“Aku tak pernah melihat sebelumnya seperti yang ini. Oh ya Tuhan.”
“Luar biasa.”
“Aku tak pernah melihat yang seperti ini sebelumnya.”
Kata-kata di atas diungkapkan tiga orang yang berbeda. Mereka adalah Jermaine Jenas, Glenn Hoddle, dan Chris Sutton. Komentar ketiganya, mirip dengan yang biasa tertulis di cover DVD film saat para kritikus memberi pendapatnya soal film tersebut.
Komentar tersebut tertuang ketika Tottenham Hotspur berhasil comeback dengan skor 3-2 di Johan Cruyff Arena. Mereka membuat aggregate menjadi imbang 3-3 tapi Spurs unggul dalam hal produktivitas gol tandang.
Kalau melihat hasil akhir mungkin ini layaknya pertandingan comeback lainnya. Akan tetapi, kalau melihat prosesnya, apa yang dilakukan Spurs jauh lebih hebat dari itu. Bagaimana tidak? Hingga waktu menyisakan 45 menit lagi, Spurs sudah ketinggalan 2-0. Mereka harus mencetak tiga gol untuk membalasnya dan tanpa kebobolan.
Lebih gilanya lagi, Spurs mencetak gol kemenangan tepat beberapa detik sebelum waktu tambahan berakhir. Wajar kalau sejumlah pengamat sepakbola merasa pertandingan ini berakhir dengan luar biasa.
“Aku tak pernah melihat sesuatu seperti ini sebelumnya. Oh Tuhan. Para pemain Ajax kini tersungkur. Itu adalah pembacaan situasi yang bagus dari Lucas Moura dan flick dari Dele begitu sensasional. Lucas Moura ada di buku sejarah Tottenham selamanya,” kata Jenas.
“Ajax bermain begitu baik, tapi di babak kedua, Tottenham memberi segalanya dan mereka seperti menjadi tim yang berbeda. Malam yang luar biasa buat klub sepakbola. Kami bilang sesuatu yang aneh terjadi. Pochettino menangis,” tutur Jenas.
“Keanehan” dengan melihat Pochettino yang menangis juga dikonfirmasi mantan gelandang Manchester United, Darren Fletcher: “Mauricio Pochettino menangis seperti bayi ketika dia berlutut saat mereka mencetak gol. Ini membuat Anda emosional melihatnya dan tahu betapa ini penting buatnya.”
Didorong Comeback Liverpool
Semalam sebelumnya, Liverpool secara luar biasa berhasil melakukan comeback sempurna dengan menang 4-0 atas Barcelona. Ini membuat Liverpool menang dengan agregat 4-3. Yang membuat pertandingan ini luar biasa adalah Liverpool tanpa pemain utama, dan lawan yang mereka hadapi adalah salah satu klub sepakbola terbaik di dunia.
Keberhasilan Liverpool ini secara tidak langsung memotivasi para pemain Spurs untuk melakukan hal serupa. Apalagi Spurs cuma kalah 0-1 di leg pertama, sehingga secara matematis, mereka tinggal menang 2-1 untuk bisa lolos ke final.
“Kami menyaksikan Liverpool kemarin malam. Mereka menunjukkan kalau semuanya belum berakhir sebelum benar-benar berakhir. Kecewa dengan leg pertama bagaimana kami memulai dan kami memulai seperti malam itu. Namun, setelah turun minum, kami bisa unjuk tampil,” kata fullback Spurs, Danny Rose.
“Manajer menyebut pertandingan Liverpool di hotel sebelum pertandingan. Manajer tak masalah kami kalah tapi kami harus kalah dengan cara yang benar. Kami cukup beruntung bisa lolos dan kami akan menyiapkan final Liga Champions.”
Hal ini yang juga dirasakan oleh Darren Fletcher: “Tottenham menggunakan Liverpool sebagai sebuah contoh dan Ajax berhenti melakukan apa yang mereka kerjakan di babak pertama. Aku tak tahu sistem apa yang Spurs gunakan tapi pada akhirnya mereka bisa menempatkan diri ke final.”
Sementara itu, Sutton bilang kalau baik Spurs maupun Liverpool memberikan cerita yang bagus di sepakbola buat anak-anak muda. “Tottenham dan Liverpool mati dan terkubur, dan tidak ada seorang pun kecuali manajer yang akan memberi mereka kesempatan. Itu adalah tekad yang tidak dapat dipercaya untuk terus menggali dan memang seharusnya demikian,” kata Sutton.
Pengaruh Fernando Llorente
Pochettino memasukkan Llorente pada awal babak kedua menggantikan Victor Wanyama yang bermain kurang efektif. Secara tidak langsung, Llorente memberikan dampak pada lini pertahanan Ajax untuk fokus menjaga dirinya. Di sisi lain, Spurs terus melancarkan serangan dari sayap.
Hal ini diakui oleh Rio Ferdinand misalnya. “Dan Fernando Llorente, adalah pengganti yang hebat. Dia mengalahkan Daley Blind. Blind tak bisa mengalahkannya dan pemain lain muncul di belakangnya.”
Komentar serupa juga diungkapkan Darren Fletcher: “Malam ini bukan lagi soal taktik dan ini adalah tentang determinasi tinggi dan hati. Fernando Llorente membuat masalah dengan kehadirannya meski tak bermain begitu bagus.”
Louis van Gaal pun memuji kehadiran Llorente. “Dimasukkannya Fernando Llorente memberikan perbedaan besar setelah turun minum. Matthijs de Ligt dan Daley Blind dipermalukan olehnya, juga oleh koneksi gelandang Spurs. Lini pertahanan Ajax tak bisa melawannya,” tutur Van Gaal.
***
Andai ada Oscar untuk drama di sepakbola, agaknya Spurs memang layak mendapatkannya. Dan untuk penghargaan aktor terbaik, jelas akan dimenangkan Lucas Moura.