Liverpool menang 3-2 atas Paris Saint-Germain dengan cara yang sungguh dramatis. Kemenangan yang terbilang mengejutkan ini menunjukkan kalau tak ada satupun gunung yang tak bisa didaki skuat Liverpool di Liga Champions.
Sepakan kemenangan Roberto Firmino di masa injury time melahirkan kekalahan pertama buat juara Liga Prancis tersebut. Di sisi lain, hasil tersebut memperpanjang rekor 100 persen kemenangan The Reds pada musim ini. Kemenangan ini bisa dibilang dramatis karena setelah unggul 2-0, Liverpool justru bisa disusul hingga 2-2. Gol penyama PSG hadir dari serangan mengerikan Neymar yang dituntaskan Kylian Mbappe pada menit ke-83. Ketika pertandingan sepertinya akan berakhir imbang, Firmino hadir memberikan kemenangan.
Wajar kalau kemenangan Liverpool disambut gegap gempita. Pasalnya, lawan yang mereka hadapi adalah PSG yang merupakan salah satu favorit juara musim ini. Apalagi, PSG dihuni oleh para pemain top di semua lini. Kemenangan ini juga membuat Juergen Klopp meyakinkan siapapun kalau Liverpool siap menghadapi lawan manapun.
“Perkembangan bagus di klub ini adalah saat Anda mendengar Liverpool mengadapi PSG dan Anda tak merasa kami tak punya peluang. Satu, dua, atau tiga tahun lalu, mungkin orang berpikir PSG adalah gunung yang tak bisa kami daki,” tutur Juergen Klopp.
Menurut Klopp, apa yang anak asuhnya lakukan semalam adalah sesuatu yang luar biasa. Mereka melawan dengan keras sehingga mampu menguasai jalannya pertandingan. Klopp bahkan merasa kalau timnya lebih nyetel ketimbang musim lalu.
Salah satu pemain yang dipuji Klopp adalah Daniel Sturridge yang mengawali Liga Champions dengan gol pembuka. Ia pun memuji Firmino yang mengalami cedera mata.
“Kemarin, cedera Firmino tidak terlihat begitu bagus dan kami cuma punya satu sesi pagi ini. Bobby mencoba sedikit demi sedikit ketika dia masuk. Saya pikir itu adalah pergerakan di mana Anda mesti menunjukkan kepercayaan di skuat. Ya, ketika Anda tahu Bobby Firmino siap, Anda akan selalu berpikir, ‘Ayo masukkan dia’. Tapi merupakan hal yang menyenangkan juga menyaksikan penampilan Daniel dan dia membayar 100 persen kepercayaan. Buat kami, itu adalah tanda yang amat penting,” ungkap Klopp.
Permainan Kolektif Liverpool
Dengan absennya Firmino sejak menit awal, membuat sejumlah pihak sempat meragukan para pemain penggantinya. Akan tetapi, sehari sebelumnya, Klopp sudah bilang, “Tidak ada seorang pun yang tak tergantikan.”
Hal ini dibuktikan oleh para pemainnya seperti James Milner, Andy Robertson, Trent Alexander-Arnold, hingga Georginio Wijnaldum. Andy Hunter dari The Guardian, menulis, “Liverpool memiliki para pemain yang punya kualitas dan kerja keras yang luar biasa, untuk membuat rencana permainan Klopp yang menuntut bisa sukses.”
Thomas Tuchel juga sebenarnya punya bakat di para pemainnya yang bikin iri banyak orang. Akan tetapi, mereka kekurangan kemampuan secara kolektif sebagai tim sehingga tidak menghasilkan unit yang kohesif untuk mewujudkan ambisi pemilik klub yang ambisius.
Salah satu keberhasilan Liverpool adalah bagaimana para pemainnya bekerja tanpa lelah di lini serang untuk membatasi bola yang diterima trio lini serang PSG yang dihuni Neymar, Mbappe, dan Edinson Cavani. Belum lagi pergerakan Sadio Mane yang turun begitu dalam untuk mengantisipasi pergerakan Mbappe. Akan tetapi, PSG bukannya tanpa perlawanan. Pergerakan Juan Bernat mampu menutup performa Mohamed Salah yang tak berkutik dalam pertandingan tersebut.
Liverpool meskipun cuma unggul 52 persen penguasaan bola, tetapi mampu melepaskan 17 attemps berbanding sembilan attemps milik PSG. Ini juga tak lepas dari taktik Klopp yang meminta para pemainnya mewaspadai Neymar serta Angel di Maria.
“Kalau Anda membiarkan mereka lewat di area tertentu, mereka yang menentukan sendiri apakah mau mencetak gol atau tidak, karena perpaduan kecepatan dan kemampuan teknis yang mereka miliki. Anda mesti menghindari situasi tersebut,” tutur Klopp.
Dengan hasil positif ini, agaknya memberikan nafas baru buat Liverpool dalam mengarungi musim ini. Karena mereka sendiri yang akan menentukan, apakah akan meraih kejayaan, atau keburu lelah (lagi dan lagi) di tengah jalan.