Parahnya Rasisme pada Balotelli

Foto: Ronaldo.com

Mario Balotelli kembali menjadi sasaran komentar rasis yang luar biasa, dan kali ini justru datang dari kepala klubnya di Brescia, Massimo Cellino. Namun, Brescia langsung mengklarifikasi bahwa yang dikatakan Cellino adalah sebuah sindiran, yang kemudian disalahpahami substansinya sebagai bentuk komentar rasis.

Kendati begitu, mantan pemilik Leeds tersebut memang menadahkan komentarnya untuk Balotelli, karena di satu sisi sang striker sempat bertengkar dengan sang manajer, Fabio Grosso. Cellino kemudian menjawab semua pertanyaan tentang mantan pemain internasional Italia itu dengan sebuah perkataan yang lumayan sensitif.

Cellino ditanya tentang Balotelli sebelum pertemuan rapat Serie A pada hari Senin (25/11) lalu, dan ia menjawab pertanyaan yang diajukan dengan menggunakan permainan kata “hitam”, yang dalam bahasa Italia sering digunakan untuk mengartikan rasa marah. Cellino berkata, “Apa yang bisa saya katakan? Bahwa dia (Balotelli) berkulit hitam dan dia berusaha memutihkan dirinya, akan tetapi dia memiliki kesulitan besar dalam hal ini.”

Brescia, yang sedang berada di posisi terbawah di liga, berusaha meredam komentar Cellino, dengan mengklarifikasi dalam sebuah pernyataan bahwa yang dikatakan sang kepala klubnya itu adalah “sindiran” yang “jelas-jelas disalahpahami”. Mereka kemudian menambahkan kalau Cellino “berusaha untuk mengecilkan liputan media yang berlebihan dengan melindungi Balotelli”.

Saat meninggalkan rapat, Cellino lalu berkata, “Siapa yang menyebut saya rasis? Saya tidak perlu memaafkan diri saya dari sesuatu yang saya tidak percayai dan saya lakukan sendiri.”

Wajar saja pernyataan itu menjadi heboh, karena Mario Balotelli sendiri telah mengalami masalah rasisme sejak awal karirnya di Italia. Ia juga menjadi target langganan nyanyian rasis suporter Italia selama pertandingan di Verona beberapa waktu lalu. Bahkan, hal ini mengakibatkan pertandingan yang sedang berlangsung sempat ditunda selama beberapa menit, dan Balotelli mengancam akan meninggalkan lapangan setelah dengan marah menendang bola ke tribun.

Balotelli kemudian disebut “sombong” oleh kelompok ultras klubnya yang malah melakukan pembelaan kepada para suporter Verona pasca pelecehan rasial. Di sisi lain, nyanyian penghinaan seperti itu juga pernah ditujukan kepada Romelu Lukaku, Franck Kessié, Dalbert Henrique, Miralem Pjanic, Ronaldo Vieira dan Kalidou Koulibaly di Serie A. Semua pemain yang ditargetkan kecuali Pjanic yang berkebangsaan Bosnia, semuanya berkulit hitam.

Sementara itu, Balotelli sendiri memutuskan kembali ke Serie A setelah tiga tahun berkarier di liga Prancis. Ia telah mencetak dua gol dalam tujuh pertandingan, tetapi ia masih belum mampu memberikan kontribusi besar kepada Brescia untuk keluar dari keterpurukan di musim ini. Menanggapi hal ini, Massimo Cellino kemudian menantang mantan pemain Manchester City dan Liverpool itu untuk menunjukkan lebih banyak “tekad dan antusiasme” guna mendapatkan kembali tempatnya di tim.

“Saya membeli Balotelli karena saya pikir dia bisa menambahkan sesuatu ke dalam tim. Tapi karena dia terlalu banyak mengekspos kami, itu semua membuat dia menjadi tertekan, dan kelemahan dia terletak pada perasaan itu. Jika semua orang terus berbicara tentang Balotelli, kita justru akan menyakitinya dan saya akan merasa dirugikan dengan hal semacam ini,” tutur Cellino dikutip dari The Guardian.

Bisa dikatakan, sebenarnya Mario Balotelli punya harapan besar saat ia memutuskan untuk kembali ke Italia. Namun, harapan itu telah kembali dihancurkan oleh masalah rasisme. Pelecehan rasis kepada Mario Balotelli seolah dibuat paling spesial di Serie A, dan seolah menjadi bukti kalau tidak ada yang bisa menyangkal pelecehan rasis seperti itu.

Selain itu, sudah enam tahun berlalu sejak Mario Balotelli mengakhiri sebuah wawancara bersama media Sports Illustrated dengan mengatakan, “Anda tidak dapat menghapus rasisme. Ini seperti rokok. Anda tidak bisa berhenti merokok jika tidak mau, dan Anda tidak bisa menghentikan rasisme jika orang tidak mau.”

Perkataan itu ia lontarkan disaat ia berada di puncak dunia, dan ia menjadi pemain Italia No. 9 yang lumayan paling menonjol. Di tahun-tahun itu, pemain dengan serangkaian kontroversialnya tersebut juga berhasil membantu Manchester City memenangkan juara Premier League dengan epik.

Namun, walaupun posisinya sudah seperti itu, dan bahkan meski telah menjadi pemain paling berperan dalam melenyapkan Jerman di semi-final Euro 2012, Balotelli mengakui kalau dirinya masih tidak berdaya untuk menghentikan suporter Italia dari melecehkannya karena warna kulitnya. Oleh sebab itu, sebelum memutuskan untuk kembali ke Italia musim panas ini, ia sempat bertanya-tanya apakah segala hal tentang hal tersebut (rasisme) telah berubah atau justru sama saja.

“Saya berharap dengan sepenuh hati bahwa semoga saja tidak akan ada pengulangan dari hal-hal yang terjadi ketika saya terakhir berada di sini. Saya harap Italia telah mengambil sikap untuk persoalan semacam ini, dan saya berharap ada beberapa langkah maju yang telah mereka buat untuk mencegah kemungkinan buruk terjadi,” ungkap Balotelli dikutip dari The Guardian.

Namun, seperti yang kita tahu, Mario Balotelli tetap ditakdirkan untuk kecewa. Musim ini, Serie A telah menyaksikan beberapa contoh pemain yang dilecehkan secara rasial, seperti Romelu Lukaku saat bermain di Cagliari, Dalbert saat bermain di Atalanta, dan Ronaldo Vieira selama pertandingan kandang Sampdoria melawan Roma. Begitu juga dengan Balotelli, ia menjadi target nyanyian monyet selama pertandingan Brescia di Verona.