Beberapa kelompok suporter klub-klub Inggris menginginkan lebih banyak tiket yang tersedia dan kemudahan akses kota ketika mereka ingin melihat tim-tim kesayangannya berlaga di Liga Champions. Permintaan ini mulai diajukan setelah mereka merasa sangat bermasalah untuk mendapatkan fasilitas tersebut di musim lalu.
Oleh karena itu, sebuah koalisi yang terdiri dari suporter Arsenal, Chelsea, Liverpool dan Tottenham ini telah meminta UEFA untuk meningkatkan beberapa aspek agar dapat memfasilitasi dan melayani para suporter di semua laga kompetisi Eropa. Mereka juga berharap agar UEFA menghindari pemberian kesempatan kepada negara-negara yang punya catatan buruk soal pelanggaran hak asasi manusia sebagai tuan rumah final kompetisi.
Di sisi lain, para suporter Liverpool dan Tottenham hanya diberikan jatah sebesar 33.286 dari 68.000 tiket untuk final Liga Champions pada musim lalu. Hal ini disebabkan karena sempat terjadi masalah komplikasi setelah final Europa antara Arsenal dan Chelsea di Baku. Masalah komplikasi itu diantaranya adalah banyak para suporter yang merasa ogah untuk membeli tiket di tengah biaya dan ketidaknyamanan karena jauhnya 2.500 mil perjalanan ke Azerbaijan.
Ada juga masalah lain yang juga dipersoalkan pihak suporter, yaitu ketika medapati Henrikh Mkhitaryan yang tidak mau ikut melakukan perjalanan ke Baku bersama Arsenal karena takut akan keselamatannya. Gelandang Armenia tersebut sengaja menarik diri setelah memutuskan bahwa terlalu berisiko untuk melakukan perjalanan ke Azerbaijan di tengah konflik negara-negara wilayah Nagorno-Karabakh yang sampai saat ini masih bersiteru.
Maka, sebelum diadakan undian untuk penyisihan grup Liga Champions di Monaco pada hari Kamis waktu setempat, dan undian untuk penyisihan grup Europa League pada hari Jumat waktu setempat, koalisi suporter Arsenal, Chelsea dan Tottenham beserta suporter Liverpool dari Spirit of Shankly sangat mendesak UEFA untuk lebih mendahulukan kebutuhan mereka daripada memanjakan sponsor.
Menurut The Guardian ikatan koalisi suporter klub-klub Inggris tersebut akan datang dengan mengajukan enam poin, termasuk diantaranya adalah mengalokasikan 80% tiket untuk final kepada para suporter, menjual tiket dengan harga terjangkau, dan memilih kota atau negara tuan rumah untuk final dengan memastikan tidak ada catatan diskriminasi rasial di kota atau negara tersebut. Semua keputusan ini juga akan ditinjau ulang, dan terlebih dahulu disetujui oleh para suporter yang mengajukan poin-poin tadi, sebelum akhirnya diresmikan.
Koalisi suporter itu sendiri sempat mengatakan bahwa sepakbola tidak akan menjadi apa-apa tanpa orang-orang seperti mereka. Oleh karena itu, hal inilah yang menjadi alasan mengapa mereka menuntut putaran final kompetisi di Eropa kepada UEFA agar dihelat di kota-kota dengan jaringan transportasi yang baik dan stadion dengan kapasitas yang besar.
Mereka juga menuntut kepada UEFA agar bertindak adil untuk menyediakan akses yang sesuai untuk para suporter penyandang cacat. Karena di musim lalu, sejumlah besar pendukung Arsenal dan Chelsea yang cacat memilih untuk tidak ikut melakukan perjalanan ke Baku akibat tidak memperoleh fasilitas-fasilitas tersebut.
“Mencapai final Liga Champions atau final Europa League harus menjadi pengalaman yang luar biasa bagi suporter klub. Tapi akan jadi sebaliknya jika mereka kesulitan menghadapi perjuangan yang luar biasa hanya untuk menghadiri pertandingan final tersebut karena terhambat oleh kesediaan fasilitas yang kurang mempuni,“ tutur salah satu perwakilan dari koalisi suporter klub-klub Inggris dikutip dari The Guardian.
“Masalah seperti muncul ini di musim lalu, berkisar dari jumlah tiket yang tidak memadai yang diberikan kepada para suporter finalis, hingga pengaturan perjalanan yang mustahil kami ikuti. Terlalu sering suporter yang telah mendukung klub kesayangannya tidak dihargai oleh pihak penyelenggara, dan bahkan tidak bisa menghadiri final sama sekali karena persoalan-persoalan pelik semacam itu.“
“Sebelum undian grup nanti, sangat menarik jika mereka melibatkan semua orang, termasuk kami para suporter. Kami juga adalah bagian dari keluarga sepakbola. Tidak akan ada sepakbola Eropa tanpa kehadiran kami, yaitu para pendukungnya. Kami meminta UEFA untuk memperkuat dialognya dengan para suporter, dan kami meminta mereka bisa mulai melibatkan kelompok-kelompok seperti kami untuk mendiskusikan proposal yang telah kami kemukakan.”