Bayer Leverkusen membuat kejutan pada pekan ke-20 1.Bundesliga 2018/2019. Menjamu Bayern Munchen di BayArena, Kevin Volland dan kawan-kawan mengalahkan anak-anak asuh Niko Kovac dengan skor 3-1. Ini merupakan kekalahan pertama Bayern sejak Der Klassiker melawan Borussia Dortmund, 11 November 2018.
Performa Bayern pada musim 2018/2019 memang tidak memenuhi standard Die Roten pada musim-musim sebelumnya. Sebelum ditekuk Leverkusen, mereka sudah kehilangan 15 poin dari 20 laga 1.Bundesliga.
Namun, sedikit pula yang menyangka Bayern akan kalah. Apalagi kondisi Leverkusen saat ini sedang labil. Pergantian kepala pelatih di libur natal masih dikritisi. Wajar Bayern jadi unggulan.
Salah satu rumah judi ternama, 1xBet, memperkirakan Bayern Munchen akan menang dengan perbandingan 1.58:5.25 dari Leverkusen (semakin kecil angkanya, peluang menang lebih besar). Dengan hasil 3-1 di BayArena, mereka yang bertaruh untuk Leverkusen menang di 1xBet berarti mendapat uang lima kali lipat dari modal awal.
Tertinggal lebih dulu, Leverkusen bangkit di 45 menit kedua. Keberhasilan mereka memutar keadaan itu mendapat sorotan khusus dari nakhoda Leverkusen, Peter Bosz. “Ketika Anda bermain melawan Bayern, itu sudah pasti sulit. Untungnya di babak kedua kami berhasil untuk menekan,” kata Bosz yang sejak awal memang meminta anak-anak asuhnya tampil terbuka.
Kemenangan atas Bayern Munchen tak semata-mata mengangkat posisi Leverkusen ke peringkat ketujuh klasemen sementara 1.Bundesliga. Per 4 Februari 2018, mereka masih memiliki peluang untuk menjadi wakil Jerman di kompetisi antar klub Eropa 2018/2019.
Leverkusen hanya selisih satu dari Wolfsburg (31), dua dengan Eintracht Frankfurt (32) yang menduduki zona Liga Europa. Terpaut tujuh poin dari RB Leipzig yang menempati zona Liga Champions terakhir di 1.Bundesliga, peringkat empat klasemen.
Setelah gagal ikut serta di Liga Europa ataupun Champions 2017/18, menjadikan diri mereka sebagai langganan kompetisi antar klub Eropa tentu merupakan target utama. Andai kata bukan itu tujuannya, mustahil Leverkusen mendepak Heiko Herrlich dengan alasan “stagnan”.
Hanya saja memang ada perubahan filosofi dalam diri Leverkusen. Sejak 2019, mereka membuat resolusi tahun baru: Membangun skuat dari talenta-talenta muda dan berhenti menjadi sumber talenta kesebelasan lain.
Diawali oleh Arturo Vidal
Bayer Leverkusen tidak pernah menjual pemain mereka ke Bayern Munchen sejak 2004. Namun alasan utamanya bukan karena mereka tidak ingin melepas pemain itu ke Bayern. Melainkan karena Bayern sendiri mulai mencari talenta ke tempat lain.
Dimitar Berbatov yang tampil mengesankan dengan Leverkusen tidak dipandang Bayern. Padahal Bayern sendiri membutuhkan penyerang setelah kehilangan Vahid Hashemian dan Paulo Guerrero dua musim beruntun. Berbatov yang berkontribusi untuk 30 gol Leverkusen dari 34 penampilannya di 1.Bundesliga 2005/2006 tidak dilirik Bayern. Mereka lebih memilih Lukas Podolski dari 1.FC Koln.
Ketertarikan Bayern kepada pemain Leverkusen baru muncul lagi pada 2011. Arturo Vidal menjadi pemain Leverkusen yang diminati Bayern saat itu. Gelandang kebangsaan Cile itu juga ingin bermain untuk Bayern. “Akan sangat spektakuler jika saya bermain untuk Jupp Heynckes di Bayern,” aku Vidal.
Tapi pihak Leverkusen tidak mempedulikan ketertarikan Bayern kepada Vidal. “Kami tidak tertarik untuk diskusi dengan Bayern. Kami ingin memperpanjang kontraknya, jika tidak, dia akan meninggalkan Jerman,” kata Direktur Manajer Leverkusen Wolfgang Holzhauser.
Komitmen tersebut terus berlanjut delapan tahun kemudian. Bayern sempat meminati jasa Julian Brandt dan Leon Bailey dari Leverkusen. Namun Leverkusen ogah untuk melepaskan keduanya ke Bayern. Die Roten yang sebelumnya jadi pelabuhan terakhir pemain-pemain di 1.Bundesliga mulai kesulitan mendapatkan pemain dari sesama peserta liga.
Tidak Pernah Gagal
Menurut Transfermarkt, selama ini Leverkusen merupakan salah satu pemasok talenta utama bagi Bayern. Ada delapan pemain yang hengkang dari BayArena ke Allianz. Mulai dari Helmut Winklhofer (1985) hingga Lucio (2004).
Rekor penjualan Leverkusen di awal 2000-an juga berasal dari Bayern. Lucio menjadi yang paling tinggi dengan dana 12 juta Euro. Lalu disusul oleh Ze Roberto (9,5 juta), Niko Kovac (7,5 juta), dan Michael Ballack (5 juta) semua meninggalkan Leverkusen untuk Bayern.
Semua pemain yang dibeli Bayern dari Leverkusen tidak ada satupun gagal membuat dampak di Munchen. Sementara kesebelasan-kesebelasan lain selalu memiliki cacat saat mengirim pemain ke Bayern.
Nama-nama seperti Hans Nowak (Schalke), Valérien Ismaël (Werder Bremen), Marcell Jansen (Borussia Monchengladbach), dan Sven Ulreich (Stuttgart), tidak memiliki dampak di Bayern. Terlepas piala yang mereka dapatkan bersama Bayern, jasanya dapat digantikan siapapun. Sedangkan Lucio, Ballack, Ze Roberto, ataupun Kovac selalu jadi pemain kunci Bayern ketika dibeli dari Leverkusen.
Satu kesebelasan yang bisa memasuk talenta sebagus Leverkusen ke Bayern hanyalah Dortmund. Itupun kesuksesan Mario Gotze bersama Bayern bisa diperdebatkan. Namun,
Fkeduanya berstatus sebagai rival dan sangat sulit melihat mereka bisa berbisnis seperti Leverkusen dan Bayern.
Kini dengan kebijakan Leverkusen yang melindungi talenta mereka dari Bayern, entah ke mana Die Roten harus mencari pemain. Bisa saja karena hal ini prestasi mereka menurun karena dijauhi Leverkusen.