Musim ini adalah musim kelima Atletico Madrid berusaha meraih gelar La Liga. Terakhir kali mereka meraihnya adalah pada musim 2013/2014. Sial buat Saul Niguez, karena ia tak pernah mengangkat trofi La Liga meski sudah bergabung dengan Atletico Madrid sejak usianya 14 tahun pada 2008. Pasalnya, di musim itu, ia dipinjamkan ke Rayo Vallecano untuk menambah menit bermainnya.
Saul mulai menjadi pemain reguler Atleti pada musim 2014/2015. Sejak itu, ia tak pernah tergantikan di lini tengah. Hingga Oktober 2019, Saul sudah bermain 249 kali dan mempersembahkan 34 gol buat rival Real Madrid tersebut.
Musim ini terbilang berbeda ketimbang musim sebelumnya. Atletico terbilang aktif di bursa transfer dalam mendatangkan pemain. Atleti mendatangkan Marcos Llorente, Felipe, Hector Herrera, Renan Lodi, Ivan Saponjic, Mario Hermoso, Kieran Trippier, hingga calon pemain bintang asal Portugal, Joao Felix.
Dengan pengeluaran hingga 261 juta euro, wajar rasanya kalau Atleti musim ini amat dijagokan untuk meraih trofi La Liga. Apalagi, di awal musim Madrid baru mengganti pelatihnya dan kembali ditangani oleh Zinedine Zidane. Di sisi lain, ada ketidakpuasan dari suporter terhadap kinerja Ernesto Valverde di Barcelona.
Hingga pekan kedelapan, Atleti masih berada di peringkat ketiga, hasil empat kali menang, tiga kali seri, dan sekali kalah. Mereka terpaut tiga poin dari Madrid di puncak klasemen yang belum pernah kalah.
Semangat Diremehkan
Gelar juara La Liga secara natural diperebutkan oleh Madrid dan Barcelona. Ini membuat kehadiran Atletico memang dijagokan, tapi tak jarang diremehkan. Mereka mengidap penyakit yang tak boleh dimiliki calon juara: inkonsistensi.
Menjawab ini, Saul menyebut kalau ia dan timnya telah bekerja keras untuk waktu yang lama. Namun, ia merasa orang-orang tak menghargai mereka seperti seharusnya.
“Terkadang mereka mengeluh jika kami hanya menang 1-0, tetapi yang terpenting adalah kami menang. Terkadang kami menang 1-0 dengan permainan yang apik, dan menciptakan banyak peluang gol, tapi di kesempatan lain kami menang 1-0 dengan hanya menciptakan peluang, dan itu menunjukkan bagaimana kami mengambil keputusan,” tutur pemain kelahiran 21 November 1994 ini.
Sejatinya, hal terpenting buat Saul adalah bagaimana mereka tak kebobolan, dan itu, menurut Saul, masih sulit dilakukan musim ini. Padahal, melihat statisik, Atleti terbilang berhasil. Mereka hanya kebobolan empat gol, itu pun terjadi hanya di dua pertandingan yakni melawan Eibar dan Real Sociedad yang masing-masing mencetak dua gol. Empat gol yang bersarang di gawang Atleti ini menjadikan mereka sebagai kesebelasan dengan kebobolan paling sedikit sejauh ini.
“Benar bahwa tidak kebobolan di awal musim adalah hal yang sulit, tapi jika kami berhasil tidak kebobolan, dengan kualitas yang kami miliki di barisan depan, kami akan memiliki peluang yang lebih besar untuk meraih hasil yang bagus. Ini karena tim-tim bagus adalah tim-tim yang paling sedikit kebobolan, dan dengan Jan Oblak di gawang, membuatnya semakin mudah,” ucap Saul.
Peran Hector Herrera dan Joao Felix
Atleti mendatangkan Hector Herrera dari FC Porto secara gratis, sementara Joao Felix ditebus dari Benfica senilai 126 juta euro. Mendatangkan Felix jelas sesuai dengan visi Atleti yang memaksimalkan potensi pemain muda, yang biasanya bisa mereka jual kembali dengan harga berkali-kali lipat. Namun, tidak halnya dengan Herrera.
Musim ini, Herrera hanya bermain selama 78 menit di La Liga. Padahal, musim lalu ia masih menjadi tumpuan FC Porto di lini tengah. Soal ini, Saul menyebut setiap pemain memang harus berjuang untuk mendapatkan posisinya. Namun, ia tetap melihat Saul sebagai panutan.
“Kami selalu melihatnya sebagai panutan, karena ia berlatih dengan tekun, dan seperti yang saya katakan, ia sangat terbuka dengan masukan-masukan dan ingin terus belajar, dan walaupun ia seorang pemain berpengalaman, ia sangat terbuka. Di ruang ganti, ia adalah orang yang sangat ramah,” kata Saul.
Di lini serang, Saul membandingkan Felix dengan Saponjic. Menurutnya, Felix mendapatkan lebih banyak menit bermain. Salah satu alasannya karena ketekunannya. Felix juga tangguh ketika berhadapan dengan bek lawan dan mahir mencari ruang, pergerakannya juga bagus di dalam kotak penalti.
“Saya pikir kami telah mendatangkan pemain di setiap posisi, yang semuanya adalah pesepakbola yang bertalenta, dan orang-orang hebat di ruang ganti. Ini sangat penting mengingat di musim panas lalu banyak pemain lama yang meninggalkan klub ini,” kata Saul.
Sumber: La Liga.