Membayangkan Persib Diperkuat Pemain yang Mereka Bina

Foto: Persib.co.id

Ingatkah Anda, terutama para pendukung Persib, kala Persib menjuarai Liga Indonesia I 1994/1995?

Ya, sejarah yang menjadi salah satu narasi besar klub asal kota Bandung ini sudah diketahui khalayak. Jika bertanya kepada para bobotoh, mereka tentu akan menceritakan sejarah tersebut dengan rona wajah bahagia. Apalagi, jika Anda bertanya kepada para pendukung Persib kolot, yang ikut pesta ke Senayan pada 1994/1995 tersebut.

Tapi, narasi besar itu tidak hanya berakhir dengan kesimpulan Persib jadi juara saja. Di dalamnya, selain narasi kecil yang berlawanan dari Petrokimia Putra dan Barito Putera, terdapat juga satu narasi lain yang acap digaungkan. Kala itu, Persib sama sekali tidak memakai tenaga asing. Saat klub lain memakai Dejan Glusevic ataupun Jacksen F. Tiago, Persib lebih percaya tenaga lokal.

Bukan cuma itu, Persib juga ketika itu ditukangi oleh pelatih lokal bernama Indra Thohir. Dengan tangan dinginnya, pemain-pemain lokal yang ada di tubuh Persib ia sulap jadi pemain hebat. Ia juga mampu menanamkan mental juara ke dalam diri anak asuhannya tersebut.

Sekarang, fenomena macam itu tentu sulit untuk ditemui di sepakbola Indonesia, termasuk di Persib. Namun, jika boleh berandai-andai, bisakah hal seperti itu terjadi kembali?

Peran Akademi dan Diklat Persib 

Dilansir dari situs resmi Viking Persib, total, ada 37 pemain didikan Persib yang malang melintang di kompetisi Liga 1 2018. Tapi, tak semua membela Persib. Di skuat Persib untuk ajang Liga 1 2018, tercatat hanya ada nama M. Wildan Ramdani, Indra Mustafa, Febri Hariyadi, Henhen Herdiana, Puja Abdillah, Agung Mulyadi, dan Gian Zola, selaku pemain didikan Persib.

Sisanya, para pemain didikan diklat Persib tersebar di berbagai klub yang berkompetisi di Liga 1 2018. Mereka semua, hampir di antaranya, menjadi andalan di tim mereka masing-masing. Malah, ada pemain diklat Persib yang sukses menembus Timnas Indonesia justru saat mereka membela klub lain, bukan ketika mereka berada di Persib.

Ambil contoh Hanif Sjahbandi. Ia sukses menembus skuat Timnas U-22 justru ketika berseragam Arema. Hal sama juga terjadi pada Alfath Fathier, kala ia sukses masuk skuat Timnas Indonesia di ajang Piala AFF 2018 justru saat ia berseragam Madura United.

Sisanya, para pemain didikan Persib lain sukses menjadi pemain inti. Seperti Abdul Aziz dan Erwin Ramdani di PSMS Medan, ditambah Jajang Sukmara dan Suhandi. Gian Zola. Ahmad Baasith, dan M. Agung Pribadi juga jadi andalan di lini tengah Persela Lamongan pada ajang Liga 1 2018.

Selain mereka, ada juga nama Jajang Mulyana menjadi pemimpin di lini pertahanan Bhayangkara FC. Wawan Hendrawan di bawah mistar gawang Bali United, dan Asep Berlian di Madura United. Belum lagi Ferdinand Sinaga di PSM Makassar, Shahar Ginanjar di Persija, serta Ryuji Utomo yang sempat sukses di Thailand.

Menarik bukan, melihat status para pemain didikan Persib itu di tim lain? Hal ini menunjukkan bahwa mereka sebenarnya punya kemampuan. Asal diberikan kesempatan dan dipoles sedemikian rupa, mereka bisa jadi pemain hebat. Jangan lupakan pula Persib U-16 dan U-19 yang berhasil menyabet gelar kompetisi U-16 dan U-19 pada 2018 silam, menandakan bahwa regenerasi yang baik sudah terjadi di tubuh Persib.

Maka, menarik untuk membayangkan, bagaimana jika mereka semua membela Persib sekarang? Mari kita coba.

Membayangkan Alumnus Akademi Persib Membela Persib

Penjaga gawang Persib adalah M. Natshir Fadhil Mahbuby yang sudah menunjukkan kualitasnya selama musim 2018 kemarin. Lini belakang diisi oleh duet Jajang Mulyana dan Asep Berlian, dengan bek sayap bernama Jajang Sukmara dan Henhen Herdiana. Lini tengah diisi Abdul Aziz, Baasith, dengan Gian Zola menjadi kreator serangan.

Lini depan? Ada nama Wildan, diapit Agung dan Ferdinand menjadikan lini depan Persib gahar. Para cadangan juga bukan pemain sembarangan, karena ada beberapa pemain dengan kualitas yang tidak jauh berbeda. Meski memang tidak akan instan menghadirkan prestasi, di bawah asuhan pelatih yang tepat dan kesabaran yang cukup, tim macam ini akan menghadirkan prestasi.

Prestasi yang dihasilkan pun, sama seperti keberlangsungan generasi 80an dan 90an, akan terawat sedemikian rupa karena adanya kesinambungan generasi. Namun, beranikah Persib melakukan itu?

***

Di era sepakbola modern seperti sekarang ini, mendidik sebuah tim tidak lagi seperti era Alex Ferguson dulu di Manchester United. Hasil instan dan juga kepentingan bisnis, tentu menghiasi proses perekrutan pemain dan pelatih sebuah tim. Ruang untuk pembinaan mungkin ada, tapi tak sebegitu besar dibandingkan masa lalu.

Tapi, tak ada salahnya Persib mencoba hal ini. Toh, dengan nama para pemain didikan mereka yang sudah besar di luar, mereka tetap bisa mendapatkan keuntungan bisnis dengan merekrut kembali pemain didikan mereka sendiri. Jati diri Persib yang tidak hilang, ditambah dengan kemampuan yang sudah terasah di luar beserta persona yang sudah mereka ciptakan, akan jadi nilai tambah bagi “Maung Bandung”.

Pertanyaan selanjutnya: bisa dan maukah Persib melakukan itu?