Memahami Rumitnya UEFA Nations League

Perancis sukses menyabet gelar juara kedua sepanjang sejarah usai tundukkan Kroasia dengan skor akhir 4-2 di partai final Piala Dunia 2018 Rusia, Minggu (15/07) malam WIB kemarin. Kemenangan tersebut menjadi perwujudan atas harapan selama dua dekade terakhir bagi masyarakat Perancis untuk mengulang kejayaan di 1998 silam.

Bagi Kroasia, walau gagal di partai puncak, tapi Piala Dunia 2018 menjadi pencapaian yang patut dirayakan. Bagaimana tidak? Dua puluh tahun mereka mampu menembus babak semi-final untuk pertama kalinya dan kini bisa tembus ke fase final.

Sementara itu negara-negara favorit juara gagal menghidupkan ekspektasi yang ada, dimana Jerman harus pulang lebih dulu di fase grup serta Spanyol dan Portugal terhenti di babak 16 besar. Sedangkan Brasil harus menguburkan harapan meraih trofi keenam usai disingkirkan Belgia di babak perempat-final.

Selain itu kegagalan Senegal menjadi catatan tersendiri sebab salah satu perwakilan Afrika itu tersingkir di fase grup hanya karena mengumpulkan kartu kuning lebih banyak dari Jepang. Aturan fair play ini pertama kalinya diterapkan di Piala Dunia, andai ada dua tim atau lebih yang memiliki poin sama, selisih gol yang sama dan pertemuan diantaranya berakhir imbang.

Kini kompetisi akbar empat tahunan itu berakhir. Masyarakat pencinta sepak bola harus menunggu sampai 2022 untuk bisa menyaksikan kembali panggung yang mempertemukan tim-tim terbaik di seluruh dunia. Untuk kompetisi antarabenua, ada Euro 2020 yang mengambil tempat di 12 kota di 12 negara benua Biru. Sedangkan di benua Amerika, akan ada Copa America 2019 yang juga dilangsungkan di lima kota dan lima negara berbeda. Di tahun yang sama, Uni Emirates Arab akan menjadi tuan rumah untuk kompetisi antar negara-negara Asia, Piala Asia AFC 2019.

Apa Itu Liga Negara UEFA?

Namun tidak perlu menunggu lama sampai tahun depan untuk menyaksikan ajang antarnegara. Sebab mulai September nanti organisasi Sepakbola Eropa, UEFA, mengadakan turnamen yang mempertemukan para anggotanya di kompetisi bernama Liga Negara UEFA (UEFA Nations League).

Ajang ini akan menjadi pengganti laga-laga persahabatan antar negara Eropa di bawah naungan UEFA, yang biasanya terjadi jika tidak ada babak kualifikasi sebuah kompetisi. Diharapkan pertemuan antarnegara Eropa dalam sebuah kompetisi ini mampu meningkatkan animo masyarakat, yang menilai laga-laga persahabatan sebagai penghambat jalannya kompetisi domestik dan dianggap membosankan.

Semua ini berkat ide dari presiden Asosiasi Sepak Bola Norwegia,Yngve Hallen pada 2013 silam dan diamini oleh Gianni Infantino kala presiden FIFA itu masih berstatus sebagai presiden UEFA di 2014.

“Yang menjadi pemicu dari kompetisi Liga Negara adalah kalender internasional dan jadwal-jadwal untuk laga persahabatan,” ucap Infantino kala itu, seperti dikutip dari BBC.

“Ada beberapa tim yang ingin dihadapi oleh semua pihak dan ada tim-tim yang kesulitan mendapatkan lawan bertanding yang diinginkan. [Padahal] bagi seluruh anggota asosiasi [UEFA], laga-laga tim nasional merupakan kunci dari pengembangan mereka.”

Siapa Saja dan Bagaimana?

Seperti dikutip dari laman resmi UEFA, ada 55 peserta yang dibagi menjadi empat liga berdasarkan posisi di Ranking Koefisien Tim Nasional UEFA selepas babak kualifikasi Piala Dunia 2018. Liga A ditempati 12 tim, Liga B ada 12 peserta, Liga C diisi 15 kesebelasan dan Liga D menjadi pengumpul terbanyak dengan total 16 skuat.

Liga-liga tersebut sebetulnya sama saja dengan divisi seperti di sebuah kompetisi domestik. Liga A menjadi divisi tertinggi dan begitu seterusnya. Tentu saja, Liga A diisi oleh tim-tim yang mempunyai koefisien besar, seperti yang dimiliki oleh Kroasia, Belgia, Inggris, Jerman, Perancis, Spanyol, Italia, Portugal, Belanda, dan Islandia yang mencuri perhatian dengan lolos ke Euro dan Piala Dunia untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.

Akan tetapi bukan berarti tiap Liga akan bertemu satu sama lain. Tidak. Babak pengundian telah dilangsungkan pada Januari kemarin dimana Liga A akan dibagi menjadi empat grup yang masing-masing berisikan empat grup. Grup 1 diisi Belanda, Perancis dan Jerman. Grup 2 ada Islandia, Swiss dan Belgia. Grup 3 dihuni Polandia, Italia dan Portugal. Sedangkan Grup 4 ditempati Kroasia, Inggris dan Spanyol.

Begitu pun dengan Liga B, dimana Repulik Ceko, Ukraina dan Slovakia bersua di Grup 1. Di Grup 2 ada Turki, Swedia dan Rusia. Grup 3 ada Irlandia Utara, Bosnia & Herzegovina dan Austria. Grup 4 dihuni Denmark, Repulik Irlandia serta Wales.

Di Grup 1 Liga C Israel akan bersua Albania dan Skotlandia. Grup 2 mempertemukan Estonia, Finlandia, Yunani dan Hungaria. Grup 3 menjadi tempat duel Siprus, Bulgaria, Norwegia dan Slovenia. Sementara Lithuania, Montenegro, Serbia dan Romania mengisi Grup 4.

Andorra, Kazakhstan, Latvia dan Georgia tergabung di Grup 1 Liga D. Di Grup 2 ada San Marino, Moldova, Luksemburgo dan Belarus. Kosovo, Malta, Kepulauan Faroe dan Azerbaijan tergabung di Grup 3. Gibraltar, Leichtenstein, Armenia dan Masedonia menghuni Grup 4.

Nantinya di tiap-tiap tim akan melakoni laga kandang dan tandang kontra sesama penghuni grup sejak September, Oktober dan November tahun ini. Tim-tim yang berada di posisi pertama tiap-tiap Grup A akan saling bersua di fase gugur dengan dua laga semi-final dan satu final demi memperebutkan gelar juara pada Juni 2019.

Sedangkan pemuncak klasemen di masing-masing grup di Liga B, C dan D, akan promosi ke grup-grup di Liga A. Sedangkan penghuni terbawah di grup-grup Liga A akan turun divisi ke liga di bawahnya. Artinya di musim kedua pada 2020/2021 nanti, para peserta tidak lagi tergantung pada hasil koefisien UEFA, tapi berdasarkan hasil di musim sebelumnya.

Bagaimana Dengan Euro 2020?

Turnamen Euro 2020 akan melanggar ‘tradisi’ dimana tuan rumah tidak akan mendapatkan jatah lolos langsung ke putaran final, pasalnya ada 12 negara berbeda yang jadi tuan rumah.

Babak kualifikasi Euro 2020 akan sama seperti babak kualfikasi edisi-edisi sebelumnya. Hanya saja ada jalur lain bagi negara-negara Eropa untuk bisa meraih satu tiket ke putaran final, yaitu melalui Liga Negara. Artinya ada empat jatah tiket dari jalur Liga Negara, sedangkan 20 lainnya melalui kualifikasi seperti biasanya.

Nah ini sedikit rumit. Seperti dikutip dari laman resmi UEFA, tiap-tiap grup Liga Negara akan saling berjuang untuk meraih satu tiket ke babak semi-final play-off. Nantinya dihasilkan empat tim dari tiap-tiap liga yang memperebutkan satu tiket ke putaran final Euro 2020.

Lalu bagaimana dengan tim-tim yang sudah dipastikan lolos ke putaran final Euro melalui jalur kualifikasi? Mereka tetap akan melakoni laga di tiap grup-grup Liga Negara, tapi tidak berhak lolos ke semi-final play-off. Yang berhak adalah tim terbaik berikutnya lah yang bisa masuk ke babak semi-final play-off.

Sebagai contoh: andai Denmark (penghuni Liga B Grup 4) gagal di fase kualifikasi Euro 2020. Mereka masih berpeluang lolos ke putaran final Euro 2020 andai mampu menyingkirkan Republik Irlandia dan Wales, serta mengalahkan juara-juara grup Liga B lainnya.

Lantas bagaimana jika Denmark sudah dipastikan lolos via babak kualifikasi? Mereka tetap bermain tapi tidak berhak lolos ke babak semi-final play-off dan jatahnya itu (misalnya) diberikan kepada Wales (andai) mampu menghuni peringkat kedua Grup 4 Liga B. Begitu pun dengan Liga A, C dan D.