Ligue 1 Dihentikan, Pemerintah Prancis Banjir Kritikan

Ligue 1 dan Ligue 2 Prancis musim ini tidak akan dilanjutkan karena Pemerintah Prancis melarang segala kegiatan olahraga, termasuk yang digelar tanpa penonton, hingga September mendatang. Perdana Menteri Prancis, Edoard Philippe, menyatakan bahwa musim 2019/2020 untuk kompetisi olahraga sudah berakhir.

Pemerintah Prancis sendiri berencana membuat lockdown lebih fleksibel pada 11 Mei mendatang. Sementara itu, Federasi Sepakbola Prancis berharap musim ini bisa dilanjutkan pada 17 Juni dan berakhir pada 25 Juli. Sebagai informasi, sepakbola Prancis dihentikan sejak 13 Maret lalu.

Hingga saat ini, dilansir dari BBC, masih belum diketahui apakah Operator Liga Prancis, LFP, akan memilih menghentikan musim tanpa promosi, degradasi, dan gelar juara, atau akan mengakhiri musim sesuai dengan peringkat klasemen saat ini.

Di klasemen Ligue 1 saat ini, Paris St. Germain bercokol di puncak klasemen dengan jarak 12 poin dari Marseille. Di zona degradasi, Toulouse, Nimes, dan St. Etienne, hadir di sana. Sementara itu, sisa pertandingan musim ini masih 10 pekan lagi.

Setelah pengumuman dari Perdana Menteri Prancis tersebut, Pemilik PSG, Nasser Al-Khelaifi, mengaku menghormati keputusan Pemerintah Prancis tersebut. Saat ini, PSG masih berencana untuk tetap mengikuti Liga Champions musim ini sesuai dengan arahan UEFA, kapanpun dan dimanapun.

“Kalau tak mungkin digelar di Prancis, kami akan memainkan pertandingan di luar negeri tergantung kondisi terbaik buat para pemain kami dan keselamatan seluruh staf,” kata Al-Khelaifi.

Sebelumnya, LFP sudah menggelar pertemuan pada 10 April dengan klub Ligue 1. Lewat pemungutan suara, keluar keputusan untuk melanjutkan Ligue 1 musim ini.

Akan tetapi, Philippe menegaskan bahwa seluruh kegiatan olahraga tak bisa dilanjutkan. “Musim 2019/2020 buat olahraga profesional, termasuk sepakbola, tak akan mungkin dilanjutkan,” kata Philippe.

“Diperbolehkan, pada hari-hari yang cerah, untuk melakukan kegiatan olahraga individu di luar ruangan, tapi harus tetap menghormati aturan social distancing. Tidak dimungkinkan, baik untuk berlatih di tempat tertutup, maupun olahraga tim atau yang bisa menimbulkan kontak fisik.”

Saat ini, UEFA memberikan batas hingga 25 Mei kepada setiap federasi di Eropa, untuk memastikan apakah mereka akan melanjutkan kompetisi atau menghentikannya.

Usai pernyataan Perdana Menteri Prancis tersebut, Presiden La Liga, Javier Tebas, mempertanyakan keputusan itu. Ia tak mengerti mengapa banyak pihak berpikir kalau sepakbola tanpa penonton, dengan semua tindakan pencegahan, lebih berbahaya ketimbang, misalnya, bekerja di pabrik, atau menjadi nelayan di laut lepas.

“Jika sektor-sektor ekonomi penting tidak dapat memulai kembali, dengan cara yang aman dan terkendali, mereka bisa berakhir dengan menghilang. Itu bisa terjadi pada sepakbola profesional. Di negara-negara lain tim sudah berlatih, itulah contoh yang harus diikuti.

“Di Spanyol, sepakbola adalah pendorong ekonomi penting yang perlu kita aktifkan kembali seperti yang lainnya. Kami terus fokus pada pengaktifan kembali ini, dengan cara yang bertanggung jawab dan mematuhi rekomendasi kesehatan, sesegera mungkin,” kata Tebas.

Sama seperti Tebas, pengamat sepakbola Prancis, Julien Laurens, pun kaget dengan keputusan sang perdana menteri. Padahal, klub di Ligue 1 dan Ligue 2 tengah bersiap untuk melanjutkan pelatihan pada Mei mendatang, sementara kompetisi dilanjutkan tanpa penonton pada Juni.

“Meskipun ini adalah keputusan yang tepat, tapi masih cukup mengagetkan untuk mengetahui kalau tak ada sepakbola hingga September di Prancis. Kami masih belum tahu apakah akan ada degradasi atau promosi karena tak bertanding tak ada dalam benak siapapun,” kata Laurens kepada BBC.

Secara finansial, Laurens merasa penghentian kompetisi ini akan menjadi bencana. Sementara untuk gelar juara, tampaknya PSG yang akan diberikan trofi mengingat jarak dengan rival mereka yang terpaut cukup jauh. Untuk degradasi dan promosi masih belum jelas. Kemungkinan dua tim terbawah akan terdegradasi karena persaingan yang tak terlalu ketat.

Di Eropa, Eredivisie atau Liga Belanda sudah resmi dihentikan. Keputusan ini beriringan dengan tanpa hadirnya gelar juara ataupun tim yang terdegradasi. Sementara itu, Liga Belgia masih pikir-pikir. Klub memilih menunda keputusan untuk melakukan pemungutan suara hingga pekan depan.

Soal siapa yang akan bermain di kompetisi Eropa musim depan, UEFA menyatakan kalau mereka akan memilih berdasarkan penampilan di atas lapangan untuk menentukan klub mana yang akan bermain. Kalau musim tak bisa diselesaikan, UEFA memberi hak pada federasi untuk memilih klub yang akan berkompetisi di Eropa.

Sumber: BBC.