Pertandingan melawan Leicester City di King Power Stadium (18/12) menjadi laga pertama Kevin De Bruyne mencetak gol bagi Manchester City. Itulah kontribusi pertama dari pria berposisi gelandang serang tersebut bagi The Cityzens setelah dua bulan sebelumnya, ia memberikan satu asis pada pertandingan fase grup Liga Champions.
Sama seperti musim lalu, Manchester City menjalani musim 2018/2019 dengan spektakuler. Bahkan bisa dibilang jauh lebih spektakuler karena mereka berpeluang menutup kompetisi musim 2018/2019 dengan meraih quintuple. Dua gelar sudah diraih dalam wujud Piala Liga dan Community Shield. Mereka juga sudah memastikan diri ke final Piala FA. Mereka juga masih berada dalam baris terdepan dalam perebutan gelar Premier League dan Liga Champions.
Akan tetapi, ada satu hal yang membedakan Manchester City musim ini dengan musim lalu. Musim ini, mereka lebih sering tampil tanpa sosok Kevin De Bruyne. Padahal, gelandang asal Belgia tersebut adalah pemain terbaik klub sekaligus mendapat predikat sebagai best playmaker Premier League musim lalu.
Musim ini, De Bruyne memang tidak seberuntung musim lalu. Selepas kembali dari Piala Dunia 2018, ia mengalami cedera parah dalam sesi latihan pada awal musim. Ligamen lututnya mengalami kerusakan yang memaksanya untuk absen selama tiga bulan.
Sempat kembali pada awal November, De Bruyne kembali mengalami cedera ketika Manchester City mengalahkan Fulham pada babak keempat Piala Liga. Lututnya tertimpa badan Fosu Mensah yang membuatnya kembali absen selama dua bulan. 15 menit penampilannya melawan Everton menjadi penampilan pertama De Bruyne setelah absen dari cedera tersebut.
Dua kali mengalami cedera parah memberikan dampak yang kurang menyenangkan bagi performa De Bruyne. Musim ini, kontribusinya jauh menurun drastis dibanding musim lalu. Saat membawa City memenangi Premier League dan Piala Liga, ia membuat 12 gol dan 21 asis di semua kompetisi. Pada musim ini, ia baru membuat lima gol dan empat asis saja yang membuat dirinya sudah menyerah menghadapi musim ini.
“Jujur saja, saya tidak bisa bermain sebagus musim lalu. Saya sudah tidak bisa lagi mematok target yang tinggi untuk diri saya. Saya mengalami kesulitan karena saya sudah empat kali bulak-balik sepanjang musim ini,” kata De Bruyne kepada Sky Sports.
“Saya melakoni pertandingan yang baik melawan Cardiff City tetapi pada musim lalu saya bisa melakukannya setiap tiga hari sekali selama hampir 60 sampai 70 pertandingan. Saya tidak bisa mencapai angka-angka itu lagi. Semuanya hanya berjalan dengan baik selama 13 sampai 14 pertandingan saja. Sekarang yang bisa saya lakukan adalah memberikan semua yang saya miliki dan bisa mengangkat beberapa piala pada akhir musim.”
Konflik dengan Pep Guardiola
Selain cedera, De Bruyne pada musim ini juga terlibat konflik dengan Pep Guardiola. Pada pertandingan leg pertama semifinal Piala Liga, De Bruyne melengos tanpa menatap Guardiola setelah dirinya ditarik keluar oleh Pep. Ia bahkan langsung berjalan ke lorong pemain dan tidak duduk di bangku cadangan.
“Saya tidak tahu apa yang terjadi. Dia tidak bicara dengan saya, jadi saya tidak tahu apa gerangan yang terjadi. Dia tahu jika dia ada masalah maka dia harus menemui saya. Masalahnya saya benar-benar tidak tahu masalahnya apa. Saya tidak bicara dengannya, jadi saya tidak bisa memberitahu apa yang dia pikirkan karena saya sendiri tidak tahu,” kata Pep.
Namun seiring berjalannya waktu, hubungan kedua pemain ini perlahan mulai membaik. De Bruyne mulai kembali mendapat tempat dalam skuad meski tidak diiringi kontribusi yang signifikan. Pep pun sudah cukup senang dengan perkembangan si pemain. Dalam dua pertandingan terakhir City, ia membuat satu gol dan satu asis. Asisnya bahkan membawa mereka ke final Piala FA. Kembalinya De Bruyne bisa membantu untuk memenuhi ambisi mereka meraih empat gelar pada musim ini.
“Ketika Anda mengalami cedera panjang, maka sulit untuk menemukan ritme serta kecepatan dalam bermain. Kami tahu apa yang bisa Kevin lakukan dan kami membutuhkan pemain seperti dia. Dia pemain cerdas dan bisa memberikan umpan yang sangat baik,” kata Pep menambahkan.
Haruskah De Bruyne Pindah dari Man City?
Ada atau tidaknya De Bruyne sebenarnya tidak memberikan pengaruh besar bagi Manchester City pada musim ini. Memiliki peluang menjuarai empat turnamen dengan mayoritas tanpa seorang De Bruyne, menjadi bukti kalau mereka tidak terlalu bergantung kepada mantan pemain Chelsea ini. Tempatnya sebagai pemain utama sudah hilang karena Bernardo Silva mampu mengisi peran playmaker dengan baik.
Real Madrid diisukan siap untuk kembali mencoba merekrut De Bruyne. Ia dipersiapkan untuk mengisi posisi Toni Kroos yang kemungkinan besar akan dilepas sebagai bagian dari regenerasi yang diinginkan Zinedine Zidane. Uang 155 juta paun siap dikucurkan untuk bisa mengangkut De Bruyne keluar dari kota Manchester.
Los Galacticos pernah memiliki niat untuk merekrut De Bruyne awal musim lalu. Akan tetapi, De Bruyne dikabarkan menolak karena menganggap City memiliki ambisi yang jauh lebih tinggi dibanding Real Madrid. Apalagi, Real Madrid baru saja kehilangan Ronaldo yang ia anggap sebagai inti dari kekuatan mereka pada musim 2017/2018.
Keputusan yang tepat bagi De Bruyne karena City berpeluang meraih empat gelar sementara Real Madrid mengakhiri musim ini hanya dengan trofi Piala Dunia Antar Klub saja. Akan tetapi, melihat tempatnya sebagai pemain utama sudah terpinggirkan, bukan tidak mungkin kali ini ia menerima tawaran Madrid jika mereka kembali memberikan penawaran.