Liverpool berhasil mengalahkan FC Porto 2-0 pada Rabu (10/4) dini hari tadi di leg pertama perempatfinal Liga Champions. Dua gol Liverpool dicetak Naby Keita dan Roberto Firmino.
Dalam pertandingan yang digelar di Anfield tersebut, Klopp memenuhi janjinya dengan menurunkan skuat utama. Trio Roberto Firmino, Sadio Mane, dan Mohamed Salah, bermain hingga 73 menit, sebelum Mane diganti Divock Origi, dan Firmino diganti Daniel Sturridge sembilan menit kemudian. Apa yang dilakukan Klopp terbilang berisiko mengingat Liverpool masih belum aman untuk meraih gelar liga. Di sisi lain, The Reds akan menghadapi Chelsea akhir pekan nanti.
Dalam pertandingan yang dihadiri langsung 52 ribu pasang mata tersebut, Liverpool tampil mendominasi. The Reds menciptakan 15 attemps sementara Porto delapan attemps. Dalam kolomnya di BBC, mantan bek Liverpool, Mark Lawrenson menyebut kalau The Reds bisa saja mencetak lebih dari dua gol. Namun, itu tak akan mengubah apapun pada hasil akhirnya.
Lawrenson bahkan menulis kalau Porto tak ubahnya kesebelasan papan tengah-bawah Premier League. Ia tak melihat sesuatu yang spesial dari penampilan mereka di Anfield. Ini yang membuatnya merasa kalau Porto tak akan jadi sandungan buat Jurgen Klopp di leg kedua nanti.
“Ini adalah babak perempatfinal Liga Champions ketika Anda mengharapkan untuk menghadapi kesebelasan terbaik di Eropa. Namun, Porto masih jauh pada kualitas itu dan ini adalah kemenangan yang biasa buat Liverpool,” tulis Lawrenson.
Menurut pemain yang membela Republik Irlandia tersebut, Liverpool bermain dengan bagus saat ini. Dengan pemain yang bugar dan ruang ganti yang kondusif, pertandingan melawan Porto seperti malam indah yang memang mereka inginkan sebelum kembali berjuang di Premier League. Pasalnya, The Reds masih punya waktu istirahat selama lima hari untuk menghadapi The Blues, sehingga tak perlu memaksakan diri di laga melawan Porto.
Pertandingan Melawan Porto Penting untuk Liverpool
Lawrenson menyebut kalau kekalahan Porto tak lepas dari perbedaan intensitas permainan di Premier League dengan di Liga Portugal. Ini yang membuat kualitas Porto tak bisa menyamai kecepatan atau keganasan Liverpool. Apalagi The Reds tampil menyerang dan sulit dibendung.
“Liverpool diberikan semacam ruang di final third yang mana mereka tak terbiasa mendapatkannya dari lawan-lawan mereka di Premier League, dengan dua gol yang mereka ciptakan, itu adalah contoh yang bagus,” kata Lawrenson.
Porto memang menciptakan sejumlah peluang. Akan tetapi Lawrenson merasa lini serang dan lini belakang mereka tak cukup bagus untuk membuat Liverpool kesulitan. Bahkan, sejak awal pertandingan, Lawrenson sudah merasa kalau pertandingan ini akan menjadi lawan yang mudah buat The Reds.
“Aku mendapat kesan kalau mereka benar-benar ingin mencetak gol ketiga, mereka bisa melakukannya. Di 20 menit terakhir, The Reds tak cukup banyak bergerak, tapi mereka kehilangan ketajaman serangannya dan hanya mencari cara untuk segera mengakhiri pertandingan.”
Hasil ini seperti memperlihatkan betapa nyamannya Liverpool. Hasil 2-0 dianggap Lawrenson cukup bagus buat Klopp yang memilih untuk tak kebobolan ketimbang menambah gol. Dengan hasil ini, Liverpool mestinya bisa dengan mudah membabat leg kedua, yang juga memudahkan mereka meraih gelar Premier League. Di sisi lain, Manchester City tak mendapatkan kemewahan yang sama setelah kalah 0-1 dari Tottenham Hotspur.
Porto sendiri dianggap punya peluang untuk mencetak gol cepat di Estadio do Dragao dan memberikan tekanan buat Liverpool. Namun, dengan cara set up Liverpool saat ini dan ancaman yang mereka perlihatkan saat melakukan serangan balik, hasil pertandingan sepertinya sudah ketahuan. Porto akan menekan Liverpool, dan The Reds melawannya dengan serangan balik.
“Dan kalau ada satu-satunya perhatian tentang penampilan atau taktik Liverpool dalam perjalanan mereka di Eropa musim ini adalah mereka kalah di tiga pertandingan tandang di fase grup. Namun, penampilan mereka di Munich di babak 16 besar mengakhiri tren buruk ini.”
“Aku punya rasa percaya diri penuh kalau mereka akan menuntaskan pekerjaan di Portugal pekan depan. Mereka akan menyusun semifinal menghadapi Barcelona atau Manchester United. Namun, mereka tak perlu memikirkan itu saat ini. Klopp tak boleh mengizinkan konsentrasi para pemainnya turun.”
Apa yang dikatakan Lawrenson memang masuk akal. Kemenangan atas Porto tak menjadikan mereka kelelahan, tapi justru jadi obat untuk menghadapi Chelsea. Namun, Chelsea bukanlah masalah. Yang jadi masalah adalah Eden Hazard.
“Kekhawatiran itu kalau Eden Hazard main di level yang sama ketika dia melawan West Ham, karena ketika dia melakukan itu, dia amat sulit untuk dihentikan.”
Namun, agaknya Lawrenson lupa kalau meskipun Liverpool berada di puncak klasemen, tapi City pun masih punya tabungan satu pertandingan. Artinya secara hitung-hitungan, City masih unggul dua poin dari Liverpool. Dan kalau Pep mau memilih, dia akan habis-habisan di Premier League ketimbang berjuang di Liga Champions yang hasil akhirnya masih belum bisa ditebak.