Premier League menolak langkah-langkah untuk melarang klub menggunakan sponsor judi di jersey mereka sebagai bagian dari hasil tinjauan ulang pemerintah. Seperti yang dilansir dari The Guardian, pemerintah Inggris telah membuat sebuah kebijakan baru untuk meninjau ulang undang-undang perjudian.
Dalam sebuah wawancara pertama dengan media, CEO baru Premier League, Richard Masters, mengatakan kalau ia akan tetap bekerja sama dengan kebijakan pemerintah. Akan tetapi, ia tidak ingin terlalu congkak dan menghakimi semua hal tentang perjudian. Termasuk tentang pelarangan penggunaan sponsor judi di jersey klub.
Perjudian sepakbola memang telah lama menjadi polemik, dan merupakan penyebab dari masalah taruhan yang berubah menjadi kecanduan. Premier League sendiri tidak memiliki mitra komersial dengan perusahaan judi. Namun, mereka mengakui bahwa di antara 20 klub yang berkompetisi, ada sekitar 10 perusahaan taruhan yang menjadi sponsor utama di jersey 10 klub.
Premier League, di sisi lain, tertantang dengan apakah pendekatan santai terhadap klub yang mempromosikan perjudian secara konsisten akan mempengaruhi insitusinya. Mengingat, kompetisi tertinggi Inggris tersebut banyak melaksanakan proyek-proyek pendidikan dan sosial dengan orang-orang yang kurang mampu dan rentan.
“Kami tidak congkak atau menghakimi tentang perjudian. Olahraga dan perjudian memiliki hubungan yang panjang. Kami tentu tidak mengendus dan bahkan tidak bekerja sama dengan perusahan judi. Namun, terserah klub-klub di sini, apakah mereka ingin memiliki hubungan judi mereka sendiri atau tidak. Kami akan tetap menghargai pemerintah,” ujar Richard Masters dikutip dari The Guardian.
“Saya pikir Premier League memang membutuhkan tata kelola yang lebih kuat, khususnya untuk melindungi yang rentan. Saya pikir jawaban yang keluar pada akhirnya adalah bahwa klub sepakbola harus memiliki kemeja yang disponsori oleh perusahaan judi. Kami pasti akan bekerja sama dengan ulasan (tinjauan ulang pemerintah) tersebut.”
Selain masalah judi, Richard Masters juga membahas tentang polemik berkepanjangan VAR. VAR, seperti yang diketahui, telah menjadi objek frustrasi bagi para pemain, manajer, dan suporter di musim ini. Banyak yang meminta agar VAR segera dicabut dari regulasi untuk musim depan. Maka menyikapi hal ini, Masters berjanji akan mencari perbaikan, termasuk perbaikan saat memeriksa keputusan wasit, dan pengecekan offside.
Selain itu, Premier League sendiri telah melakukan pemungutan suara kepada pihak terkait (termasuk para suporter) tentang apakah VAR masih layak bertahan atau tidak. Mereka kemudian menemukan bahwa mayoritas mendukung VAR karena dampaknya pada pengambilan keputusan jauh lebih akurat.
Menurut Sky Sports, terdapat 74% mayoritas mendukung VAR dengan syarat adanya perubahan, 15% menolak VAR, 8% mendukung VAR tanpa perubahan, dan 3% sisanya tidak tahu. Oleh sebab itu, dengan hasil ini, Masters menambahkan kalau VAR akan tetap dipertahankan sebagai bagian dari regulasi kompetisi di musim depan.
“Saya pikir VAR akan tetap ada di sini (Premier League), dan tentu saja termasuk bagian dari regulasi untuk musim depan. Kami akan melihat pengembangan yang akan dilakukan di musim depan untuk mengatasi beberapa masalah yang kami miliki,” tandas CEO Premier League tersebut tentang VAR.
Dikutip dari The Guardian, ada sebuah penelitian yang mencatat bahwa 94% keputusan di setiap pertandingan yang dibantu oleh VAR adalah benar. Sementara itu, 97% keputusan offside dan keputusan lain yang termasuk dalam tanggung jawab asisten wasit adalah benar serta akurat. Dengan data seperti inilah, wajar mengapa VAR masih dipercaya sebagai bagian dari regulasi.
“Anda harus tahu kalau VAR selalu berdampak pada hasil pertandingan dan pada tabel liga. Jadi, semua ini adalah soal keakuratan. Apa yang diinginkan semua orang (seperti keakuratan) sudah terjadi, dan sebagai pengurus liga, kami ingin bekerja sangat keras untuk menyelesaikan masalah-masalah lain. Itulah yang akan kami lakukan setelah ini, termasuk berdiskusi dengan klub,” pungkas Masters.
Keterlambatan yang sering dialami di setiap stadion ketika menunggu keputusan gol dan keputusan lain akan ditinjau ulang oleh Premier League. Di satu sisi, menurut Richard Masters, sebetulnya hal ini adalah konsekuensi yang tak terhindarkan dari penggunaan teknologi. Ia kemudian menyarankan agar rasa frustrasi tentang masalah ini dapat dikurangi dan meminta agar para suporter mulai memakluminya.
“Saya tidak berpikir Anda hanya menyikapi VAR tanpa mengakui bahwa penundaan akan terjadi. Intinya, jika semua tujuan ditinjau, Anda tahu VAR akan memberikan hasil yang sedikit berbeda. Tapi ungkapan protes untuk organisasi, kompetisi, dan klub dari para suporter, apakah itu adalah sesuatu timbal balik yang sepadan?” kata Masters mengomentari keluhan tentang VAR.
“Saya pikir offside adalah bagian regulasi yang kemungkinan akan terjadi perubahan. Apakah Anda ingin offside yang tepat untuk ketiak atau tumit, atau apakah Anda ingin membangun sedikit toleransi, itu akan kita lihat nanti. Semua ini semacam tantangan teknis. Kami akan terus berdialog dengan Ifab terkait hal tersebut.”