Timnas Montenegro memecat pelatih mereka, Ljubisa Tumbakovic, karena enggan menemani timnasnya bertanding melawan Kosovo. Sekilas, pemecatan ini disebabkan karena pelatih yang lalai menunaikan tugasnya untuk menemani tim. Namun ternyata jauh lebih kompleks dari itu.
Dalam pertandingan kualifikasi Piala Eropa 2020 tersebut, Tumbakovic bisa saja hadir dan menemani timnas Montenegro. Akan tetapi ada kabar kalau pelatih berusia 66 tahun tersebut mendapatkan tekanan dari negaranya, Serbia, untuk tak melawan Kosovo. Alasannya? Karena Serbia tak mengakui kemerdekaan Kosovo. Hal serupa juga dilakukan pemain Montenegro lainnya, Filip Stojkovic dan Mirko Ivanic, yang keduanya merupakan kelahiran Serbia.
Federasi Sepakbola Montenegro (FSCG) menyebut keputusan Tumbakovic ini sebagai hal mengejutkan yang tak menyenangkan. Pertandingan babak kualifikasi Grup A itu sendiri berlangsung di Podgorica, Ibukota Montenegro. Namun, tak ada suporter yang menyaksikan karena hukuman atas perilaku rasis mereka kala menghadapi Inggris pada Maret lalu. Pertandingan itu sendiri berakhir imbang 1-1.
Tumbakovic sudah menangani Montenegro sejak Januari 2016. Ia memenangi enam gelar liga dan tiga piala domestik ketika membesut Partizan di Serbia.
“Dewan Eksekutif membuat keputusan untuk melepas Tumbakovic dari pekerjaannya setelah ia memutuskan untuk tak menemani timnas dalam pertandingan. Selain sebagai kejutan yang tak menyenangkan, langkah Tumbakovic juga merupakan pelanggaran atas tugas profesionalnya sesuai dengan kontraknya,” tulis pernyataan resmi FSCG.
FSCG juga menyatakan bahwa mereka menyesali keputusan duo pemain Red Star Belgrade, Stojkovic dan Ivanic, yang tak bermain. Mereka menuduh kalau ini terjadi karena adanya tekanan dari pihak tertentu. “Hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan olahraga telah mengalahkan olahraga dan sepakbola pada kesempatan ini,” tambah pernyataan FSCG.
Kosovo sendiri mendeklarasikan kemerdekaannya dari Serbia 2008. Sekitar 90 persen populasi Kosovo terdiri dari etnis Albania. Kosovo pun telah diakui oleh Amerika Serikat dan sejumlah negara Uni Eropa. Namun, ada pula yang tak mengakui Kosovo seperti China, Rusia, dan lima anggota Uni Eropa.
Menurut Koresponden BBC dari Balkan, Guy de Launey, menyebut kalau pertemuan dengan Kosovo merupakan “hospital pass” untuk pelatih dan dua pemain Montenegro yang lahir di Serbia. Istilah tersebut merujuk pada istilah kontak yang biasanya dihindari karena bisa berdampak besar.
Kosovo mendapatkan keanggotaan dari FIFA tiga tahun lalu, tapi secara kenegaraan, kemerdekaan Kosovo masih belum diakui oleh sejumlah negara. Kosovo dan Serbia biasanya sengaja tak dibiarkan satu grup dalam babak kualifikasi. Akan tetapi diaspora keduanya menyebar ke seluruh Eropa, termasuk ke Montenegro. Ini yang membuat ekses politik tak bisa dihindarkan.