Liverpool Kalah, Tak Masalah

Foto: Twitter Napoli.

Kekalahan 0-2 Liverpool dari Napoli memang mengejutkan. Ini tak lepas dari capaian positif The Reds di Premier League yang kini memuncaki klasemen dengan menyapu bersih lima kemenangan. Akan tetapi kekalahan ini dianggap positif oleh mantan bek Liverpool, Mark Lawrenson. Menurutnya, ada pelajaran yang bisa dipetik.

“Kekalahan terbaru Liverpool dari Napoli adalah tamparan keras di wajah, tapi terkadang itu bukanlah hal terburuk yang bisa terjadi pada sebuah kesebelasan. Tim asuhan Jurgen Klopp telah melalui lima pertandingan Premier League musim ini dan mungkin dia lupa bagaimana rasanya kalah.”

“Jadi, ini adalah pengingat atas apa yang terjadi di sepakbola tingkat atas kalau Anda tak mengambil kesempatan dan juga kehilangan konsentrasi di lini pertahanan, apakah Anda juara Eropa atau bukan,” kata Lawrenson.

Lawrenson menceritakan pengalamannya bertanding di Liga Champions musim 1981/1982 dan 1984/1985. Ketika ia bertanding di musim selanjutnya, mereka tak pernah datang dengan semangat sebagai juara bertahan.

“Kami mungkin menjadi yang terbaik di Mei lalu, tapi itu tak berarti apa-apa pada September,” kata Lawrenson.

Kekalahan tersebut dianggap memberikan pelajaran yang diperlukan setiap kesebelasan tentang tingkatan yang dibutuhkan untuk tetap memenangi sesuatu. Apalagi lawan Liverpool baru Napoli. Masih ada kesebelasan lain yang lebih kuat utamanya di fase gugur.

“The Reds tidak bermain dengan standar mereka biasanya di lini serang atau pertahanan di Stadion San Paolo, tapi aku tak merasa kalau hasil ini akan berdampak pada capaian mereka di fase gugur,” ungkap Lawrenson.

Lawrenson menyebut kalau Liverpool akan dengan mudah lolos ke fase gugur. Musim lalu saja, mereka hanya menang tiga kali dan kalah tiga kali, tapi masih tetap lolos. Ini tak lepas dari performa bagus Paris Saint-Germain, Napoli, dan Red Star Belgrade, yang mampu mengalahkan The Reds ketika mereka Liverpool main tandang.

Musim ini, Liverpool hanya akan menghadapi Napoli, Red Bull Salzburg, dan Genk. Sehingga mereka masih berpeluang besar untuk lolos dari grup. “Ini menjadi alasan terbesar aku melihat kekalahan Selasa lalu sebagai kemunduran kecil, karena aku amat yakin mereka akan tetap lolos,” ungkap Lawrenson.

Kesalahan yang Tak Biasa

Menurut Lawrenson, 0-0 adalah hasil yang bagus buat Liverpool. Apalagi waktu tinggal tersisa 10 menit untuk bisa mencapainya. Namun, gol dari Dries Mertens dan Fernando Llorente mengubah hasil akhir.

“Saya tak yakin kalau itu adalah penalti buat gol pertama Napoli saat aku pertama kali melihatnya. Aku pikir itu merupakan keputusan tepat, tetapi semakin aku melihatnya semakin aku setuju itu adalah penalti yang harus diberikan,” tutur Lawrenson.

Meskipun demikian, Lawrenson menganggap kontak dari Andy Robertson ke Jose Callejon terlalu mudah bagi wasit untuk memberikan penalti.

“Ketika Napoli mencetak gol keduanya di waktu tambahan, itu membunuh pertandingan sepenuhnya, dan Virgil van Dijk jelas bertanggung jawab untuk itu. Untuk bisa kebobolan dari kesalahan seperti itu, terutama ketika mereka dalam penguasaan bola di belakang, itu tak seperti Liverpool biasanya, terutama Van Dijk,” kata Lawrenson.

Dua kesalahan di pengujung pertandingan memang membuat Liverpool kalah. Namun, Lawrenson merasa kalau The Reds tak terlalu buruk. Pasalnya, lawan mereka adalah Napoli yang dihuni para pemain bertalenta. Apalagi, Napoli juga dihuni oleh para penyerang yang dikenal tajam di lini serang. Ini juga yang membuat Adrian harus bekerja lebih keras. Ia sempat membuat dua penyelamatan di babak pertama dan menahan tendangan di depan gawang dari Dries Mertens di babak kedua.

Di lini serang, Liverpool sebenarnya aman-aman saja. Namun, penampilan impresif Kalidou Koulibaly menggagalkan semuanya.

“Tapi Liverpool seharusnya lebih baik lagi ketika menyerang dan sungguh bikin frustrasi melihat bola kerap tersesat ketika mereka punya peluang. Kalau itu terjadi, Anda akan dihukum ketika Anda menghadapi lawan sebagus Napoli, dan itulah yang benar-benar terjadi,” tutup Lawrenson.

Sumber: BBC.