Kutukan Wenger yang Harus Diputus Emery: Badai Cedera

Foto: ESPN.com

Kehadiran Unai Emery di Arsenal musim 2018/2019 ini sempat menghadirkan asa. Tapi, sialnya Arsene Wenger tetap hadir di Arsenal musim ini. Menjadi sial, karena kehadirannya kembali ini menjadi sebentuk jentaka.

Di bawah asuhan Emery, Arsenal sempat merasakan manis pada musim 2018/2019. Bayangkan saja, dari 22 laga yang mereka jalani di semua kompetisi, mereka tidak tersentuh kekalahan sama sekali, walau sempat menderita kekalahan di dua laga awal Premier League. Hal itu terjadi sampai sekira pertengahan Desember 2018 silam. Hasil ini pun mengangkat performa Arsenal, menghadirkan optimisme.

Namun, usai kalah dari Southampton, inkonsistensi mulai melanda Arsenal. Di ajang Piala Liga, mereka kalah dari Tottenham Hotspur dan gagal masuk ke babak semifinal. Di ajang Premier League, Liverpool menghancurkan mereka dengan skor 1-5 dalam periode Natal dan Tahun Baru.

Hasil kurang baik ini ditambah pula dengan hasil imbang yang mereka dapat saat bertandang ke markas Brigton and Hove Albion. Pertanyaan menyeruak: apa yang terjadi dengan Arsenal? Apakah masa kelam tengah musim, yang acap teralami ketika mereka masih ditangani oleh Wenger, akan terjadi kembali?

***

Sekira 2015 silam, Barney Ronay pernah menulis di The Guardian perkara hantu cedera yang kerap mengganggu Arsenal. Dalam tulisannya yang berjudul Arsenal’s Mountain of Injuries – Could the Gulliver Theory be to Blame?, Barney sempat menyebut bahwa ada semacam Gullivar Theory yang membuat Arsenal selalu jadi langganan badai cedera setiap musim, terutama ketika masih ditangani Arsene Wenger.

Gullivar Theory ini mengungkapkan bahwa para pemain Arsenal yang dulu kebanyakan adalah pemain berpostur kecil, kaki yang tidak kelewat kuat, rentan terkena cedera. Apalagi, jika mereka dipaksa untuk bermain dengan cepat, mengandalkan umpan-umpan pendek serta perpindahan posisi yang konstan, maka cedera sudah pasti akan mudah menghinggapi.

Sekilas, teori ini tampak benar adanya, belum lagi mengingat kondisi skuat Arsenal beberapa musim ke belakang yang dihuni oleh pemain-pemain kecil (tidak kuat secara fisikal). Namun, dalam tulisannya sendiri, Barney membantah asumsi tersebut dan menyebut ada faktor saintifik lain yang bisa menentukan kenapa seorang pemain mudah terkena cedera.

Ya, di zaman Wenger, ada semacam gosip yang berkembang bahwa metode latihan Wenger terlalu membebani otot dan sendi pemain. Ditambah dengan ketidakmampuan Wenger menilai situasi sang pemain–apakah ia sudah bisa main atau tidak–, membuat para pemain Arsenal di masa itu, macam Alexis Sanchez, Santi Cazorla, Theo Walcott, Francis Coquelin, dan Kieran Gibbs, semua mudah terkena cedera.

Ketika Wenger akhirnya memutuskan tidak lagi menjadi pelatih Arsenal, harapan sempat muncul. Di bawah asuhan Emery, dengan gaya melatih yang sedikit berbeda, diharapkan badai cedera itu tidak terjadi kembali. Namun, harapan itu jauh panggang dari api. Cedera tetap menjadi momok bagi ‘Meriam London’.

Saat Arsenal menang melawan Fulham pada pekan 21 Premier League kemarin, total ada 8 pemain yang menderita cedera. Mereka adalah Rob Holding, Konstantinos Mavropanos, Danny Welbeck, Emile Smith-Rowe, Henrikh Mkhitaryan, Hector Bellerin, Mesut Oezil, dan Nacho Monreal. Tidak adanya 8 pemain dalam skuat membuat Emery harus putar otak menyusun skuat yang mumpuni jelang laga lawan Fulham tersebut.

Apiknya, para pemain pilihan Emery ini mampu membawa Arsenal menang 4-1 atas Fulham. Tapi, ke depan, jika badai cedera ini masih terjadi, apa yang harus Emery lakukan? Apa yang harus Emery terapkan agar kutukan Wenger bernama cedera ini bisa segera hilang dari skuat Arsenal?

***

Meski dari segi permainan Arsenal tidak banyak berubah di tangan Emery–tetap mengandalkan umpan pendek dan pergerakan pemain yang konstan–, setidaknya ada satu perbedaan yang ditampilkan oleh Emery. Ia adalah sosok yang lebih fleksibel.

Dibandingkan dengan Wenger yang kaku, yang kerap memainkan pemain andalan yang sama dalam susunan pemain inti, Emery bisa menilai situasi pemain dengan lebih baik. Saat pemain baru sembuh, ia tidak akan langsung memainkan sang pemain dan akan menilai kondisi sang pemain terlebih dahulu. Hal ini bisa dilihat saat ia memainkan Laurent Koscielny.

Selain harus andal dalam menilai kondisi pemain, Emery juga ternyata memiliki keunggulan dalam segi mengatur mentalitas pemain. Hal ini dirasakan betul oleh Alex Iwobi. Dilansir “The Telegraph”, Iwobi menyebut bahwa Emery selalu membuat pemain jadi lebih tenang, dan jangan takut membuat kesalahan.

Hal itu memengaruhi mental para pemain Arsenal, sehingga berpengaruh terhadap otot yang tidak tegang dan kaku ketika bermain, yang membuat risiko cedera menjadi berkurang. Selain itu, sesi latihan di bawah Emery juga berubah. Emery tidak menekankan para pemainnya untuk melakukan fitness secara berlebihan, tidak seperti Wenger.

Untuk menggantinya, Emery menerapkan sesi latihan yang lebih banyak berhubungan dengan bola. Hal ini membuat kontrol bola dengan pemain jadi lebih halus, dan itu membuat penerapan taktik di atas lapangan jadi lebih mudah. Belum lagi Emery lebih memilih metode pendekatan dengan pemain, sehingga para pemain merasa terbantu.

Lalu, kenapa masih banyak pemain yang cedera? Jika ditelisik, hantu cedera yang terbawa sejak era Wenger ini lebih kepada perlakuan keras yang acap diterima Arsenal dari para pemain lawan, seperti kasus dari Holding dan Welbeck yang dilanggar keras lawan.

Namun, jika mau berburuk sangka, bisa jadi ini adalah bekas dari peninggalan Wenger, karena kebanyakan pemain yang cedera merupakan pemain andalan Wenger di masa lalu, macam Nacho Monreal, Hector Bellerin, maupun Oezil itu sendiri. Otot yang diforsir di masa lalu, bisa jadi menunjukkan efeknya sekarang. Emery, tampaknya harus siap akan itu.

***

Kutukan Wenger mungkin tidak sekeras kutukan Sir Alex Ferguson, yang membuat tiga pelatih harus keluar dari Manchester United dalam waktu 5 musim. Emery, secara perlahan, sukses menerapkan apa yang ia inginkan di Arsenal, terutama dari segi permainan.

Namun, tetap saja mesti ada yang ia perhatikan, terutama perihal cedera yang kerap menghinggapi pemain Arsenal. Terlepas dari pelanggaran pemain keras lawan, ada luka lama di otot para pemain Arsenal yang harus dipikirkan Emery, karena hal itu berdampak terhadap skuat Arsenal yang ia tangani sekarang ini.

Khusus untuk kutukan Wenger bernama cedera ini, butuh waktu bagi Emery untuk menghilangkannya. Prosesnya pun mesti dilakukan secara bertahap, karena otot yang didera beban keras di masa lalu, lazimnya akan menampakkan lukanya di kemudian hari.