencapai sesuatu yang besar dengan sikap terlalu percaya diri seperti itu.”

“Sikap ini memang memacu mental, tapi dalam aspek bahwa mereka akan memenangkan turnamen, mungkin terlalu percaya diri ini justru akan menjadi penghalang, yang kemudian perlahan-lahan menyadarkan mereka jika pertandingan di luar sana tidaklah mudah. Kenyatannya pun, mereka (Inggris U-21) banyak kebobolan akibat kesalahan individu, dan mereka kehilangan konsentrasi. Itulah bukti jika arogansi adalah penyebab kejatuhan di atas lapangan.”

Di sisi lain, Aidy Boothroyd ketika itu diberi kontrak baru sebelum turnamen Euro U-21 berlangsung, dan setelah itu, Reed memutuskan untuk tetap percaya bahwa ia pantas mendapatkan kesempatan yang lain untuk melanjutkan perannya tersebut. Reed lalu mengatakan, sebelum kontrak baru ditandatangani –ini berlaku untuk semua pelatih timnas Inggris di semua segmen usia– ia harus terlebih dahulu sepakat untuk menjadikan para pemain sebagai ranah motivasi dan pembentukannya demi memperbaiki timnas Inggris di masa depan.

“Yang lebih penting adalah bahwa kami menerimanya bukan karena kinerjanya meracik skuat, tapi lebih dari itu. Sebelum menandatangani kontrak baru, dia harus lebih dulu sepakat untuk memotivasi dan mengajari para pemain dalam masalah etika. Ini adalah hal-hal yang perlu kami identifikasi lebih dari hal lain, sehingga nantinya kami dapat ikut memperbaiki,“ ujar mantan pelatih Charlton Athletic itu.

“Kami mendapat banyak feedback dari penerapan cara seperti itu. Banyak laporan yang masuk, dan mereka (para pelatih) berkata bahwa para pemainnya berkinerja buruk. Tapi itu bukan Aidy. Pertanyaannya sekarang adalah, apa yang akan Anda lakukan secara individu untuk memperbaiki maslaah itu? Karena dua atau tiga tahun dari mereka sekarang akan mulai masuk ke dalam pikiran Gareth Southgate (di timnas Inggris senior). Intinya, ini semua tentang mengubah apa yang negatif menjadi positif.”

 

Sumber: The Guardian