Pujian untuk Comeback Liverpool atas Barcelona

Keberhasilan Liverpool membalikkan keadaan dengan menang 4-0 atas Barcelona membuat sejumlah pengamat sepakbola memberikan pujian. Banyak dari mereka yang tak ragu melabeli comeback ini sebagai yang terhebat dalam sejarah Liga Champions.

“Kami bicara tentang penampilan Liverpool dari 20, 30, 40 tahun yang lalu, tapi ingat Selasa, 7 Mei 2019, karena ini menjadi malam yang luar biasa,” kata mantan kapten timnas Inggris, Alan Shearer, dikutip dari BBC.

“Bagaimana mereka melakukannya? Liverpool punya rasa percaya, rasa lapar, gairah, kepribadian, dan punya penonton yang bersedia mereka lakukan sejak detik pertama. Kita berbicara tentang Sergio Busquets, Luis Suarez, Gerard Pique, dan pemain terbaik yang pernah saya lihat, Lionel Messi, dan Barcelona tidak bisa mengatasinya; mereka tidak bisa menangani tekanan.”

Menurut Shearer, gol cepat yang dicetak Divock Origi pada menit ketujuh, membuat para pemain Liverpool bermain dengan semangat yang menumbuhkan rasa percaya diri. Pergerakan Origi dan Sadio Mane membuat lini pertahanan Barcelona kewalahan apakah akan tetap diam di tempat atau mendekati mereka.

Selain itu, penampilan gemilang Alisson di bawah mistar juga jadi alasan. Kiper berkebangsaan Brasil tersebut berhasil menyelamatkan gawangnya dari kebobolan dengan menaham lima attemps Barcelona.

“Para pemain Liverpool membuat Barcelona bermain tak teratur, mereka mempermalukannya. Liverpool terlalu pintar. Kemenangan ini menjadi malam yang mengejutkan,” tutur Shearer.

Soal gol kedua dan ketiga Liverpool yang dicetak Georginio Wijnaldum, Shearer menyebut kalau tak mudah untuk bisa langsung nyetel setelah masuk sebagai pemain pengganti.

“Tak mudah ketika Anda masuk. Namun dia langsung mengambil langkah penuh dan begitu agresif. Sundulan dari sisi kiri (gol ketiga Liverpool) amatlah indah. Aku bangga dengan itu,” kata mantan pemain Newcastle United ini.

Sementara itu, gol kemenangan Liverpool yang dicetak Origi pada menit ke-79 menunjukkan betapa cerdas dan fokusnya pemain Liverpool, dalam hal ini Trent Alexander-Arnold yang mengambil tendangan sudut.

“Gol kemenangan itu amatlah pintar dari Trent Alexander-Arnold. Dia melihat para pemain Barcelona membalikkan badan, tapi Origi berada dalam gelombang yang sama (dengan pemikiran Arnold,” ucap Shearer.

Shearer juga menyoroti atmosfer di Anfield yang menurutnya mungkin tak akan pernah ia lihat atau dengar lagi. Menurutnya, suasana di Anfield seperti sesuatu yang membuatku terengah-engah.

“Aku tak pernah sebelumnya melihat yang seperti ini. Aku pernah bermain di Anfield dan pernah merasakan suasana yang hebat, tapi ini sesuatu yang lain, sesuatu yang spesial. Aku tak pernah melihat Anfield seperti ini dan para penggemar membuat para pemain mereka bergerak sejak awal hingga finis. Mereka [mendukung] tanpa henti. Ini sesuatu yang luar biasa dari para pemain. Wow.”

Mantan pemain Liverpool, Robbie Fowler, mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya malam tadi adalah malam yang luar biasa.

“Ketika Anda bicara soal malam yang hebat, inilah yang terbaik. Malam ini amatlah luar biasa. Aku amat bangga dan senang bisa menjadi bagian Liverpool. Segala hal tentang Liverpool amatlah brilian,” kata Fowler.

Kesalahan Barcelona

Jurnalis Spanyol, Guillem Balague, merasa kalau Jurgen Klopp lebih memahami apa yang terjadi di leg pertama ketimbang Ernesto Valverde. Dalam pertandingan tersebut, Balague melihat kalau Liverpool punya banyak peluang dan memainkan tempo tinggi yang membuat Barcelona kesulitan.

“Klopp bilang kalau mereka tak melakukan banyak kesalahan di leg pertama dan mereka tak perlu berubah terlalu banyak, jadi mereka melakukan hal yang sama malam ini,” kata Balague kepada BBC.

Balague menggambarkan bahwa Barcelona begitu inferior dalam 3/4 pertandingan. Mereka seperti ketakutan dan tak mampu mencari jawaban untuk memenangi pertandingan. Pun dengan sosok Lionel Messi yang sosoknya seperti menghilang ditelan rapatnya barisan pertahanan The Reds.

“Setelah leg pertama, Messi mengingatkan para pemain Barcelona kalau pertandingan sebelumnya dimainkan dalam kecepatan yang diinginkan Liverpool, dan dia bilang mereka [Barcelona] semua kelelahan dan tak bisa bermain di kecepatan yang sama lagi, tapi itulah apa yang terjadi lagi.”

“Mereka masuk perangkap. Di kedua sisi, dua atau tiga pemain Liverpool selalu mengelilingi mereka. Barcelona mencoba untuk memberi umpan tambahan, tapi mereka tak mampu menemukannya dan kehilangan penguasaan bola. Barcelona sudah tak menghadapi tim semacam ini sejak lama, lama sekali,” kata Balague.

Jurnalis Spanyol lainnya, Andy West, menekankan bahwa gol keempat Liverpool menghancurkan Barcelona baik secara fisik maupun mental. Mereka sudah tak mampu menyaingi Liverpool dalam hal kecepatan.

“Mereka mencoba untuk bermain dengan kontrol tapi Liverpool terlalu cepat dan intens, dan Barca tak bisa menyamainya,” kata West.

Mantan bek Manchester United, Rio Ferdinand, pun menyatakan bahwa meski dirinya bermain untuk rival Liverpool, tapi itu tak membuatnya kehilangan rasa hormat atas klub ini dan para penggemarnya. Menurut Rio, apa yang ditunjukkan Liverpool amatlah mendebarkan hati.

“Pertandingan ini sungguh fantastis dan pemandangan di stadion: air mata, emosinya, semua luar biasa. Hanya sepakbola yang bisa membuat Anda seperti ini,” tutur Ferdinand.

Sementara itu, mantan pemain Chelsea, Pat Nevin, mengungkapkan kalau Liverpool diunggulkan untuk menjuarai Liga Champions, tak peduli siapapun lawannya. Menurut Nevin, Spurs akan amat kelelahan, sementara Ajax dengan para pemain mudanya sudah cukup memberikan kejutan karena mereka tak diunggulkan.