The Guardian mengabarkan kalau manajemen Newcastle United terkejut oleh laporan yang menyebut kalau Sandro Tonali memasang taruhan saat ia masih bermain di Serie A.
Tonali sendiri tiba di St. James Park dengan biaya transfer 55 juta paun pada musim panas 2023 ini. Ia terancam mendapatkan sanksi larangan bertanding yang sangat panjang andai terbukti memasang taruhan alias berjudi. Kalau ini terjadi, tentu menjadi kerugian besar bagi skuad arahan Eddie Howe tersebut yang cukup solid di musim 2023/2024 ini.
Sebelumnya, dalam keterangannya pada jaksa di Turin, Tonali mengaku memasang taruhan pada Milan untuk memenangi sejumlah laga, di mana ia juga bermain.
Dalam aturan Federasi Sepakbola Italia, FIGC, dan FIFA, pengakuan ini akan membuat sang pemain menghadapi larangan bertanding hingga tiga tahun. Menurut agennya, Tonali sebenarnya tengah mencari bantuan atas “kecanduan berjudi” yang menimpanya. Hal ini membuat hukumannya kemungkinan dipotong menjadi setahun saja.
Vonis tersebut bisa memakan waktu hingga satu bulan untuk disampaikan. Soalnya penyidik harus menyelesaikan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap ponsel dan tablet Tonali. Sang pemain pun tidak menutup-nutupi hal itu. Ia bahkan meminta Jaksa Kota Turin, Manuel Pedrotta, untuk segera memeriksanya. Pedrota sendiri memegang tanggung jawab untuk menyelidiki serentetan tuduhan taruhan ilegal di sepakbola Italia.
Tonali sendiri sudah kembali ke Newcastle pada Rabu (18/10) lalu. Ia masih boleh untuk bermain. Newcastle sendiri akan menghadapi Crystal Palace di akhir pekan sebelum menjamu Borussia Dortmund di Liga Champions.
“Sandro sepenuhnya terlibat dalam penyelidikan dan akan terus bekerja sama dengan semua otoritas terkait. Dia dan keluarganya akan terus menerima dukungan penuh dari klub,” tulis pernyataan resmi Newcastle.
Kecanduan Berjudi
Sebelumnya, gelandang Juventus, Nicolo Fagioli, dihukum skorsing selama 12 bulan oleh FIGC. Kasusnya mirip dengan Tonali dan ia sama-sama mengakui apa yang ia lakukan tersebut. Fagioli pun didenda hampir 11 ribu paun dan setuju melakukan terapi selama minimal enam bulan untuk mengatasi kecanduan judinya.
Agen Tonali, Giuseppe Riso, mengatakan kliennya memiliki masalah perjudian dan menghadapi “tantangan terbesar” dalam kariernya yang cemerlang.
“Sandro kaget,” kata Riso.
“Dia tahu dia telah melakukan kesalahan. Aku berharap pengalaman ini akan membantu menyelamatkan nyawanya dan juga nyawa orang lain yang memiliki kecanduan yang sama.”
Soal perjudian ini, awalnya publik mencium sesuatu yang tidak beres saat Tonali bersama dengan Nicolo Zaniolo dikeluarkan dari kamp pelatihan timnas Italia. Ini terjadi usai polisi melakukan penggerebekan di markas Juventus. Penggerebekan ini berkaitan dengan tuduhan para pemain berjudi di website yang tidak sah.
Ponsel dan tablet keduanya disita. Ini merupakan bagian dari penyelidikan jangka panjang Italia terhadap taruhan ilegal dalam sepakbola yang diduga melibatkan setidaknya 12 pemain.
Presiden FIGC, Gabriele Gravina, mendukung penyelidikan tapi tidak bermaksud menghakimi para pemain yang terlibat.
“Kecanduan judi adalah wabah sosial. Siapa pun yang melakukan kesalahan akan dihukum dan dibantu dalam proyek penyembuhan dan pemulihan. Kami harus memastikan anak-anak ini dapat kembali. Kami tidak akan meninggalkan anak-anak ini,” kata Gravina.
Gianluca Tognozzi, pengacara Zaniolo, mengatakan kepada La Gazzetta dello Sport bahwa kliennya belum memasang taruhan apa pun. “Mungkin saja dia memainkan permainan kartu seperti poker atau blackjack di platform ilegal, tanpa menyadarinya,” kata Tognozzi.
Soal pelarangan atlet untuk bermain judi ini memang baik. Soalnya, integritas adalah hal paling penting di sepakbola. Takutnya, pemain dipengaruhi oleh taruhan yang mereka pasang.
Ironisnya, Newcastle United dan Aston Villa (klubnya Zaniolo), disponsori oleh situs judi. Hal ini membuat badan amal untuk kecanduan judi, The Big Step, mengkiritisi mereka.
“Newcastle United dan Aston Villa harus berdiri dalam solidaritas dengan para pemain mereka dan meninjau kembali hubungan mereka dengan perusahaan perjudian,” kata The Big Step.
Premier League sendiri sudah melarang klub mengiklankan nama-nama perusahaan judi di bagian depan kaus mereka mulai akhir musim 2025/2026. Namun iklan tersebut masih diizinkan di dalam stadion.
Sementara itu, Pemerintah Italia dengan tegas MELARANG sponsor judi di klub Serie A. Soalnya mereka khawatir masyarakat Italia kecanduan judi. Pemerintah Italia pun memperketat undang-undang nasional pada 2019. Hal ini juga diadopsi klub La Liga dua tahun lalu.
Striker Brentford, Ivan Toney, diskors selama delapan bulan pada Mei lalu setelah melanggar peraturan taruhan FA dan didiagnosis menderita kecanduan judi. Dia akan kembali ke lini serang Brentford pada bulan Januari. Ironisnya, comeback-nya itu dilakukan dengan dia mengenakan kaus yang mengiklankan sponsor perjudian.
Sumber: The Guardian