Pergerakan Madura United ke Arah yang Lebih Baik, Benarkah?

Foto: Liga-indonesia.id

Jika Anda adalah pendukung Madura United, pasti Anda merasa kesal selama tiga musim ke belakang. Hal itu merujuk kepada performa dari Madura United itu sendiri.

Pada ajang Indonesia Soccer Championship 2016, Madura United muncul sebagai kekuatan baru di sepakbola Indonesia. Hasil dari akuisisi Pelita Bandung Raya, tim yang dimanajeri oleh Haruna Soemitro ini mampu menggebrak kekuatan tradisional sepakbola Indonesia. Bahkan, sampai akhir musim, mereka ikut dalam perburuan gelar juara bersama Arema dan Persipura.

Namun, inkonsistensi di akhir musim yang menghinggapi skuat yang kala itu diasuh Gomes de Oliviera membuat mereka harus lengser dari perebutan gelar juara ISC 2016. Padahal, mereka diperkuat nama-nama apik kala itu macam Fabiano Beltrame, Dane Milovanovic, Pablo Rodriguez Aracil, Bayu Gatra, serta Erick Weeks Lewis.

Hal serupa terjadi pada ajang Liga 1 2017. Memasukkan nama-nama apik macam Greg Nwokolo dan Peter Odemwingie, Madura United sempat menjadi juara paruh musim. Perpaduan serangan apik yang dihuni nama macam Slamet Nurcahyono, Greg, dan Odemwingie, ditambah pertahanan kuat yang digalang Fabiano, membuat Madura United tak tersentuh di putaran pertama Liga 1 2017.

Lagi-lagi, gara-gara inkonsistensi, Madura United yang sempat jadi juara paruh musim harus rela tergeser oleh nama-nama macam Bhayangkara FC, Bali United, serta PSM Makassar. Ditambah masalah yang menghinggapi mereka dengan Odemwingie, membuat mereka harus rela mengakhiri musim di peringkat 5 klasemen akhir Liga 1 2017.

Di ajang Liga 1 2018, Madura United malah makin inkonsisten. Tidak lagi diperkuat sosok kuat macam Odemwingie, dan hanya mengandalkan sosok Zah Rahan Krangar, membuat mereka sulit bicara banyak. Meski begitu, mereka tetap mampu mempertahankan status mereka sebagai tim papan atas Liga 1 dengan menghuni peringkat 8 klasemen akhir Liga 1.

Namun tetap saja, keluar dari zona 5 besar merupakan cermin adanya penurunan dalam kekuatan tim Madura. Sekarang, mereka pun mulai berbenah dan menatap musim 2019 dengan penuh harap. K-Conk Dhere pun tampaknya tak ingin Madura United hanya jadi penggebrak saja di 2019 ini. Lalu, apa yang manajemen lakukan untuk membuat Madura jadi lebih kuat?

***

Memasuki musim 2019, Madura mulai aktif bergerak di bursa transfer. Beberapa pemain yang mereka datangkan adalah nama-nama yang bukan sembarangan. Nama-nama yang bisa dibilang sudah tidak asing di dunia persepakbolaan Indonesia.

Nama-nama yang sukses digaet oleh Madura United di antaranya adalah Andik Vermansah, Muhammad Ridho, Fandri Imbiri, Zulfiandi, Marckho Sandy Meraudje, dan yang teraktual adalah Jaimerson. Semua nama-nama di atas akan bergabung bersama pilar-pilar Madura United yang bertahan musim ini, macam Zah Rahan, Greg, Satria Tama, dan Engelberd Sani.

Membayangkan skuat Madura United di atas saja sudah lumayan mengernyitkan dahi. Ditambah lagi, Madura United menunjuk sosok pelatih baru, Dejan Antonic. Pelatih yang pada musim lalu mampu membawa Borneo FC finis di posisi 10 besar Liga 1 2018 (satu strip di atas Madura United) ini diharapkan dapat memoles skuat bertabur bintang Madura United ini.

Jika ditelisik dari luar, tentu performa Madura United ini jadi yang paling ditunggu di ajang Liga 1 2019. Ia selayak Persib di Liga 1 2017 maupun Sriwijaya FC di Liga 1 2018. Kala itu, kedua tim ini juga merekrut pemain-pemain bintang dan sempat memegang gelar sebagai tim bertabur bintang di Indonesia. DI tahun 2019 ini, Madura United demikian.

Dejan sebagai pelatih tentu memiliki banyak opsi yang bisa ia gunakan dalam skuatnya. Pelatih yang juga pernah menukangi Pelita Bandung Raya (cikal bakal Madura United) di ajang Liga Super Indonesia 2014 ini bisa memasang formasi 4-2-3-1 dalam skuatnya. Tidak cuma itu, ia juga bisa menggunakaj formasi 4-3-3. Keduanya tergantung situasi dan kondisi di dalam pertandingan.

Dengan para pemain sayap mumpuni di dalam skuat macam Andik dan Greg, serta ditopang oleh pengatur serangan bernama Zah Rahan, serta gelandang tengah energik macam Slamet Nurcahyo, bisa dibayangkan seseram apa kekuatan serangan yang bisa dilancarkan Madura nantinya. Di lini pertahanan, hadirnya Jaimerson dapat membantu Fabiano yang kelimpungan kala berhadapan dengan pemain yang punya kecepatan tinggi.

Terbayang sudah kesempurnaan yang dimiliki oleh Madura United ini. Bukan cuma itu, mereka juga bisa mengandalkan darah-darah segar macam Fandri, Zulfiandi, dan Satria Tama sebagai poros tim. Khusus untuk dua nama terakhir, keduanya memiliki pengalaman yang cukup baik bersama Tim Nasional Indonesia, sebuah bekal tersendiri bagi mereka dalam menghadapi persaingan di Madura United.

Saat ini, mungkin saja, usai Dejan diresmikan sebagai pelatih, sosok asal Serbia itu sedang memikirkan banyak hal. Termasuk bagaimana meracik skuat Madura United idamannya, dengan beragam opsi-opsi lain yang bisa ia pilih saat satu opsi buntu. Namun, apakah memang kelak akan semudah itu?

***

Madura United, dalam tiga musim terakhir, sebenarnya sudah cukup baik. Tangan dingin Gomes de Oliviera sebenarnya mampu membawa tim ini berbicara banyak sampai duduk di papan atas. Namun, ada satu hal yang kurang sehingga akhirnya mereka gagal merengkuh gelar di akhir musim: mental juara.

Khusus untuk mental juara ini, hanya pemain-pemain yang pernah merasakan gelar juara saja yang memilikinya. Sosok Jaimerson, Andik, dan Zah Rahan mestinya bisa menularkan itu semua, sehingga kelak mental Madura bisa terangkat ke level yang lebih tinggi. Bukan cuma sebagai tim penggebrak macam Everton di Premier League saja, tapi juga jadi tim yang mampu meraih gelar juara.

Namun, Madura United juga perlu berhati-hati. Kisah pilu tim bintang lain macam Persib di 2017 dan Sriwijaya di 2018 perlu jadi patokan. Jangan sampai, bertaburnya bintang di dalam skuat mereka justru malah membuat mereka meraih hasil negatif di akhir musim. Kekompakan tim tetap perlu dipertahankan, agar, impian K-Conk melihat Madura mengangkat trofi juara di akhir musim tidak jadi pepesan kosong semata.