Kombinasi Pemain Ajax yang Menyingkirkan Madrid dan Juventus

Kemenangan di dua babak Liga Champions atas Real Madrid dan Juventus telah berhasil membuat Ajax Amsterdam, yang rata-rata diperkuat oleh pemain berusia di bawah 25 tahun, menjadi cerita baru bagi dunia sepakbola modern.

Tak lepas dari hal itu, Matthijs de Ligt adalah pemain Ajax yang paling menonjol selama mereka berlaga di Liga Champions musim ini. Ialah yang juga telah membawa rekan-rekan setimnya ikut tampil apik di atas lapangan.

De Ligt adalah seorang kapten berusia 19 tahun yang sudah memimpin Ajax dalam segala hal. Dari mencetak gol kemenangan dengan sundulan yang dramatis, hingga membantu mengatur permainan di leg kedua kemarin sebagai bagian dari skema menghentikan Juventus di kandangnya sendiri.

Berkat usaha keras seperti itulah, dari sudut-sudut stadion, sejumlah penggemar Juventus rela untuk tetap tinggal dan memberi tepuk tangan kepada para pemain Ajax. Bahkan, pecinta sepakbola di berbagai penjuru dunia juga melakukan hal yang sama dengan pujian-pujian dan emoji di media sosial.

Di sisi lain, Ajax sendiri tidak hanya mengalahkan Juventus di Turin. Mereka benar-benar telah mencatatkan rekor kemenangan ciamik di Liga Champions musim ini. Ya, selain Juventus, mereka juga berhasil mengalahkan Real Madrid, tim raksasa yang berlabel juara bertahan. Bahkan tak tanggung-tanggung, Ajax membuat Madrid tidak bisa berkutik saat bermain di Bernabéu.

Dengan catatan tersebut, maka Ajax Amsterdam adalah tim yang patut diperhitungkan di musim ini. Kendati hanya diperkuat dengan pemain yang rata-rata masih berusia muda, akan tetapi dua tim raksasa Eropa sudah dibuat “menangis” oleh mereka. Mereka benar-benar bak anak “hiu” yang sedang lapar dan siap “memakan” siapa saja.

Ditambah lagi, apiknya permainan mantan pemain Southampton yang sekarang telah berusia 30 tahun, Dusan Tadic, kerap menjadi momok bagi lini belakang tim lawan. Pemain sepertinya adalah pemain pelengkap dalam skema menyerang yang berani, tanpa rasa takut dan selalu nyaman untuk ditonton.

Peran Tadic juga adalah salah satu kontribusi besar yang berhasil membawa Ajax masuk ke babak semifinal Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 1997. Bagaimanapun, tim ibukota Belanda itu adalah klub penantang yang potensial. Meskipun memang bukan favorit juara, namun dengan filosofi bermainnya, mereka memiliki kemampuan yang dapat melampaui batas prediksi orang banyak.

Menurut salah satu penulis di The Guardian, Stuart James, Ajax Amsterdam memiliki bintang-bintang muda yang bersinar sejauh musim ini. Ia menilai jika Ajax memiliki potensi serta kapasitas yang pas untuk menjadi penantang gelar Liga Champions baik di musim ini maupun di musim-musim yang akan mendatang.

James menyebut pasukan muda Ajax Amsterdam dengan sebutan “Baby Ajax”. Pasukan ini terdiri dari pemain-pemain seperti De Ligt (19 tahun), Donny van de Beek (21 tahun), Frenkie de Jong (22 tahun), David Neres (22 tahun) dan André Onana (23 tahun). Mereka semua adalah talenta yang luar biasa.

Pasukan “Baby Ajax” inilah yang akhirnya memberi Juventus pukulan telak. Selain itu, menurut pendapat Gazzetta dello Sport, kemenangan Ajax juga lahir dari sebuah kombinasi unik. Kombinasi itu terletak dari perpaduan pengaruh dan pengalaman dari beberapa pemain yang lebih tua dengan para pemain muda, khususnya dua pemain yang pernah bergabung dengan tim besar.

Salah satunya seperti Daley Blind, yang bergabung kembali dengan Ajax dari Manchester United dengan biaya rekor klub sebesar 14,1 juta euro pada musim panas lalu. Blind inilah yang menjadi salah satu pemain yang memainkan peran memimpin melalui tindakan di tim Ajax. De Ligt, duet sentralnya di lini belakang, menjadi pemain yang paling nyaman menerima efek dari peran tersebut.

Bersama-sama, mereka adalah pasangan bek yang sangat baik. Bahkan ada banyak hal untuk dikagumi tentang kedewasaan yang dibawa oleh Blind bagi lini pertahanan Ajax. Khsuusnya bagi performa maksimal De Ligt.

Selain itu, ada nama kondang lain seperti Dusan Tadic, yang juga menjadi satu aspek kombinasi yang dimainkan Ajax di musim ini. Tadic memang minim gelar bersama klub sebelumnya, namun permainannya lebih dari sekedar catatan kosongnya itu. Buktinya, ia adalah pemain yang berhasil membuat lini pertahanan Real Madrid compang-camping.

Tadic juga mencatatkan angka yang mengejutkan di musim ini. Bagaimana tidak? Meski usianya sudah 30 tahun, tapi ia telah terlibat langsung dalam 50 gol Ajax, dengan catatan 32 gol dan 18 asis. Eredivisie mungkin bukan Premier League, akan tetapi sekali lagi, Tadic adalah pemain yang mempuni dengan torehan gol-gol pentingnya di Liga Champions.

Yang jelas, Ajax Amsterdam bisa dibilang sebagai “sebuah tim racikan yang berhasil”. Mereka bisa berpotensi mendapatkan kenaikan finansial yang signifikan dengan racikannya tersebut, apalagi jika mereka berhasil menjadi juara di Liga Champions musim ini.

Bahkan, mereka juga dapat mendapatkan pundi-pundi uang dari hasil penjualan pemain mereka, yang kemungkinan akan banyak direkrut dengan biaya mahal di bursa tranfser musim panas nanti.