Rennes yang Sukses Membuat PSG Gagal Meraih Semua Gelar Domestik

Foto: Ouest France

Dominasi Paris Saint Germain (PSG) di kompetisi domestik kembali patah. Setelah dikalahkan Guingamp pada perempatfinal ajang Piala Liga Prancis Januari lalu, kini mereka kalah pada ajang Coupe de France. Tidak tanggung-tanggung, kali ini mereka kalah pada partai final yang berlangsung di Stade de France dari Rennes melalui drama adu penalti.

“Kinerja kami begitu luar biasa. Para penggemar kami sudah menunggu momen ini untuk waktu yang sangat lama. Kami menunjukkan karakter kami sebagai sebuah tim. Kami pantas untuk menang,” tutur striker mereka, Mbaye Niang.

Pada pertandingan tersebut, Rennes memang tampil ngotot. Mereka mengejar ketertinggalan setelah kebobolan dua gol terlebih dahulu dalam tempo 21 menit. Dani Alves membuka keunggulan melalui sepakan voli dari jarak 20 meter. Setelah memberi asis kepada Alves, Neymar kemudian menggandakan keunggulan melalui chip cantik memanfaatkan umpan Angel Di Maria.

Sengatan anak asuh Julien Stephan ini dimulai pada menit ke-37. Sepakan Mbaye Niang nyaris masuk ke gawang Areola jika tidak terbentur tiang. Empat menit kemudian, mereka akhirnya mendapatkan gol setelah sepakan Hamari Traore dibelokkan oleh Presnel Kimpembe. Inilah gol pertama yang masuk ke gawang PSG pada kompetisi tersebut.

20 menit jalannya babak kedua, Mexer menyamakan kedudukan melalui sudulan memanfaatkan sepak pojok rekan setimnya. Skor 2-2 memaksa PSG tampil lebih menekan lagi dan membuat beberapa peluang. Namun beberapa kali peluang dari Kylian Mbappe tidak menemui sasaran.

Nasib sial justru menimpa pemain muda tersebut. Dua menit sebelum perpanjangan waktu berakhir, Mbappe dikartu merah oleh Ruddy Buquet karena menekel Damien Da Silva secara keras.

Dalam drama adu penalti, lima penendang dari masing-masing kedua kesebelasan sukses menjalankan tugasnya. Niang, Ben Arfa, Grenier, Lea Siliki, dan Bensebaini, adalah pemain yang sukses di kubu Rennes. Sedangkan Edinson Cavani, Dani Alves, Leandro Paredes, Bernat, dan Neymar, merupakan penendang PSG yang berhasil mencetak gol.

Penendang keenam Rennes, Ismaila Sarr, sukses mengecoh Areola. Namun Christoper Nkunku, yang menjadi penendang keenam, justru menendang bola tinggi melewati mistar Tomas Koubek yang disambut oleh sorakan kegembiraan para pelatih dan official Rennes.

Noda dalam Besarnya Nama PSG

Dengan nama besar yang mereka miliki, trofi domestik seharunya gampang untuk diraih PSG. Namun musim ini semuanya berjalan buruk. Untuk pertama kalinya, PSG gagal memenangi semua gelar domestik dalam satu musim. Sejak musim 2014/15, Les Parisien selalu menjadi pemenang baik di Ligue 1, Coupe de France, dan Coupe de la Ligue. Bahkan untuk pertama kalinya sejak 2012/13, PSG tidak bisa meraih gelar lebih dari satu. Musim ini, hanya Ligue 1 saja yang bisa diraih Neymar dan kawan-kawan karena mereka juga sudah tersingkir pada Liga Champions Eropa dari Manchester United.

“Sulit untuk dijelaskan, saya tidak bisa menjelaskan sama sekali. Kami kehilangan konsentrasi setelah membuat awal yang bagus. Kami tampil kuat, sangat terstruktur, dan penuh dengan kualitas dan banyak kesempatan. Namun setelah unggul 2-0, sulit untuk menjelaskan apa yang terjadi setelahnya. Bagi saya, inilah kekecewaan terbesar. Saya tidak bisa menjelaskannya lebih lanjut lagi,” tutur Tuchel.

Kegagalan ini kembali memicu rumor kalau Tuchel tidak akan bertahan lama di kota Paris. Ambisi sang Presiden, Nasser Al Khelaifi, untuk melihat mereka berprestasi di Eropa, tak kunjung muncul meski sudah menggunakan beberapa pelatih berkualitas dari Carlo Ancelotti, Laurent Blanc, hingga Unai Emery dan Tuchel.

“Tentu saja saya ingin bekerja lebih lama lagi di klub ini. Terlalu dini untuk menilai musim kami secara keseluruhan, saya perlu beberapa hari untuk memikirkannya,” ujarnya ketika ditanya masa depannya di PSG.

PSG sendiri sempat diisukan akan merekrut Jose Mourinho yang sampai sekarang sedang menganggur setelah dipecat Manchester United. Hasrat memenangi Liga Champions yang membuat PSG merasa butuh sosok berpengalaman seperti Special One.

Nasser sendiri sebenarnya masih cukup percaya kepada kinerja mantan pelatih Borussia Dortmund ini. Lagipula, musim 2018/19 merupakan tahun pertamanya menangani PSG. Catatan kepelatihannya masih sangat baik meski mereka hanya meraih satu trofi saja.

“Saya percaya pada pelatih (Tuchel). Kami akan melihat keputusannya, apakah dia ingin tetap di sini atau pergi. Tapi segala keputusan itu diambil ketika kepala dalam kondisi dingin dan bukan karena tim mengalami kekalahan,” ujarnya pada Maret lalu.

***

Kekalahan melawan Rennes menjadi bagian dari catatan buruk mereka ketika memasuki bulan April. Pada bulan keempat ini, kekuatan mereka mendadak melemah. Seri 2-2 dari Strasbourg, dibantai Lille 5-1, dan kalah 3-2 dari Nantes. Kemenangan 3-1 melawan Monaco sepekan sebelum laga final adalah kemenangan pertama setelah kemenangan 3-0 melawan Nantes pada awal bulan ini.

Sementara itu, trofi Coupe de France yang diraih Rennes kemarin menjadi gelar besar pertama mereka setelah raihan serupa pada 1971 atau 48 tahun silam. Gelar pada 2019 ini juga menjadi penebus kegagalan mereka pada 2009 dan 2014 ketika hanya menjadi runner-up.