Rasisme yang Merusak Nama Besar Chelsea

Chelsea mengawali leg pertama babak delapan besar Liga Europa dengan sangat baik. Terbang ke Ceska untuk menerima jamuan Slavia Praha, The Blues menang 1-0. Satu-satunya gol tunggal Chelsea dibuat oleh Marcos Alonso pada menit ke-86 setelah pemain asal Spanyol tersebut memanfaatkan umpan lambung Willian yang bergerak dari sisi kiri pertahanan Slavia.

Kedua kesebelasan sebenarnya bermain cukup ngotot sepanjang 90 menit. Angka sembilan tendangan berbanding delapan diantara keduanya menandakan kalau jual beli serangan terjadi cukup sering. Namun mayoritas peluang mereka banyak yang terbuang sia-sia. Baik Slavia dan Chelsea hanya membuat tiga dan dua tembakan tepat sasaran saja. Beruntung, sundulan Marcos Alonson menjadi pembeda.

“Pertandingan ini sangat sulit. Mereka adalah tim bagus, mereka memainkan sepakbola bagus. Sulit untuk menekan mereka secara tinggi karena ketika kami melakukannya, mereka akan melepaskan bola panjang yang diberikan kepada dua bek sayap mereka. Kami mencoba untuk menekan mereka tetapi tidak bisa. Saya merasa kami sudah melakukan pekerjaan yang baik dan kami memenangi pertandingan ini. Menang adalah yang paling penting dan kami bisa melakukannya,” kata Willian.

Meski menang tipis, namun hasil ini sangat positif bagi Chelsea karena pada leg kedua mereka akan bermain di kandang. Hasil ini sekaligus membuka jalan mereka untuk meraih gelar tersebut sekaligus mendapatkan tiket otomatis ke Liga Champions apabila tidak finis di empat besar klasemen liga.

“Sekarang kami sudah harus berpikir tentang leg kedua yang saya rasa juga akan berlangsung sengitu. Lawan punya kemampuan yang sama menyulitkannya seperti yang kami alami ketika bertemu Genk. Kami harus tetap berhati-hati,” kata Maurizio Sarri.

Dirusak Chant Bernada Rasis

Akan tetapi, ada noda yang menyertai kemenangan Chelsea pada pertandingan tersebut. Tersebar sebuah video yang menampilkan beberapa oknum pendukung Chelsea sedang menyanyikan lagu rasis untuk menyerang mantan pemain mereka yang kini sudah nyaman berseragam Liverpool, Mohamed Salah. Kejadian tersebut terjadi beberapa saat sebelum pertandingan antara Chelsea melawan Slavia Praha dimulai.

Dalam video tersebut, para penggemar Chelsea menyanyikan lagu dengan lirik ‘Salah as a bomber’ atau yang berarti Mohamed Salah adalah seorang teroris. Sontak saja, video itu mendapat respon negatif karena nyanyian tersebut  juga merendahkan Salah yang beragaman Islam.

“Kami tidak ingin para penggemar tersebut berada di dekat permainan kami. Kami akan bekerja sama dengan Chelsea untuk memastikan mereka yang terlibat ditemukan dan diganjar hukuman dengan cepat dan efektif,” kata Kick it Out yang merupakan kelompok anti-rasisme.

Pihak Chelsea sendiri sudah mengeluarkan pernyataan terkait kejadian tersebut. Dalam tulisan singkat yang mereka tulis dalam situs resmi mereka, Chelsea akan mengambil tindakan dengan tegas meski mereka memiliki tiket musiman klub. Pemenang Liga Europa 2012/2013 ini juga mengatakan kalau orang-orang tersebut telah mempermalukan nama besar Chelsea.

Tidak hanya Chelsea, Liverpool selaku klub Salah juga ikut mendesak agar Chelsea bisa menghukum orang-orang yang terlibat dalam video tersebut. Bahkan kedua kesebelasan yang bertemu pada lanjutan Premier League pekan ke-34 ini bekerja sama dengan kepolisian Merseyside untuk mengidentifikansi orang-orang yang berada dalam video tersebut.

Pelaku akan terus mendapatkan kecaman yang tidak ada kata henti, sebaliknya Salah mendapat dukungan dari Olivier Giroud. Dalam situs resmi klub, Giroud menyebut kalau pendukung yang melakukan aksi rasis tidak layak mendukung Chelsea. Kebetulan mereka juga memiliki Ngolo Kante yang juga beragaman muslim. Mantan pemain Arsenal ini bahkan 100 persen mendukung pemain asal Mesir tersebut.

Klub London Kejam Bagi Salah

Tidak kali ini saja Salah menjadi korban dari aksi rasisme. Pada awal Februari 2019 lalu, ia juga mendapat serangan serupa. Sialnya, yang menyerang Salah lagi-lagi suporter dari klub asal kota London. Kali ini West Ham yang menjadi pelakunya.

Pada pertandingan antara West Ham dan Liverpool yang berakhir 1-1 tersebut, Salah mendapat serangan rasis ketika bersiap mengambil sepak pojok. Pihak West Ham United kemudian memberikan bukti serangan rasis tersebut kepada pihak kepolisian berupa rekaman video dan beberapa bukti lainnya.

“Ada indikasi bahwa penyerang Liverpool, Mohamed Salah mendapatkan perlakuan rasisme pada pertandingan kemarin. Oleh karena itu, kami bisa konfirmasi kalau bukti-bukti sudah kami berikan kepada pihak kepolisian,” kata perwakilan West Ham dalam situs resmi klub.

Suporter Chelsea yang Tidak Belajar Dari Pengalaman

Kejadian yang terjadi di Praha ini merupakan kejadian rasis kesekian kalinya yang menimpa Chelsea. Hal ini tentu semakin menguatkan anggapan kalau suporter Chelsea adalah suporter yang akrab dengan aksi rasis.

Belum lepas dari ingatan ketika mereka menyerang Raheem Sterling ketika Chelsea bertemu Manchester City pada Premier League musim ini. Beberapa kali para penggemar mereka mengeluarkan hinaan kepada sayap lincah asal Inggris tersebut ketika bersiap mengambil bola atau mengeksekusi tendangan sudut.

Mundur jauh empat tahun lalu, ketika ada seorang pria kulit hitam urung menaiki kereta bawah tanah karena ulah suporter mereka. Kejadiannya di Paris saat PSG menjamu Chelsea pada Liga Champions 2014/15. Gerombolan suporter Chelsea melarang pria tersebut untuk naik ke gerbong mereka sembari bernyanyi “We’re racist and that’s way we like it”.

Setahun sebelumnya di kota yang sama, suporter Chelsea memicu kerusuhan di daerah Saint-Denis Paris. Kejadian ini diduga karena mereka menyanyikan yel-yel yang menyindir kaum Muslim dan Yahudi. Pada 2012, kamera televisi kedapatan mengambil gambar salah satu pendukung Chelsea yang bertingkah laku sebagai kera untuk mengejek penggawa United, Danny Welbeck.

***

Hukuman berat jelas harus diberikan kepada para suporter Chelsea terkait pelaku rasisme ini. Pemilik lima gelar Premier League ini tentu tidak ingin nama besar mereka sebagai salah satu kesebelasan hebat di Eropa luntur akibat tingkah para supoertenya yang gemar melakukan tindakan rasis.