PSG 3-0 Real Madrid: Tanpa Trio Lini Serang, PSG Masih Menang

Foto: Twitter Paris Saint-Germain.

Angel di Maria mencetak dua gol melawan mantan klubnya, Real Madrid, dan membantu Paris Saint-Germain menang 3-0 atas raksasa Spanyol tersebut. Kemenangan ini memuluskan langkah PSG dalam pertandingan pertama Liga Champions Grup A.

Dalam pertandingan yang dihelat di Parc des Prince tersebut, PSG sudah unggul terlebih dahulu pada menit ke-14. Lalu, 12 menit sebelum babak pertama usai, Angel di Maria menggandakan kedudukan. Satu menit injury time, Thomas Meunier mengonversi umpan Juan Bernat yang menenggelamkan klub ibu kota Spanyol tersbut.

Kalau melihat statistik pertandingan sebenarnya berlangsung terbilang seimbang. PSG unggul penguasaan bola dengan 52 persen. Namun, mereka kalah dalam jumlah attemps dengan sembilan berbanding 10 attemps.

Pada menit ke-14, Angel di Maria menerima umpan Juan Bernat dari sisi kiri lapangan. Dengan sekali sentuhan, ia melepaskan tendangan kaki kiri ke tiang dekat. Sudut tendangan Di Maria memang sempit. Namun, tendangannya begitu akurat dan keras yang membuat kiper Madrid, Thibaut Courtois, tak mampu menahannya.

Proses gol kedua PSG sebenarnya mirip dengan gol pertama. Bedanya, umpan kini diberikan Idrissa Gueye dari sisi kanan. Setelah memindahkan bola ke kaki kiri, Di Maria langsung melepaskan tendangan. Lagi-lagi ke tiang dekat. Courtois yang melompat tak mampu menjangkau bola.

Pada menit ke-34, Real Madrid sempat mencetak gol lewat tendangan Gareth Bale yang melambungkan bola ke atas kiper PSG, Keylor Navas. Namun, wasit memutuskan meninjaunya lewat VAR. Wasit Anthony Taylor pun menganulir gol tersebut karena sebelum menendang, bola sempat menyentuh tangan Bale yang secara aktif menahan bola.

Di babak kedua, Madrid tak menunjukkan peningkatan kualitas. Mereka masih mentok dalam build up seranganSebelum mencapai Navas, bola justru lebih sering terhenti karena salah umpan. Real Madrid sempat mencetak gol pada menit ke-77 lewat Karim Benzema. Namun, lagi-lagi wasit menganulir gol tersebut karena rekannya dianggap offside.

Sementara itu gol ketiga PSG seperti menunjukkan siapa bosnya di pertandingan semalam. Gol tersebut berawal dari kombinasi Meunier dengan Bernat di depan gawang El Real. Meunier mengirim bola ke Bernat yang berhadapan dengan Courtois. Namun, mantan pemain Bayern Munich tersebut mengembalikan bola pada Meunier yang langsung menghantamkan bola ke jala gawang.

Kekalahan tersebut kian menekan rasio kemenangan Real Madrid di bawah Zinedine Zidane yang di bawah 50 persen sejak ia datang ke klub akhir musim lalu. Eden Hazard tampil untuk pertama kali sebagai starter buat Madrid. Ia punya sentuhan yang bagus, tapi gagal memberikan dampak besar.

Pertandingan tersebut merupakan pertandingan spesial buat Di Maria. Pasalnya, itu adalah pertandingan ke-100 Di Maria di Liga Champions. Ia pun mempersembahkannya dengan spesial lewat dua gol kemenangan.

Tanpa Trio Lini Serang, Tapi Masih Menang

Dalam pertandingan yang dihadiri 46 ribu pasang mata tersebut, PSG tanpa tiga penyerang utamanya: Neymar, Edinson Cavani, dan Kylian Mbappe. Kemenangan ini sekaligus menghentikan tiga kekalahan beruntun mereka menghadapi kesebelasan Spanyol.

Absennya tiga penyerang utama membuat PSG tak diunggulkan. Pasalnya, mereka-lah sumber kemenangan PSG selama ini. Apa lagi yang dihadapi adalah kesebelasan sekuat Real Madrid. Namun, semua dugaan itu masih di atas kertas.

PSG masih punya Di Maria, Pablo Sarabia, dan pemain pinjaman, Mauro Icardi. Bahkan di gol ketiga, PSG tak perlu lini serang. Mereka membiarkan dua fullback mereka yang bersatu padu untuk mencetak gol.

Di sisi lain, penampilan Di Maria yang kini menginjak usia 31 tahun juga amat baik. Dengan jumlah penampilan hampir 200 match untuk Real Madrid, Di Maria seperti tahu bagaimana cara mengeksploitasi mereka. Di Maria pun bermain di sisi lapangan seperti yang ia tunjukkan kala bermain di Bernabeu. Ketika Di Madrid, ia juga mempersembahkan gelar ke-10 Liga Champions ketika mengalahkan Atletico Madrid pada 2014. Namanya pun ditetapkan sebagai man of the match di final yang diselenggarakan di Lisbon, Portugal, tersebut.

Kata Zidane dan Tuchel

Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane, mengakui kalau PSG lebih superior ketimbang anak asuhnya. Zidane mengatakan meskipun sulit tapi kekalahan adalah kekalahan.

“Ketika kami kalah, kami semua kalah. Kekalahan ini sulit untuk diterima, tapi kami punya pertandingan lain pada Minggu [menghadapi Sevilla] dan harus fokus pada itu. Mereka lebih superior ketimbang kami dalam segala hal, dan dalam intensitas, yang amat menggangguku,” kata Zidane.

“Mereka bermain bagus dan menciptakan sejumlah peluang. Akan tetapi, apa yang mengkhawatirkanku adalah kami bermain tanpa intensitas. Kami tahu mereka akan menekan kami. Namun, kami tak benar-benar layak masuk ke pertandingan di level manapun.”

“Intensitas adalah hal paling penting di lapangan. Anda bisa memiliki pertandingan terburuk, tapi kalau main dengan intensitas, tegakkan kaki, menangi tantangan, Anda bisa memenangi pertandingan, tapi kami tak melakukannya,” ungkap juara Piala Dunia 1998 ini.

Sementara itu, Pelatih PSG, Thomas Tuchel, mengungkapkan kalau kemenangan ini adalah kemenangan tim. “Ketika kami bermain tanpa Neymar, [Kylian] Mbappe, dan [Edinson] Cavani, permainan macam itu bisa membantu. Orang-orang bilang kami bukan unggulan dan itu bisa melepaskan tekanan,” ucap Tuchel.

“Mustahil untuk bisa bermain tanpa mereka, tentu saja. Kami membutuhkan setiap pemain. [Angel] Di Maria telah menunjukkan selama setahun kalau ia mampu menampilkan permainan macam ini. Kaki kirinya luar biasa.”

“Dia luar biasa secara statistik bersama kami dan dia selalu pasti dengan gol dan asis. Secara pertahanan, ia amat kuat dan rendah hati sekali. Dia menutup Carvajal dan bekerja dengan baik bersama Juan Bernat di kiri,” tutup Tuchel.