Pep Guardiola: Saya Tidak Akan Ambil Risiko

Foto: Yahoo

Manajer Manchester City, Pep Guardiola, mengatakan bahwa dirinya tidak akan mengambil resiko apapun hanya untuk mendapatkan gelar di Eropa. Menurutnya, tim asuhanya harus menang besar tanpa terlebih dahulu “melempar dadu” untuk memilih gelar apa yang harus diraih di musim ini.

Di satu sisi, gelar quadruple Pep Guardiola musim lalu belum pernah terjadi selama kariernya. Inilah yang kemudian membawanya menjadi manajer terbaik sepakbola Inggris dalam tiga musim terakhir. Oleh karenannya, wajar jika ia tidak bersedia mengambil risiko apapun untuk berjudi “gelar” dalam upaya mendapat gelar di kompetisi Eropa.

“Liga Champions adalah turnamen yang penting, tetapi kompetisi ini sulit untuk dimenangkan. Saya tidak ingin pergi ke kasino, dan mempertaruhkan semua yang saya miliki di musim lalu hanya untuk tujuh pertandingan di kompetisi tersebut. Saya benar-benar tidak ingin menginginkannya,” tutur Pep Guardiola dilansir dari The Guardian.

Padahal semua orang tau, seorang manajer yang berhasil memenangkan kompetisi di Eropa selalu dihargai lebih di tiap musimnya, dan jarang sekali yang menempatkan prioritas kompetisi Eropa –terutama Liga Champions– di urutan kedua setelah kompetisi domestik. Menanggapi hal ini, Pep kemudian mengklaim bahwa ia akan mengorbankan Liga Champions musim ini untuk mengamankan hattrick gelar Premier Legaue bersama City.

“Saya akan mengorbankan apapun di musim ini untuk melakukan apa yang kami lakukan di musim lalu. Saya ingin memenangkannya lagi (Premier League). Tidak memenangkan Liga Champions tidak masalah, asalkan saya bisa meraih empat gelar lagi di musim ini,” tandas Pep.

“Saya ingin merasa bahagia selama 11 bulan kedepan. Oleh karenannya, saya ingin meraih gelar Premier League lagi. Ketika saya menang, hari-hari setelahnya akan terasa lebih bahagia. Saya pergi ke restoran dengan perasaan yang lebih baik, dan saya terus merasa lebih baik. Ini akan membuat saya bekerja dengan suasana yang lebih nyaman.“

“Apakah saya akan menunggu sampai Februari untuk memainkan tujuh pertandingan dengan semua kemungkinan yang jauh dari keberhasilan? Dari sudut pandang saya, itu terlalu berisiko. Anda harus menanganinya dengan berpikir objektif. Untuk menjaga kesehatan tim, fokus saya hanya di Premier League. Di sini, selalu ada hal yang paling penting, karena kompetisi lokal hadir di setiap akhir pekan.”

Mungkin pemikiran Pep ini sedikit logis mengingat kekalahan yang ia derita jauh lebih kecil dibanding yang tim-tim Premier League lain rasakan dalam dua musim terakhir (City hanya kalah enam kali). Bahkan, dalam dua musimnya itu, City berhasil mengumpulkan 198 poin. Maka dari itu, musim ini keberuntungan kemungkinan besar masih berada di punggung mereka.

Di sisi lain, The Citizen sendiri keluar dari Liga Champions musim lalu setelah kalah dari Tottenham melalui gol tandang. Kekalahan mereka ini pun terbilang kontroversi, di mana kala itu gol dari Fernando Llorente mengenai lengan dan pahanya, serta gol kemenangan dari Raheem Sterling dibatalkan melalui VAR.

Menyikapi hal tersebut, Pep Guardiola kemudian mengatakan bahwa pelanggaran adalah keputusan wasit. Baginya, setiap hal pasti bisa saja terjadi di suatu pertandingan, apalagi pertandingan itu adalah pertandingan di kompetisi sekelas Liga Champions.

“Offside satu inci ataupun pelanggaran, itu adalah keputusan wasit. Musim lalu pemain saya banyak cedera, dan tim lawan sedang berada dalam kondisi yang lebih baik dari tim saya. Untuk satu atau dua pertandingan banyak hal apapun yang bisa terjadi. Memenangkan Liga Champions sangat sulit dan sangat rumit,” ungkap mantan pelatih Barcelona itu.

“Memenangkan Liga Champions sudah pasti akan mendapatkan semua pujian. Tapi mengapa saya merasa lebih baik jika saya mengamankan semua pertandingan liga selama 11 bulan? Itu karena saya cukup yakin Liverpool ingin memenangkan Liga Premier setelah 30 tahun tidak menang. Jadi, saya lebih merasa asyik bermain di sini (Premier League).”

”Sangat bagus apa yang telah mereka (Liverpool) lakukan di Liga Champions musim lalu, akan tetapi mereka tidak bisa fokus di liga. Padahal, memenangkan Premier League akan membuat kualitas mereka menjadi semakin bagus. Mereka hanya satu poin di belakang City, dan tetap saja, di akhir musim, posisi kami lebih baik.”

Ketidakmampuan City untuk menaklukkan kompetisi Liga Champions telah mengorbankan banyak aspek. Salah satunya adalah para pemainnya yang telah diabaikan dalam setiap penghargaan Eropa maupun Dunia. Kondisi inilah yang membuat Pep Guardiola sedikit gusar. Kevin De Bruyne misalnya, ia adalah satu-satunya wakil utama City yang masuk ke dalam nominasi Ballon d’Or 2018, tapi ia tidak masuk ke dalam nominasi 10 besar, dan jelas, ia tidak berhasil memenangkan penghargaan itu.

“Saya tidak akan mengatakan 10 nama teratas yang dinominasikan untuk penghargaan ini (Ballon d’Or) tidak pantas mendapatkannya. Akan tetapi, saya sedikit terkejut karena para pemain saya yang memenangkan empat gelar di Inggris tidak dapat berada di sana. Bahkan satu pun pemain saya tidak menginjak tempat teratas,” pungkas Pep Guardiola.

“Mungkin karena, untuk penghargaan ini, ada tujuh pertandingan yang dilihat seperti masuk 16 besar, perempat final, semi final dan final. Atau pemain itu berhasil memenangkan Liga Champions. Jadi, dia akan berada di sana. Dalam 10 atau 11 bulan lainnya, penghargaan itu tidak mempedulikannya. Ini sedikit tidak adil. Mungkin Anda harus memenangkan lima gelar.”

”Saya tidak berpikir satu pemain bisa membuat musim yang lebih baik daripada Bernardo Silva musim lalu, bahkan dia juga berhasil memenangkan UEFA National League bersama Portugal. Mungkin para pemain saya harus memenangkan lima atau enam gelar lagi, atau mendapatkan 250 poin untuk dipertimbangkan di musim depan.”

Sumber: The Guardian