Peran Psikolog di La Liga dalam Pandemi Corona

Sudah merupakan hal lumrah bagi kesebelasan profesional untuk memiliki psikolog di tim kepelatihan. Pun dengan kesebelasan dari La Liga Spanyol. Saat ini, para psikolog tersebut mesti bekerja ekstra mengingat pandemi virus corona di Spanyol yang memburuk. Hal ini ditakutkan akan memengaruhi psikologis para pemain.

Hal yang paling terasa adalah bagaimana rutinitas para pemain tiba-tiba terhenti. Pesepakbola profesional umumnya punya jadwal rutin seperti latihan dan bertanding. Akan tetapi, karena Pemerintah Spanyol mengumumkan karantina wilayah secara nasional, ini membuat mereka tak lagi bisa melanjutkan rutinitas tersebut. Malah, para pesepakbola juga harus mengisolasi diri yang ditakutkan terjadinya ketegangan mental yang siginifikan.

Berdasarkan rilis dari La Liga Santander, ada sejumlah hal yang dilakukan psikolog klub untuk menjaga mental pemain tetap stabil.

Menurut Juan Manuel Gamito, dari Departemen Psikologi Akademi Sevilla, setiap atlet juga manusia, sehingga efek terhadap mental yang mereka derita sama dengan masyarakat lainnya. Akan tetapi, ketika bicara soal rutinitas, para pesepakbola punya jadwal pasti yang bisa mengalihkan perhatian mereka selama karantina.

“Atlet top adalah orang-orang yang terbiasa memiliki ritme kegiatan yang sangat jelas. Mereka punya agenda yang sudah ditentukan, terkadang dari seminggu sebelumnya dari saat bangun hingga tidur, hingga daftar makanan, hingga berjam-jam berlatih, berkompetisi, dan kapan harus beristirahat,” ungkap Gamito.

Yang agak sulit adalah para pesepakbola biasanya berlatih lewat arahan dari pelatih atau pelatih pisik. Ini yang membuat mereka mesti beradaptasi ketika harus berlatih dan mengatur segalanya sendiri. Gamito pun memberi saran bagi para pesepakbola untuk tetap membuat jadwal rutin seperti kapan harus makan, kapan harus tidur, agar para pemain mengingat apa yang harus dilakukan.

Hal ini juga diamini psikolog Athletic Bilbao, David Rincon. Menurutnya, fokus pada rutinitas adalah hal yang baik. Meskipun seorang pesepakbola lebih siap dan tahan stres, akan tetapi ketidakpastaian akan menjadi tantangan yang signifikan.

Hal ini diungkapkan Kepala Departemen Psikologi Real Valladolid, Lander Hernandez, menyebut bahwa ketidakpastian ini akan sulit bagi para pemain. “Ini dapat menyebabkan otak menuntut latihan yang biasa. Tidak melakukan kegiatan ini dapat meningkatkan tingkat kecemasan sehingga perlu dikendalikan,” kata Hernandez.

Selain melatih fisik, para pesepakbola juga terbiasa untuk melatih kognitif. Pasalnya, dengan tekanan eksternal yang sangat tinggi, perhatian tambahan harus diberikan pada kesehatan mental.

“Selama sesi latihan sehari-hari pesepakbola tidak hanya melatih fisik, tapi juga menjalani pelatihan kognitif yang signifikan. Meskipun mereka sekarang berlatih di rumah, jika staf pelatih tak memberikan pelatihan ini, maka pemain mungkin tidak dapat beristirahat secara mental,” kata Juan Miguel Bernat dari Departemen Psikologi Levante.

Sulitnya beristirahat secara mental akan memengaruhi kualitas tidur seseorang. Untuk itu, penting bagi tim kepelatihan memberi latihan kognitif seperti analisis musim, aspek apa yang bisa ditingkatkan, atau membahas tim lawan.

“Pesepakbola suka menantang diri mereka sendiri, mengalahkan rival dan memecahkan rekor. Dalam situasi ini, pemain dapat terus aktif tetapi dapat dibiarkan tanpa kemungkinan bersaing dan karenanya tanpa salah satu motivasi mendasar mereka,” kata Bernat.

“Anda harus menyadari bahwa meskipun Anda tidak melihat lawan Anda, tapi Anda bersaing dengan mereka setiap hari. Anda harus sadar kalau pemain rival juga berada dalam situasi yang sama dan siapapun yang mengambil keuntungan dari hal ini akan kembali ke La Liga dengan keunggulan kompetitif.”

Athletic Bilbao misalnya, selalu mengirim sejumlah materi mulai dari jadwal rutin hingga daftar nutrisi kepada para pemain. Mereka pun membuka komunikasi secara digital bagi para pemain.

“Beberapa sesi latihan digelat secara digital. Penting bagi para pemain untuk mengekspresikan perasaan mereka,” kata Rincon.

Selain Bilbao, Sevilla juga melakukan korespondensi digital antarpemain, staf, dan keluarga mereka. Menurut Gamito, ini bukan cuma untuk menghambat perkembangan virus, tapi juga menekan stres berlebihan pada pemain dan keluarga mereka.