“Project Restart” merupakan rencana untuk melanjutkan Premier League musim ini setelah dihentikan sementara karena pandemi virus corona. Proyek ini rencananya akan dimulai pada minggu ini.
Arsenal, Brighton, dan West Ham United, sudah membuka fasilitas latihan mereka untuk digunakan para pemain berlatih secara individu. Premier League sendiri berharap kompetisi bisa dilanjutkan pada 8 Juni dan selesai pada akhir Juli, agar sesuai dengan rencana kompetisi Eropa. Untuk itu, latihan penuh diperlukan mulai 18 Mei mendatang. Kesebelasan Premier League pun rencananya akan bertemu pada Jumat (1/5) ini untuk mendiskusikan kelanjutan kompetisi.
Menteri Kebudayaan Inggris, Oliver Dowden, menyatakan bahwa ia sudah berbicara dengan klub Premier League untuk kembali melanjutkan kompetisi sesegera mungkin.
“Aku secara pribadi sudah berbicara dengan Premier League dengan tujuan untuk mengangkat lagi sepakbola dan menjalankannya sesegera mungkin untuk mendukung seluruh komunitas sepakbola,” kata Dowden dalam rapat dengan Departemen Digital, Budaya, Media, dan Olahraga.
“Namun, tentu saja, semua ini harus konsisten dengan panduan kesehatan publik.”
Sejak Selasa kemarin, Tottenham juga membuka beberapa lapangan buat skuat tim utama agar para pemain bisa berlatih secara individu. Hanya satu pemain yang diperbolehkan berada di satu lapangan, dan tiap pemain berangkat masing-masing ke tempat latihan. Spurs juga membatasi jumlah pemain di tempat latihan dalam satu waktu.
Hal yang sama juga dilakukan rival Spurs, Arsenal. Mereka memberikan sejumlah aturan agar latihan yang nantinya dijalankan sesuai dengan protokol kesehatan.
Dalam satu kelompok terdiri dari lima orang yang melakukan sesi latihan individu berupa peregangan, dan berlari dengan bola. Terdapat 10 lapangan yang bisa digunakan sehingga meminimalisasi kontak para pemain satu sama lain.
Setiap pemain diberikan bolanya sendiri. Mereka melakukan latihan secara bergiliran, dengan tempat menunggu yang sudah ditentukan. Arsenal merasa membiarkan pemain berlatih di Colney lebih aman ketimbang latihan di taman publik, karena seringkali penggemar meminta selfie.
Premier League sudah menghentikan kompetisi sejak 13 Maret karena pandemi virus corona. Akan tetapi, semua klub tetap berkomitmen untuk menyelesaikan sisa pertandingan musim ini. Semua pertandingan rencananya digelar tanpa penonton, dan Premier League berencana menyiarkannya lewat tv free-to-air di Inggris.
Meskipun Premier League dan EFL bisa dilanjutkan, tapi Menteri Luar Negeri, Dominic Raab, menyatakan bahwa sulit buat olahraga amatir untuk digelar pada musim panas ini. Soalnya, tingkat dan skala interaksi dari mereka yang ikut bertanding berbeda dengan olahraga profesional.
Meskipun demikian, rencana ini bukannya tanpa tantangan. CEO Watford, Scott Duxbury, menyatakan kalau di situasi seperti sekarang ini, ia tak begitu peduli pada sepakbola.
“Sepakbola, buatku sekarang, harusnya dikesampingkan dulu. Aku merasa tak nyaman saat ini bahkwan bicara soal sepakbola secara naratif, karena ada banyak orang meninggal setiap hari,” kata Duxbury.
“Ada tekanan pada NHS dan itu harus menjadi prioritas kita. Ketika keadaan sudah aman dan pemerintah menyatakan bawah kondisi sudah aman untuk pemain dan staf pendukung untuk kembali, maka aku akan 100 persen mendukungnya.”
Kembalinya Premier League diharapkan menjadi pengangkat moral buat banyak orang setelah diberlakukan lockdown selama beberapa pekan. Akan tetapi ada juga kekhawatiran akan bertambahnya tekanan pada petugas medis jika ada pemain yang cedera dan para suporter yang malah berkumpul di luar stadion.
Selain Premier League, Bundesliga juga siap dimulai kembali pada 9 Mei ini apabila diberikan persetujuan oleh pemerintah. Sementara di Italia, para pemain diperbolehkan berlatih mandiri pada 4 Mei, dan tim berlatih bersama pada 18 Mei, usai Perdana Menteri Italia mengumumkan langkah awal mengangkat status lockdown.
Persatuan Pesepakbola Dunia, Fifpro, menyatakan dilanjutkannya kembali sepakbola berisiko mengirmkan sinyal buruk. Menurut Sekjen Fifpro, Jonas Baer-Hoffmann, ada banyak pertanyaan dalam urusan logis dan medis tentang pengetasan juga protokol yang akan digunakan.
“Kami membutuhkan panduan dan protokol tentang cara kembali dengan cara yang sehat dan aman. Sepakbola adalah olahraga dengan kontak fisik dan kami merasa standar perlindungan sangat dibutuhkan,” kata Baer-Hoffmann.
“Apakah kita mengirim pesan yang tepat kepada masyarakat, dan apakah kita mendorong kembali sehat ke kehidupan normal? Atau apakah kita mengirim sinyal buruk bahwa sepakbola memiliki aturan yang berbeda dengan seluruh dunia?”